'Pesan dari Barat' Memasuki Ruang Apresiasi yang Lebih Luas
Komunitas Maha Rupa Batukaru, Tabanan Gelar Pameran di Santrian Art Gallery, Sanur, Denpasar
Latar belakang berdirinya Komunitas Maha Rupa Batukaru ingin menciptakan wadah dan kendaraan bagi para seniman untuk bisa bergerak lebih maju dan cepat
DENPASAR, NusaBali
Komunitas seni dari Kabupaten Tabanan, Maha Rupa Batukaru, mengadakan pameran di Santrian Art Gallery, Sanur, Denpasar Selatan, Kota Denpasar pada 15 September sampai 31 Oktober 2023. Tema yang diangkat bertajuk 'Pesan dari Barat', ingin menunjukkan eksistensi perupa dari daerah 'lumbung padi' Tabanan.
Sebanyak 36 karya berupa lukisan berbagai aliran ditambah 2 karya patung merupakan karya dari 27 seniman Komunitas Maha Rupa Batukaru. Mereka itu adalah Wayan Sunadi 'Doel', Nyoman Wijaya, Wayan Santrayana, Kadek Dedy Sumantra Yasa, Nyoman Aptika, Made Gunawan, Ketut 'Boping' Suryadi, Made Astika, Putu Suhartawan, Wayan Suastama, Putu Adi Sweca, Made Kenak DA, Ketut Mastrum, Ketut Suadnyana, Made Wahyu Senayadi, Wayan Naya, Nyoman Ari Winata, I G Nyoman Winartha, Luh Gede Widiya, Wayan Susana, Wayan Sukarma, I G Putu Yogi Jana P, Made Sutarjaya, Komang Kanta, Made Subrata, Ketut Murtayasa, dan Luh Gde Fridayani.
Komunitas seni dari Kabupaten Tabanan, Maha Rupa Batukaru, mengadakan pameran di Santrian Art Gallery, Sanur, Denpasar Selatan, Kota Denpasar pada 15 September sampai 31 Oktober 2023. Tema yang diangkat bertajuk 'Pesan dari Barat', ingin menunjukkan eksistensi perupa dari daerah 'lumbung padi' Tabanan.
Sebanyak 36 karya berupa lukisan berbagai aliran ditambah 2 karya patung merupakan karya dari 27 seniman Komunitas Maha Rupa Batukaru. Mereka itu adalah Wayan Sunadi 'Doel', Nyoman Wijaya, Wayan Santrayana, Kadek Dedy Sumantra Yasa, Nyoman Aptika, Made Gunawan, Ketut 'Boping' Suryadi, Made Astika, Putu Suhartawan, Wayan Suastama, Putu Adi Sweca, Made Kenak DA, Ketut Mastrum, Ketut Suadnyana, Made Wahyu Senayadi, Wayan Naya, Nyoman Ari Winata, I G Nyoman Winartha, Luh Gede Widiya, Wayan Susana, Wayan Sukarma, I G Putu Yogi Jana P, Made Sutarjaya, Komang Kanta, Made Subrata, Ketut Murtayasa, dan Luh Gde Fridayani.
Foto: Ketua Komunitas Maha Rupa Batukaru, Nyoman Wijaya dan karyanya. -SURYADI
Ketua Komunitas Maha Rupa Batukaru, Nyoman Wijaya mengatakan tema ‘Pesan dari Barat’ yang diangkat dalam pameran kali ini tak terlepas dari latar belakang berdirinya Komunitas Maha Rupa Batukaru yang ingin menciptakan wadah dan kendaraan bagi para seniman untuk bisa bergerak lebih maju dan lebih cepat. Tak itu saja, komunitas ini dibangun sebagai ruang interaksi dari masing-masing anggota untuk menumbuhkan suasana diskusi dalam rangka menemukan ide-ide baru dalam berkesenian.
Komunitas ini juga mampu menguatkan keyakinan dan rasa percaya diri untuk bisa maju bersama memasuki ruang-ruang apresiasi dan pasar yang lebih luas. "Harapan kami ‘Pesan dari Barat’ ini tidak hanya berlaku pada anggota komunitas kami. Namun menjadi inspirasi bagi komunitas di daerah Bali lainnya yang pada akhirnya akan memberi dampak positif bagi perkembangan seni rupa Bali," ujar Nyoman Wijaya dalam konferensi pers di Santrian Art Gallery, Kamis (14/9).
Kata Wijaya, sebagai daerah agraris dan lumbung padinya Bali, Tabanan banyak melahirkan maestro di bidang seni.
Ketua Komunitas Maha Rupa Batukaru, Nyoman Wijaya mengatakan tema ‘Pesan dari Barat’ yang diangkat dalam pameran kali ini tak terlepas dari latar belakang berdirinya Komunitas Maha Rupa Batukaru yang ingin menciptakan wadah dan kendaraan bagi para seniman untuk bisa bergerak lebih maju dan lebih cepat. Tak itu saja, komunitas ini dibangun sebagai ruang interaksi dari masing-masing anggota untuk menumbuhkan suasana diskusi dalam rangka menemukan ide-ide baru dalam berkesenian.
