Sempat Gagal, Dosen Politeknik Negeri Bali Lolos Beasiswa S3 di Hungaria
Beasiswa
Politeknik Negeri Bali
PNB
beasiswa Stipendium Hungaricum
Inspirasi
Kuliah di Luar egeri
S3
MANGUPURA, NusaBali.com – Lolos seleksi beasiswa S3 ke luar negeri bukanlah hal yang mudah. Tentunya dibutuhkan kerja keras serta persiapan yang matang. Bahkan, tidak sedikit pendaftar beasiswa ke luar negeri yang harus menghadapi kegagalan.
Kegagalan tersebut pernah dirasakan oleh salah satu dosen dari Politeknik Negeri Bali (PNB) yakni I Wayan Eka Dian Rahmanu yang mengajar Bahasa Inggris di Jurusan Administrasi Bisnis.
Namun berkat tekad dan keinginannya yang tinggi, ia pun bisa bersaing untuk merebut kembali kuota yang telah disediakan dan melanjutkan studi akademik tertinggi di tingkat doktoral dengan bantuan beasiswa Stipendium Hungaricum (SH) di Hungaria hingga 2027 mendatang.
Sebab, pria yang akrab di sapa Rahmanu itu mengatakan, beasiswa tersebut adalah salah satu beasiswa yang sangat diminati di kalangan peneliti, dosen, ataupun anak muda. Para pelamarnya pun melalui proses seleksi yang memakan waktu berbulan-bulan hingga penetapan akhir.
“Sebelum apply kampus di Hungaria, saya harus mengetahui kebutuhan yang menunjang keilmuan maupun akademik saya sebagai seorang dosen dan tidak kalah penting saya harus mencari letter of statement dari calon supervisor. Setelah mendaftar dan meng-upload dokumen seperti IELTS, tahap selanjutnya adalah interview dengan calon supervisor dan tahap terakhir adalah persetujuan antara pihak Hungaria dan Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi,” ujar Rahmanu.
Meski sempat gagal di tahun lalu, anak pertama dari 2 bersaudara dari pasangan I Nyoman Nadiana dan Nining Tahan Rahayu ini bersyukur menjadi salah satu dari 15 penerima beasiswa S3 Hungaria dan menjadi satu-satunya perwakilan dari Bali.
Nantinya, ia akan mengenyam pendidikan di Hungaria kurang lebih selama empat tahun di University of Szeged, Faculty of Humanities and social sciences, Doctoral School of Educational Sciences yang dibiayai secara full oleh Pemerintah Hungaria.
“Program ini empat tahun yang dibagi menjadi dua skema. Dua tahun pertama saya akan belajar di kelas dan setelah lulus ujian komprehensif, saya akan langsung melakukan penelitian tentang topik yang telah saya diskusikan dengan supervisor,” lanjut pria kelahiran Desa Peguyangan Denpasar, 20 Mei 1988 itu.
“Program ini empat tahun yang dibagi menjadi dua skema. Dua tahun pertama saya akan belajar di kelas dan setelah lulus ujian komprehensif, saya akan langsung melakukan penelitian tentang topik yang telah saya diskusikan dengan supervisor,” lanjut pria kelahiran Desa Peguyangan Denpasar, 20 Mei 1988 itu.
Rahmanu menjelaskan, selama berkuliah di sana nantinya dia akan melanjutkan program yang telah dibuat selama mengajar di PNB yaitu dengan menggabungkan beberapa pendekatan.
Seperti multimodality, konstruktivisme, dan penggunaan video 360. Ia juga berkesempatan untuk mengembangkan website yang telah dibuat sebagai alat bantu untuk mengajar.
Nantinya, website yang diberima nama Duweg English itu dapat diakses oleh secara gratis oleh siswa, mahasiswa, maupun Masyarakat luas. Sehingga hal-hal yang akan dikembangkan selama di perkuliahan, akan sangat berguna ketika ia kembali lagi ke institusi tempat ia mengajar.
“Saya juga sudah mengembangkan website based learning yang akan saya proteksikan untuk media pembelajaran. Nanti saya akan fokus kepada skillnya mereka mulai dari writing, speaking, reading, ataupun listening yang bertujuan untuk mengasah kemampuan Bahasa Inggris peserta didik sehingga bisa digunakan di dunia industri nantinya,” ujarnya.
Menurutnya, ilmu yang sudah didapat tersebut tidak hanya akan diimplementasikan kepada mahasiswanya tetapi juga kepada masyarakat. Sebab, ia menilai sebagai seorang dosen harus memenuhi Tri Dharma perguruan tinggi yaitu melakukan penelitian, pengajaran, dan pengabdian kepada masyarakat.
Ia pun memiliki misi ke depan untuk turut mengajar ke desa-desa dan menggunakan bahan ajar atau ilmu yang sudah didapat untuk meningkatkan keinginan anak-anak dalam belajar berbahasa Inggris. Setelah itu, ia memiliki peluang agar anak-anak dapat meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa Inggris.
“Harapan saya setelah lulus dari program ini saya akan tetap berkomunikasi dengan baik dengan supervisor, peneliti dari luar negeri, dan rekan-rekan akademisi Indonesia. Karena kolaborasi antar sesama peneliti itu sangat penting bukan hanya untuk melahirkan produk tetapi bagaimana ide-ide yang dihasilkan berguna bagi mahasiswa, siswa, dan masyarakat luas,” ungkapnya.
Di akhir obrolan, Rahmanu menuturkan dukungan dari orang-orang terdekat, terutama orangtua, istri, dan anak sangat mempengaruhi proses yang dilalui selama berburu beasiswa.
Tak hanya itu, dukungan dari Direktur Politeknik Negeri Bali, I Nyoman Abdi SE M eCom dan Kepala Jurusan Administrasi Bisnis, Nyoman Indah Kusuma Dewi SE MBA Ph D dan seluruh dosen Jurusan Administrasi Bisnis sangat mendukung segala kebutuhan administratif dan non adminitratif sehingga berjalan dengan lancar.
“Saya sangat berterima kasih keluarga, pihak kampus, dan kepada semua pihak karena dengan dukungan mereka saya bisa mencapai proses sampai saat ini,” ucapnya.
Selain lingkungan yang mendukung, ia berhasil untuk tetap optimis dan memiliki motivasi yang kuat dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Sebab, selama proses seleksi dirinya harus mencuri-curi waktu untuk belajar di malam hari.
“Tentunya saya harus menyelesaikan kewajiban saya sebagai seorang dosen terlebih dahulu, baru saat malam hari saya belajar dan mempersiapkan ini. Kalau ada keinginan, sedikit waktu yang kita punya itu sangat berharga. Apalagi kita punya tekad atau keinginan, waktu yang sangat terbatas pasti sangat berharga bagi kita. Oleh karena itu, semakin dewasanya seseorang maka diharapkan untuk mampu membagi waktu dengan maksimal. Semoga ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua,” pesannya. *ris
Komentar