Gubernur Koster Buka Utsawa Dharmagita 2023
Lomba yang diutsawakan di Bali di 2023 ini sangat lengkap, termasuk materi yang tidak dilombakan di tingkat nasional, yaitu kidung dan geguritan.
DENPASAR, NusaBali
Gubernur Bali Wayan Koster dijadwalkan membuka Utsawa Dharmagita (UDG) Provinsi Bali XXXI, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya (Art Center) Provinsi Bali, di Denpasar, Senin (4/9) pagi ini. UDG yang akan berlangsung hingga 7 September 2023 ini mengangkat tema Segara Kerthi ‘Samudera Kehidupan Susastra Hindu Bali’ diikuti oleh perwakilan kabupaten/kota di Bali, kecuali Kabupaten Buleleng.
Kali ini Buleleng tak mengirimkan wakilnya alias absen pada Utsawa Dharmagita yang kini mulai digelar secara mandiri terpisah dengan ajang Pesta Kesenian Bali (PKB).
Ketua Widyasaba Provinsi Bali I Made Surada, mengatakan pelaksanaan Utsawa Dharmagita Provinsi Bali tahun 2023 menyajikan materi lomba yang sangat lengkap, sesuai dengan materi di tingkat nasional.
Menampilkan semua materi ini, karena akan dilanjutkan dalam ajang Utsawa Dharmagita tingkat nasional tahun 2024 yang akan digelar di Prambanan, Jawa tengah.
“Kepastian pelaksanaan ajang tersebut berdasarkan surat yang sudah turun dari Dirjen Bimas Hindu RI,” ucap Surada di sela-sela gladi persiapan pembukaan UDG di Taman Budaya, Minggu (3/9).
Lomba yang diutsawakan di Bali untuk tahun 2023 ini sangat lengkap. Bahkan, termasuk materi yang tidak dilombakan di tingkat nasional, yaitu kidung dan geguritan.
“Kedua materi ini (kidung dan geguritan), tak termasuk dilombakan di UDG tingkat nasional, namun terjemahan masing-masing lomba tetap mempertahankan bahasa Bali. Artinya, semua terjemahannya bahasa Bali, termasuk menghafal sloka,” papar Wakil Rektor I Universitas Hindu Negeri IGB Sugriwa ini.Semua itu diterjemahkan ke dalam bahasa Bali yang bertujuan untuk meningkatkan peran bahasa Bali merupakan bahasa utama untuk di Pulau Bali. “Meskipun nanti pemenang-pemenang dalam mengikuti lomba tingkat Provinsi Bali akan mengubah terjemahannya untuk di tingkat nasional menjadi bahasa Indonesia. Inilah semangat regenerasi yang memang luar biasa,” ucapnya.
Materi yang dilombakan untuk di tingkat nasional ada 10, yaitu Membaca Sloka (tingkat anak-anak, remaja, dan dewasa) menggunakaan Bahasa Sansekerta yakni membaca sloka yang dikutip dari Weda (mantra-mantra weda), Palawakya yaitu membaca prosa yang dikenal sebagai bentuk Parwa (tingkat remaja dan dewasa), Kekawin menggunkan puisi Jawa Kuno (tingkat remaja dan dewasa), dan lomba Lagu Keagamaan yang diikuti peserta tingkat remaja.
Ada pula lomba menghafal sloka yang diambil dari sloka-sloka yang ada dalam kita suci besar, yaitu Bhagawadgita dan Sarasamuscaya (tingkat anak, remaja, dan dewasa), serta lomba yang baru, yaitu lomba debat agama yang disebut Dharma Wiwaha. Lomba ini termasuk lomba terbaru di tingkat pusat tahun 2023 ini.
“Utsawa itu memiliki visi bagaimana umat Hindu Indonesia mempertahankan metode tata cara untuk menghayati ajaran agamanya, yakni dengan metode dharmagita, seperti sloka, palawakya termasuk gegurita dan kidung,” jelasnya.
Jadi, lanjut Surada, ajaran-ajaran agama dikemas di dalam sastra-sastra tersebut untuk nantinya disampaikan kepada umat sesuai dengan kemampuan kompetensi yang dimiliki oleh umat.
