Tiga Penambang Batu Tertimbun Longsor
Tiga Korban Tewas, Gali Tebing dengan Cara Manual
Lima orang penambang batu lakukan penggalian selama dua jam dengan membuat lubang sedalam 2 meter, tiba-tiba lapisan tanah di atas lubang yang mereka gali longsor
AMLAPURA, NusaBali
Longsor menimpa lima orang penambang batu tabas di tebing Sungai Taksu, Banjar Kemoning, Desa Buana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Senin (11/9) pukul 11.40 Wita. Akibatnya tiga (3) orang tewas, dan dua (2) lainnya selamat hanya mengalami luka ringan.
Informasi yang dihimpun, sebanyak 5 orang penambang batu tabas mulai bekerja pukul 09.00 Wita dengan menggali bagian pertengahan tebing dengan ketinggian tebing dari dasar Sungai Taksu sekitar 20 meter. Kelima penambang itu baru pertama menggali di lokasi tersebut dan dilakukan secara manual. Namun baru lakukan penggalian selama dua jam dengan membuat lubang sedalam 2 meter, tiba-tiba lapisan tanah di atas lubang yang mereka gali longsor. Pohon yang ada di sekitar tambang juga tumbang, akibatnya kelima penambang terpental lalu terseret material tebing dan pohon.
Tiga penambang tertimbun longsor, dua korban meninggal di tempat masing-masing I Kadek Berata, 37, dan I Kadek Pasek, 35. Satu lagi, I Ketut Sueca,39, ketiganya warga Banjar Kemoning, Desa Buana Giri, Bebandem. Sueca awalnya dalam kondisi kritis sempat mendapatkan pertolongan dan dilarikan ke RSUD Karangasem. Namun berselang beberapa jam korban dinyatakan meninggal dunia.
Longsor menimpa lima orang penambang batu tabas di tebing Sungai Taksu, Banjar Kemoning, Desa Buana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Senin (11/9) pukul 11.40 Wita. Akibatnya tiga (3) orang tewas, dan dua (2) lainnya selamat hanya mengalami luka ringan.
Informasi yang dihimpun, sebanyak 5 orang penambang batu tabas mulai bekerja pukul 09.00 Wita dengan menggali bagian pertengahan tebing dengan ketinggian tebing dari dasar Sungai Taksu sekitar 20 meter. Kelima penambang itu baru pertama menggali di lokasi tersebut dan dilakukan secara manual. Namun baru lakukan penggalian selama dua jam dengan membuat lubang sedalam 2 meter, tiba-tiba lapisan tanah di atas lubang yang mereka gali longsor. Pohon yang ada di sekitar tambang juga tumbang, akibatnya kelima penambang terpental lalu terseret material tebing dan pohon.
Tiga penambang tertimbun longsor, dua korban meninggal di tempat masing-masing I Kadek Berata, 37, dan I Kadek Pasek, 35. Satu lagi, I Ketut Sueca,39, ketiganya warga Banjar Kemoning, Desa Buana Giri, Bebandem. Sueca awalnya dalam kondisi kritis sempat mendapatkan pertolongan dan dilarikan ke RSUD Karangasem. Namun berselang beberapa jam korban dinyatakan meninggal dunia.
Sedangkan dua korban selamat, yakni I Kadek Berata,34, dan I Kadek Suardika,20, juga warga Banjar Kemoning, Desa Buana Giri, Bebandem saat kejadian keduanya terpental dan terhindar dari reruntuhan material tebing.
Setelah kejadian, Kelian Banjar Kemoning I Wayan Putu langsung melaporkan peristiwa itu ke Perbekel Buana Giri I Nengah Diarsa dan lanjut mengontak petugas BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Karangasem untuk melakukan evakuasi. Tak lama petugas BPBD di bawah koordinasi Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Karangasem I Putu Eka Putra Tirtana datang ke lokasi. Untuk melakukan evakuasi mereka juga berkoordinasi dengan petugas Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem, Polres Karangasem, Polsek Bebandem dan perangkat Desa Buana Giri.
Proses evakuasi korban yang tertimbun juga mendapatkan bantuan ekskavator milik Ni Kadek Tinayanti. Evakuasi dimulai pukul 12.34 Wita dan berakhir pukul 13.30 Wita. Setelah korban ditemukan petugas langsung mengantar dua korban meninggal ke rumah duka, dan satu korban kritis dibawa ke RSUD Karangasem. Namun akhirnya korban yang kritis ini juga meninggal di RSUD Karangasem.
Foto: Suasana rumah duka korban I Kadek Berata di Banjar Kemoning, Desa Buana Giri, Bebandem, Karangasem. -NANTRA
Sementara suasana di rumah korban meninggal dunia, I Kadek Pasek yang masih status bujangan terlihat ibu korban, yakni Ni Made Merta terus meratapi jasad putra sulungnya itu.
Ni Made Merta menangis dan menjerit tiada henti. Sedangkan sang ayah I Made Wenten tampak tegar atas kenyataan pahit yang dia alami. Paman korban I Kadek Pasek, yakni I Komang Sadra menuturkan keponakannya setiap hari pekerjaannya memang sebagai penambang batu tabas, hanya saja lokasinya berpindah-pindah. "Lokasi tempatnya menambang kali ini baru memulai pencarian batu tabas," jelas Komang Sadra.
