Dianita Safitri, Dosen Bahasa Inggris Wakili Bali ke Utsawa Dharmagita Nasional
DENPASAR, NusaBali.com - Ni Putu Dianita Safitri, 32, dosen Bahasa Inggris dari Akademi Komunitas Mapindo sekaligus Duta Badung berhasil jadi yang terbaik pada cabang lomba Dharmawacana Bahasa Inggris Dewasa Putri, Utsawa Dharmagita Provinsi Bali XXXI, Senin (4/9/2023) sore.
Dianita adalah perempuan kelahiran Klungkung yang kini berdomisili di Kabupaten Badung. Ia sudah jadi dosen di akademi yang terletak di Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara itu sejak 2016 silam. Untuk itu, penggunaan Bahasa Inggris dalam cabang lomba ini tidak terlalu menyulitkan baginya.
"Kebetulan saya dosen Bahasa Inggris jadi untuk bahasanya itu sendiri saya sudah bisa, tinggal ditingkatkan lagi," ungkap Dianita usai menyabet peringkat pertama dalam ajang seni budaya berbasis sastra Hindu ini di Kalangan Ratna Kanda, Taman Budaya Bali (Art Center) Denpasar.
Meski begitu, banyak aspek lain yang harus ia siapkan sejak Mei 2023 lalu. Bahasa Inggris hanya jadi salah satu aspek yang dinilai dalam penampilan dharmawacana. Ada sedikitnya empat aspek lain yang dinilai dewan juri yakni penguasaan diri, penguasaan materi, pelafalan sloka, improvisasi, dan ketepatan waktu.
Kata Dianita, yang paling menantang dari aspek-aspek yang disiapkan adalah penguasaan materi dan ketepatan waktu. Ia harus pandai-pandai memainkan strategi agar materi yang tercatat dalam naskah sesuai dengan durasi yang ditentukan yakni 15 menit.
"Sempat gerogi. Tetapi harus bisa tenang untuk tampil di panggung terlepas dari kendala tadi seperti ada angin yang mengenai rambut saya, agak mengganggu memang. Harus bisa tetap konsentrasi dan syukurnya bisa menyelesaikan dengan baik," ujar jebolan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Mahasaswati Denpasar.
Alumni magister dari Universitas Pendidikan Ganesha ini mengaku tidak memiliki basic apa pun dalam dharmawacana. Oleh karena itu, ia mempelajari seni berkhotbah dalam Agama Hindu ini dari nol, terutama memahami dasar-dasar melafalkan sloka.
Kata Dianita, cara ia belajar pelafalan sloka dilakukan dengan meniru semirip mungkin dengan yang dilafalkan pembinanya. Ini dilakukan berulang-ulang hingga akhirnya bisa menghasilkan nada yang sesuai dengan kriteria pembacaan atau pelafalan sloka yang khas.
"Dalam naskah dharmawacana 'Tirtayatra as the Main Yadnya' (Tirtayatra sebagai Yadnya Utama) ini ada tiga macam sloka yang saya lafalkan," imbuh Dianita.
Perempuan yang bermukim di Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara ini berpesan, Dharmawacana Bahasa Inggris ini harus semakin dikembangkan ke depannya. Sebab, audiensnya terutama di Bali sudah bukan saja warga lokal melainkan internasional.
Untuk menuju ke arah itu, antusiasme masyarakat Bali yang memiliki minat di bidang ini harus bergerak lebih dulu. Sebab, dari 9 kabupaten/kota baru empat saja yang mengirim wakil yakni Badung, Denpasar, Tabanan, dan Jembrana.
Selanjutnya, langkah yang harus ditempuh Dianita adalah menjadi wakil Bali di Utsawa Dharmagita Nasional Tahun 2024. Gelaran ini direncanakan akan berlangsung di Surakarta, Jawa Tengah. Sebagai wakil Bali, ekspektasi tinggi menyertai langkahnya.
Ketua Dewan Juri Dr I Ketut Sutama MA berpesan, cabang lomba Dhamawacana Bahasa Inggris biasanya diwarnai persaingan ketat dari duta-duta provinsi lain. Ia mengingatkan, duta Provinsi Bali jangan sampai lengah karena sameton Hindu di daerah lain semakin berkembang.