“Orang belajar agama lewat kekawin dan geguritan juga bisa. Apalagi, bisa memahami sloka. Jadi itu namanya belajar agama dengan metode berjenjang sesuai dengan kemampuannya. Orang bisa belajar tattwa melalui geguritan saja, karena mereka tak mengerti bahasa kawi, tetapi mengerti dengan bahasa Bali karena geguritan itu menggunakan bahasa Bali. Kalau orang yang sudah meningkat, bisa belajar agama melalui makekawin, itu karena mereka sudah mengerti bahasa Jawa Kuno, bahasa Kawi, sehingga nantinya mereka bisa memahami tattwa, susila, dan lain-lainnya,” terang Surada.
Terkait perjalanan UDG di Bali hingga yang ke-31 ini, Surada melihat motivasi dan antusiasme anak-anak, terutama para remaja cukup luar biasa. Termasuk, juga UDG tahun 2021 di tingkat nasional, di mana Bali sebagai juara bertahan mesti itu dalam kondisi pandemi Covid-19, sehingga piala UDG tingkat nasional sudah berturut turut 3 kali diraih Bali. “Tahun depan ini, kemungkinan pialanya baru,” ujarnya.
Sebagai Pembina Lembaga Pengembangan Dharma Gita (LPDG) Nasional, Surada melihat Bali menjadi tolak ukur bagi peserta dari 32 provinsi di Indonesia. Apalagi untuk lomba tahun 2023 ini diikuti sebanyak 33 provinsi.
“Mereka bahkan celoteh, kalau Bali tampil tak mungkin kita dapat juara 1. Sebegitunya antusias generasi kita untuk belajar tradisi sastra yang diwarisi oleh leluhur kita,” sebutnya.
Sementara Plt Kabid Sejarah dan Dokumentasi Kebudayaan Disbud Provinsi Bali I Wayan Ria Arsika, mengatakan untuk UDG 2023 ini jumlah peserta dari seluruh Bali yang ikut sebanyak 282 orang. Hal itu menunjukkan antusias generasi muda dalam mencintai budaya leluhur yang memang penting. Karena itu, segala persiapan sudah dilakukan untuk menyambut ajang budaya terkait dengan pembelajaran agama Hindu ini. “Dari segi tempat pelaksanaan UDG ke-31 ini, sudah siap,” ujarnya sembari menyebut semua kalangan Taman Budaya akan digunakan. 7 cr78
Gubernur Bali Wayan Koster dijadwalkan membuka Utsawa Dharmagita (UDG) Provinsi Bali XXXI, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya (Art Center) Provinsi Bali, di Denpasar, Senin (4/9) pagi ini. UDG yang akan berlangsung hingga 7 September 2023 ini mengangkat tema Segara Kerthi ‘Samudera Kehidupan Susastra Hindu Bali’ diikuti oleh perwakilan kabupaten/kota di Bali, kecuali Kabupaten Buleleng.
Kali ini Buleleng tak mengirimkan wakilnya alias absen pada Utsawa Dharmagita yang kini mulai digelar secara mandiri terpisah dengan ajang Pesta Kesenian Bali (PKB).
Ketua Widyasaba Provinsi Bali I Made Surada, mengatakan pelaksanaan Utsawa Dharmagita Provinsi Bali tahun 2023 menyajikan materi lomba yang sangat lengkap, sesuai dengan materi di tingkat nasional.
Menampilkan semua materi ini, karena akan dilanjutkan dalam ajang Utsawa Dharmagita tingkat nasional tahun 2024 yang akan digelar di Prambanan, Jawa tengah.
“Kepastian pelaksanaan ajang tersebut berdasarkan surat yang sudah turun dari Dirjen Bimas Hindu RI,” ucap Surada di sela-sela gladi persiapan pembukaan UDG di Taman Budaya, Minggu (3/9).
Lomba yang diutsawakan di Bali untuk tahun 2023 ini sangat lengkap. Bahkan, termasuk materi yang tidak dilombakan di tingkat nasional, yaitu kidung dan geguritan.
