Lusi Damai, Kisah Inspiratif Desainer Endek Bali yang Mendunia
DENPASAR, NusaBali.com - Keinginan hati untuk melestarikan budaya Bali, mendorong Komang Lusi Damayanti untuk menekuni usaha fashion endek. Kini, karyanya telah mendunia dan dipamerkan di berbagai negara, termasuk di Paris.
Lusi Damai, begitu ia akrab disapa, mengaku sejak kecil memang sudah akrab dengan dunia garmen. Orang tuanya memiliki usaha garmen, sehingga ia sudah mengenal berbagai jenis kain dan mesin jahit sejak kecil.
Namun, pada tahun 1998, Lusi memutuskan untuk berkuliah di jurusan kepariwisataan. Ia pun bekerja di hotel bintang lima di Bali. Namun, pekerjaan tersebut tak membuatnya betah dan nyaman.
Lusi pun mulai uring-uringan dan memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan tersebut. Ia pun diminta meneruskan usaha orang tuanya di bidang garmen.
Namun, kain-kain endek di gudang memantik kreativitasnya untuk membuat pakaian dari endek. Pada awalnya, pakaian buatannya hanya dijual ke teman-temannya. Namun, lama kelamaan, ia mulai memiliki jejaring pemasaran.
Dari temannya, ia mendapat tawaran untuk mengikuti pameran di Pesta Kesenian Bali (PKB). Dari pameran tersebut, ia mulai dikenal oleh banyak orang. Selain PKB, ia juga mengikuti Pameran Bali Bangkit untuk memperkenalkan karya-karya terbarunya.
Lusi pun mulai aktif mengikuti berbagai pameran, baik di dalam maupun luar negeri.
Ia juga memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan karyanya.
Kini, Lusi Damai memiliki brand sendiri untuk usahanya. Ia juga memiliki toko online untuk memudahkan pelanggannya membeli produknya.
Berbagai model pakaian berbahan endek ia ciptakan, mulai dari blazer, dress, kemeja, hingga jaket. Bahkan, karyanya pernah dikenakan oleh selebritas papan atas seperti Anang dan Ashanty.
Wardrope Lusi Damai ini dikenakan Anang dan Ashanty selama syuting program pencarian bakat, terutama untuk model jaket bomber. Dari wardrobe untuk syuting, selanjutnya jaket bomber dipesan untuk seragam keluarga, sehingga ada total 30 jaket ia buat untuk keluarga Anang dan Ashanty.
Bahan baku kain tenun endek yang awalnya diperoleh dari hunting di pasar Klungkung, seiring bertambahnya permintaan, ia pun mulai menelusuri perajin kain tenun endek.
Menurutnya setiap perajin tenun memiliki ciri khas motif sendiri-sendiri. Hal itulah yang membuat pakaian endeknya juga memiliki ciri khas. “Dalam setiap price tag pakaian kami selalu tulis nama pengrajinnya. Tujuannya agar penenun lokal juga dapat terangkat,” kata Lusi.
Untuk mengembangkan usahanya, Lusi juga memanfaatkan permodalan dari perbankan. Ia mendapatkan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI.
Dengan bunga yang rendah, Lusi meminjam KUR BRI Rp 25 juta dengan tenor 2 tahun. Kegigihannya menjalankan usaha, Lusi mampu menyelesaikan kreditnya dari hasil penjualan karyanya.
"Permodalan menjadi faktor penting dalam perjalanan sebuah usaha. Namun tidak banyak pelaku usaha yang memiliki permodalan sendiri sehingga memerlukan bantuan permodalan dari perbankan. KUR BRI dengan suku bunga rendah sangat membantu saya dalam mengembangkan usaha saya hingga menjadi seperti saat ini," kata Lusi.
Membangun jaringan pemasaran, memanfaatkan sosial media, dan memanfaatkan permodalan dari perbankan merupakan hal yang dilakukan untuk mengembangkan usahanya. Dalam sebulan, Lusi mampu membukukan omzet Rp30 juta sampai Rp40 juta.
Kisah Lusi Damai menunjukkan bahwa keinginan hati dan kerja keras dapat mewujudkan mimpi. Dengan memanfaatkan potensi yang ada, ia berhasil melestarikan budaya Bali dan mengembangkan usahanya hingga mendunia.
Komentar