"Yang kita (Provinsi Bali) biasa menang itu kakawin dan kidung karena di sini terus berpraktik. Tetapi dharmawacana ini baik yang Bahasa Inggris dan Indonesia itu ketat persaingannya. Jadi Bali jangan sampai lengah. Siapkan diri dengan baik," tegas akademisi Politeknik Negeri Bali. *rat
"Kebetulan saya dosen Bahasa Inggris jadi untuk bahasanya itu sendiri saya sudah bisa, tinggal ditingkatkan lagi," ungkap Dianita usai menyabet peringkat pertama dalam ajang seni budaya berbasis sastra Hindu ini di Kalangan Ratna Kanda, Taman Budaya Bali (Art Center) Denpasar.
Meski begitu, banyak aspek lain yang harus ia siapkan sejak Mei 2023 lalu. Bahasa Inggris hanya jadi salah satu aspek yang dinilai dalam penampilan dharmawacana. Ada sedikitnya empat aspek lain yang dinilai dewan juri yakni penguasaan diri, penguasaan materi, pelafalan sloka, improvisasi, dan ketepatan waktu.
Kata Dianita, yang paling menantang dari aspek-aspek yang disiapkan adalah penguasaan materi dan ketepatan waktu. Ia harus pandai-pandai memainkan strategi agar materi yang tercatat dalam naskah sesuai dengan durasi yang ditentukan yakni 15 menit.
"Sempat gerogi. Tetapi harus bisa tenang untuk tampil di panggung terlepas dari kendala tadi seperti ada angin yang mengenai rambut saya, agak mengganggu memang. Harus bisa tetap konsentrasi dan syukurnya bisa menyelesaikan dengan baik," ujar jebolan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Mahasaswati Denpasar.
Alumni magister dari Universitas Pendidikan Ganesha ini mengaku tidak memiliki basic apa pun dalam dharmawacana. Oleh karena itu, ia mempelajari seni berkhotbah dalam Agama Hindu ini dari nol, terutama memahami dasar-dasar melafalkan sloka.
Kata Dianita, cara ia belajar pelafalan sloka dilakukan dengan meniru semirip mungkin dengan yang dilafalkan pembinanya. Ini dilakukan berulang-ulang hingga akhirnya bisa menghasilkan nada yang sesuai dengan kriteria pembacaan atau pelafalan sloka yang khas.
"Dalam naskah dharmawacana 'Tirtayatra as the Main Yadnya' (Tirtayatra sebagai Yadnya Utama) ini ada tiga macam sloka yang saya lafalkan," imbuh Dianita.
Perempuan yang bermukim di Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara ini berpesan, Dharmawacana Bahasa Inggris ini harus semakin dikembangkan ke depannya. Sebab, audiensnya terutama di Bali sudah bukan saja warga lokal melainkan internasional.
Untuk menuju ke arah itu, antusiasme masyarakat Bali yang memiliki minat di bidang ini harus bergerak lebih dulu. Sebab, dari 9 kabupaten/kota baru empat saja yang mengirim wakil yakni Badung, Denpasar, Tabanan, dan Jembrana.
Selanjutnya, langkah yang harus ditempuh Dianita adalah menjadi wakil Bali di Utsawa Dharmagita Nasional Tahun 2024. Gelaran ini direncanakan akan berlangsung di Surakarta, Jawa Tengah. Sebagai wakil Bali, ekspektasi tinggi menyertai langkahnya.
Ketua Dewan Juri Dr I Ketut Sutama MA berpesan, cabang lomba Dhamawacana Bahasa Inggris biasanya diwarnai persaingan ketat dari duta-duta provinsi lain. Ia mengingatkan, duta Provinsi Bali jangan sampai lengah karena sameton Hindu di daerah lain semakin berkembang.
"Yang kita (Provinsi Bali) biasa menang itu kakawin dan kidung karena di sini terus berpraktik. Tetapi dharmawacana ini baik yang Bahasa Inggris dan Indonesia itu ketat persaingannya. Jadi Bali jangan sampai lengah. Siapkan diri dengan baik," tegas akademisi Politeknik Negeri Bali. *rat
Komentar