“Kedua materi ini (kidung dan geguritan), tak termasuk dilombakan di UDG tingkat nasional, namun terjemahan masing-masing lomba tetap mempertahankan bahasa Bali. Artinya, semua terjemahannya bahasa Bali, termasuk menghafal sloka,” papar Wakil Rektor I Universitas Hindu Negeri IGB Sugriwa ini.Semua itu diterjemahkan ke dalam bahasa Bali yang bertujuan untuk meningkatkan peran bahasa Bali merupakan bahasa utama untuk di Pulau Bali. “Meskipun nanti pemenang-pemenang dalam mengikuti lomba tingkat Provinsi Bali akan mengubah terjemahannya untuk di tingkat nasional menjadi bahasa Indonesia. Inilah semangat regenerasi yang memang luar biasa,” ucapnya.
Materi yang dilombakan untuk di tingkat nasional ada 10, yaitu Membaca Sloka (tingkat anak-anak, remaja, dan dewasa) menggunakaan Bahasa Sansekerta yakni membaca sloka yang dikutip dari Weda (mantra-mantra weda), Palawakya yaitu membaca prosa yang dikenal sebagai bentuk Parwa (tingkat remaja dan dewasa), Kekawin menggunkan puisi Jawa Kuno (tingkat remaja dan dewasa), dan lomba Lagu Keagamaan yang diikuti peserta tingkat remaja.
Ada pula lomba menghafal sloka yang diambil dari sloka-sloka yang ada dalam kita suci besar, yaitu Bhagawadgita dan Sarasamuscaya (tingkat anak, remaja, dan dewasa), serta lomba yang baru, yaitu lomba debat agama yang disebut Dharma Wiwaha. Lomba ini termasuk lomba terbaru di tingkat pusat tahun 2023 ini.
“Utsawa itu memiliki visi bagaimana umat Hindu Indonesia mempertahankan metode tata cara untuk menghayati ajaran agamanya, yakni dengan metode dharmagita, seperti sloka, palawakya termasuk gegurita dan kidung,” jelasnya.
Jadi, lanjut Surada, ajaran-ajaran agama dikemas di dalam sastra-sastra tersebut untuk nantinya disampaikan kepada umat sesuai dengan kemampuan kompetensi yang dimiliki oleh umat.
“Orang belajar agama lewat kekawin dan geguritan juga bisa. Apalagi, bisa memahami sloka. Jadi itu namanya belajar agama dengan metode berjenjang sesuai dengan kemampuannya. Orang bisa belajar tattwa melalui geguritan saja, karena mereka tak mengerti bahasa kawi, tetapi mengerti dengan bahasa Bali karena geguritan itu menggunakan bahasa Bali. Kalau orang yang sudah meningkat, bisa belajar agama melalui makekawin, itu karena mereka sudah mengerti bahasa Jawa Kuno, bahasa Kawi, sehingga nantinya mereka bisa memahami tattwa, susila, dan lain-lainnya,” terang Surada.
Terkait perjalanan UDG di Bali hingga yang ke-31 ini, Surada melihat motivasi dan antusiasme anak-anak, terutama para remaja cukup luar biasa. Termasuk, juga UDG tahun 2021 di tingkat nasional, di mana Bali sebagai juara bertahan mesti itu dalam kondisi pandemi Covid-19, sehingga piala UDG tingkat nasional sudah berturut turut 3 kali diraih Bali. “Tahun depan ini, kemungkinan pialanya baru,” ujarnya.
Sebagai Pembina Lembaga Pengembangan Dharma Gita (LPDG) Nasional, Surada melihat Bali menjadi tolak ukur bagi peserta dari 32 provinsi di Indonesia. Apalagi untuk lomba tahun 2023 ini diikuti sebanyak 33 provinsi.
“Mereka bahkan celoteh, kalau Bali tampil tak mungkin kita dapat juara 1. Sebegitunya antusias generasi kita untuk belajar tradisi sastra yang diwarisi oleh leluhur kita,” sebutnya.
Sementara Plt Kabid Sejarah dan Dokumentasi Kebudayaan Disbud Provinsi Bali I Wayan Ria Arsika, mengatakan untuk UDG 2023 ini jumlah peserta dari seluruh Bali yang ikut sebanyak 282 orang. Hal itu menunjukkan antusias generasi muda dalam mencintai budaya leluhur yang memang penting. Karena itu, segala persiapan sudah dilakukan untuk menyambut ajang budaya terkait dengan pembelajaran agama Hindu ini. “Dari segi tempat pelaksanaan UDG ke-31 ini, sudah siap,” ujarnya sembari menyebut semua kalangan Taman Budaya akan digunakan. 7 cr78
Komentar