Komunitas ini juga mampu menguatkan keyakinan dan rasa percaya diri untuk bisa maju bersama memasuki ruang-ruang apresiasi dan pasar yang lebih luas. "Harapan kami ‘Pesan dari Barat’ ini tidak hanya berlaku pada anggota komunitas kami. Namun menjadi inspirasi bagi komunitas di daerah Bali lainnya yang pada akhirnya akan memberi dampak positif bagi perkembangan seni rupa Bali," ujar Nyoman Wijaya dalam konferensi pers di Santrian Art Gallery, Kamis (14/9).
Kata Wijaya, sebagai daerah agraris dan lumbung padinya Bali, Tabanan banyak melahirkan maestro di bidang seni.
Foto: Sejumlah karya Komunitas Maha Rupa Batukaru yang dipamerkan. -SURYADI
Ada penari legendaris I Ketut Maria (Mario), pematung terkenal Nyoman Nuarta, sastrawan kawakan Gusti Putu Wijaya, perupa mendunia Made Wianta dan sebagainya. Kiprah berkesenian para maestro ini juga menjadi insprasi bagi Komunitas Maha Rupa Batukaru untuk mengembangkan seni rupa. "Para maestro seni rupa ini bisa dijadikan pijakan kami dalam mempertahankan semangat berkarya dan menjadikan contoh nyata bahwa alam dan geografis Tabanan yang agraris juga mampu melahirkan seniman-seniman hebat tanah air," ujar Wijaya. Gambaran tentang Tabanan yang dikenal sebagai lumbung berasnya Bali ditunjukkan Pelukis Made Gunawan,50. Seniman asal Desa Apuan, Baturiti, Tabanan ini melukiskan dengan indah padi-padi yang diikat setelah dipanen oleh para petani.
Lukisannya yang berjudul 'Harvest' (panen) menggambarkan keresahannya akan keberadaan lahan pertanian di Tabanan yang semakin hari semakin berkurang. Ia khawatir anak keindahan sawah-sawah yang membentang hanya tinggal kenangan. Terlebih kebudayaan Tabanan disebutnya sangat kental dengan budaya agrarisnya. Masyarakat Tabanan pun akan tercerabut dari akar budaya dan jati dirinya. "Tabanan kan terkenal dengan lumbung berasnya padi, sekarang sudah menjadi dilema karena lahan-lahan sudah banyak dialihfungsikan. Apakah tahun depan lagi (berkurang) seperti ini, jangan-jangan hanya tinggal kenangan saja," ujarnya.
Seniman berkacamata ini sekalian mengajak untuk menekan alih fungsi lahan sawah di Tabanan supaya generasi mendatang tidak hanya bisa melihat hamparan sawah membentang lewat karya-karya lukis seperti yang dibuatnya. Sementara itu, Pengelola Santrian Art Gallery Made 'Dollar' Astawa menyampaikan, penting bagi ruang-ruang seni seperti Santrian Art Gallery untuk memberikan kesempatan tampil kepada komunitas-komunitas yang ada di seluruh Bali. "Dengan memberikan ruang untuk komunitas-komunitas seni yang ada di Bali niscaya seni dan budaya Bali akan ajeg," ujarnya. 7 cr78
Ada penari legendaris I Ketut Maria (Mario), pematung terkenal Nyoman Nuarta, sastrawan kawakan Gusti Putu Wijaya, perupa mendunia Made Wianta dan sebagainya. Kiprah berkesenian para maestro ini juga menjadi insprasi bagi Komunitas Maha Rupa Batukaru untuk mengembangkan seni rupa. "Para maestro seni rupa ini bisa dijadikan pijakan kami dalam mempertahankan semangat berkarya dan menjadikan contoh nyata bahwa alam dan geografis Tabanan yang agraris juga mampu melahirkan seniman-seniman hebat tanah air," ujar Wijaya. Gambaran tentang Tabanan yang dikenal sebagai lumbung berasnya Bali ditunjukkan Pelukis Made Gunawan,50. Seniman asal Desa Apuan, Baturiti, Tabanan ini melukiskan dengan indah padi-padi yang diikat setelah dipanen oleh para petani.
Lukisannya yang berjudul 'Harvest' (panen) menggambarkan keresahannya akan keberadaan lahan pertanian di Tabanan yang semakin hari semakin berkurang. Ia khawatir anak keindahan sawah-sawah yang membentang hanya tinggal kenangan. Terlebih kebudayaan Tabanan disebutnya sangat kental dengan budaya agrarisnya. Masyarakat Tabanan pun akan tercerabut dari akar budaya dan jati dirinya. "Tabanan kan terkenal dengan lumbung berasnya padi, sekarang sudah menjadi dilema karena lahan-lahan sudah banyak dialihfungsikan. Apakah tahun depan lagi (berkurang) seperti ini, jangan-jangan hanya tinggal kenangan saja," ujarnya.
Seniman berkacamata ini sekalian mengajak untuk menekan alih fungsi lahan sawah di Tabanan supaya generasi mendatang tidak hanya bisa melihat hamparan sawah membentang lewat karya-karya lukis seperti yang dibuatnya. Sementara itu, Pengelola Santrian Art Gallery Made 'Dollar' Astawa menyampaikan, penting bagi ruang-ruang seni seperti Santrian Art Gallery untuk memberikan kesempatan tampil kepada komunitas-komunitas yang ada di seluruh Bali. "Dengan memberikan ruang untuk komunitas-komunitas seni yang ada di Bali niscaya seni dan budaya Bali akan ajeg," ujarnya. 7 cr78
1
Komentar