Sebelum musibah terjadi kata Komang Sadra tidak ada firasat apa-apa. "Biasanya saat jam makan pukul 12.00 Wita keponakan saya pulang makan sambil istirahat. Kemudian melanjutkan pekerjaannya lagi hingga pukul 16.00 Wita," lanjut Komang Sadra. Korban I Kadek Pasek dalam kondisi kedua kaki dan dadanya remuk. Almarhum meninggalkan dua orangtua atas nama I Made Wenten dan Ni Made Merta, serta dua adik kandung atas nama Komang Putu dan Ni Ketut Lastri. Sedangkan korban I Kadek Berata meninggalkan seorang istri atas nama Ni Kadek Suci, dan tiga anak. Sedangkan korban I Ketut Sueca meninggalkan seorang istri atas nama Ni Kadek Asih dan 2 anak.
Kakak kandung korban I Ketut Sueca, yakni I Nengah Sentana mengatakan rencananya akan menggelar upacara makingsan ring gni di Setra Desa Adat Nangka, Redite Umanis Merakih, Minggu (17/9). Kelian Banjar Kemoning I Wayan Putu mengatakan lokasi kejadian di tebing longsor itu milik warga I Ketut Budiasa. "Biasanya, warga yang menggali lahan untuk mendapatkan batu tabas. Nantinya bagi hasil dengan pemilik lahan," jelas Wayan Putu.
Kapolsek Bebandem, AKP I Nengah Sunia mengatakan pihaknya telah melayat ke rumah duka sambil memberikan motivasi agar tabah menghadapi cobaan ini. "Sedapat mungkin ke depan hendaknya lebih berhati hati mencari nafkah dengan cara menggali batu tabas yang lokasinya di tebing. Utamakan keselamatan, upayakan menggali di tempat aman dari longsor," jelas AKP Sunia.
Ketua DPRD I Wayan Suastika terlihat melayat di rumah duka. "Kami mengimbau kepada masyarakat terutama yang mencari nafkah dengan menggali tebing hendaknya memperhatikan keselamatan," jelas Suastika. Juga hadir Sekretaris PMI Karangasem I Wayan Suara Arsana, menyusul datang ke rumah duka Wakil Ketua DPRD Karangasem I Gusti Ngurah Gede Subagiartha, mantan Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri bersama anggota DPRD Karangasem I Ketut Susinta.
Sementara Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, I Made Rentin mengatakan korban meninggal dunia dalam musibah tanah longsor di Banjar Dinas Kemoning, Desa Buana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, akan mendapat santunan masing-masing sebesar Rp 15 Juta.
"Sesuai amanat Peraturan Gubernur Bali Nomor 37 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Nomor 32 Tahun 2021 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Sosial Yang Tidak Dapat Direncanakan Sebelumnya Untuk Korban Bencana/Musibah. Terhadap korban meninggal dunia akan diberikan santunan masing-masing 15 juta rupiah," sebut Rentin dalam keterangan persnya, Senin sore.
Rentin mengatakan, saat ini seluruh korban (baik yang meninggal maupun yang luka ringan) sudah berhasil dievakuasi. Evakuasi dilaksanakan oleh Pos SAR Karangasem, BPBD Kabupaten Karangasem, Puskesmas Bebandem, TNI/Polri, Camat Bebandem, Kepala Desa Buana Giri beserta jajaran dan Masyarakat/ Relawan.
Adapun kronologis peristiwa tragis ini berawal pada pukul 09.00 Wita korban ke lokasi untuk melaksanakan penggalian mencari batu tabas dengan membuat goa di tebing. Menurut pengakuan korban yang selamat, goa yang dibuat baru sekitar 2 meter dan baru dapat bekerja selama 2 jam. Kemudian sekitar pukul 11.00 Wita tanah di atas lokasi (bukan di dalam goa) tiba-tiba jatuh dan menimpa korban. Korban yang selamat dari longsoran karena terpental kayu.
Kejadian ini dilaporkan oleh Kepala Desa Buana Giri I Nengah Diarsa bahwa telah terjadi musibah tertimbun material longsoran akibat penambangan batu di bibir sungai (Tebing). "Proses penggalian material dilakukan dengan menggunakan alat berat jenis excavator milik Ni Kadek Tina Yanti dan saat ini seluruh korban meninggal maupun luka sudah dapat dievakuasi," jelas Rentin.
Rentin mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas di daerah tebing curam dan berpotensi terjadi longsor. Perlu melakukan mitigasi awal secara mandiri dengan mengenali potensi ancaman (bencana) di sekitar tempat kita beraktivitas. Setelah tahu potensi ancaman yang ada, maka wajib menyiapkan skenario (strategi) penyelamatan diri agar terhindar dari ancaman (bahaya) tersebut, jika tiba-tiba kemungkinan terburuk terjadi. Jika tebing/lereng sangat curam dan kondisi tekstur tanah (bebatuan) yang relatif labil (tidak kuat), sebaiknya hindari beraktivitas di sekitar daerah tersebut karena berpotensi terjadi longsor," pungkasnya.
"Jika terjadi dan ditemukan kejadian kebencanaan, dapat menghubungi BPBD setempat (kabupaten/kota) atau dapat langsung ke call center BPBD Provinsi Bali 0361-251177 dan nomor WhatsApp 085792240799," pungkasnya. 7 k16, cr78
1
Komentar