Impor Masih Tinggi, Pemerintah Didesak Tingkatkan Produksi Kakao Lokal
JAKARTA, NusaBali - Pemerintah diminta meningkatkan produksi kakao lokal. Hal ini karena pemenuhan kakao untuk dalam negeri masih didominasi kakao produk impor.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika mengatakan, industri kakao perlu didukung dengan pasokan bahan baku lokal. Juli Ardika mengakui, pada tahun 2014, produksi kakao lokal memasok bahan baku sebanyak 70 persen dan sisanya 30 persen bahan baku dari impor.
Namun, tren itu menurun, tercatat pada tahun 2021, produksi kakao lokal memasok bahan baku sebanyak 37 persen dan 63 persen bahan baku dari impor.
Meski begitu, Juli Ardika mengakui saat ini mulai membaik. Tercatat, pada tahun 2022, produksi kakao lokal memasok bahan baku sebanyak 45 persen dan 55 persen bahan baku berasal dari impor.
"Dengan tata kelola, asosiasi dan lain lain, saya yakin sekali bahwa kita akan mempunyai suatu pertumbuhan penyiapan ketersediaan bahan bakunya," ujar Juli Ardika dalam konferensi pers Indonesia International Cocoa Conference, seperti dilansir kontan.co.id, Kamis (14/9).
Ketua Dewan Kakao Indonesia Soetanto Abdoellah mengatakan, penurunan produksi kakao disebabkan sejumlah hal. Di antaranya serangan hama dan usia tanaman kakao yang sudah tua.
Menurut Soetanto, mayoritas tanaman kakao yang saat ini ada di Indonesia ditanam pada sekitar tahun 1980. Padahal umur ekonomis puncak produksi tanaman kakao adalah 10 tahun - 15 tahun. Setelah tanaman berusia 15 tahun - 20 tahun, produksinya sudah mulai turun.
"Ini terlambat kita untuk mempermuda kembali," ungkap Soetanto. Ketua Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI), Piter Jasman meminta pemerintah fokus pada sektor hulu. Yakni membantu petani kakao meningkatkan produksi. Sehingga Indonesia dapat mengurangi keluarnya devisa dan dapat memenuhi kebutuhan kakao nasional.
"Kalau tidak salah tiap tahun kita mengimpor hampir US$ 600 juta (bahan baku kakao)," ucap Piter.
Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Arief Susanto mengatakan, diperlukan komitmen bersama para pemangku kepentingan untuk bekerjasama dalam meningkatkan produktivitas kakao dan kesejahteraan petani.
"Sehingga berapapun yang akan diproduksi itu pasti akan diserap oleh industri," ucap Arief.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Kakao, Arif Zamroni mengatakan, Kementerian Pertanian mesti berperan dalam peningkatan produksi kakao, Kementerian Perindustrian perlu mengelola sektor tengah dan Kementerian Perdagangan perlu memperhatikan kinerja perdagangan kakao.
Selain itu, tantangan implementasi program peningkatan produksi di tingkat daerah.
"Mengcombine, mengakselerasi, mengharmonisasi itu yang sekarang sampai hari ini belum berhasil," ujar Arif. 7
1
Komentar