Upacara Jana Kerthi Peringati Rahina Tresna Asih
Pemkot Denpasar Tampilkan Beragam Gambelan Bali
DENPASAR, NusaBali - Pemkot Denpasar menggelar upacara Jana Kerthi dalam rangka pitenget (memperingati, red) Tumpek Krulut sebagai Rahina Tresna Asih (Hari Hari Kasih Sayang, red) di Pura Agung Lokanatha, Taman Kota, Denpasar, Saniscara Kliwon Krulut, Sabtu (16/9).
Upacara Jana Kerthi yang merupakan tindaklanjut SE (Surat Edaran) Gubernur Bali serta sebagai wujud sradha bhakti umat Hindu dihadiri Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara didampingi Ketua TP PKK Kota Denpasar Ny Antari Jaya Negara, Ketua DPRD Kota Denpasar I Gusti Ngurah Gede, Sekda Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana serta pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Denpasar. Hadir pula perwakilan Forkopimda, Ketua MDA Kota Denpasar AA Ketut Sudiana dan Ketua PHDI Kota Denpasar I Made Arka.
Sebagai hari suci yang juga merupakan penghormatan terhadap tetangguran (gambelan), rangkaian upacara diawali dengan sesolahan (tarian) Rejang Renteng. Upacara juga disi dengan memainkan berbagai jenis Gambelan Bali. Tampil sejumlah sekaa gong yakni Sekaa Gong Gambelan Pesel Banjar Kehen Kesiman, Kelurahan Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur. Kemudian ada Sekaa Gambuh Kerta Jaya, Banjar Menesa Puseh, Kelurahan Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan. Selanjutnya Sekaa Semarapegulingan Ganeswara Banjar Ujung Kesiman, Sekaa Gong Siwernadi Swara Banjar Pagan Kelod, Desa Sumerta Kauh serta Sekaa Gong Wanita Srikandi Metu Swara Denpasar.
Diiringi suara Kidung, satu persatu gambelan, mulai dari Gong Kebyar, Gambelan Semarapegulingan, Gambelan Pesel, Selonding dan Gambelan Gambuh silih berganti dimainkan. Seluruh rangkaian diakhiri dengan persembahyangan bersama yang dipuput Ida Pedanda Gede Oka Keniten, dari Griya Gede Beraban Denpasar.
Wali Kota Denpasar Jaya Negara mengatakan, pada Hari Tumpek Krulut kali ini dilaksanakan dengan Upacara Jana Kerthi. Hal ini sebagai tindaklanjut SE Gubernur Bali.Kata dia, upacara ini sebagai pelaksanaan Tata-titi Kehidupan Masyarakat Bali berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi dalam Bali Era Baru serta wujud sradha bhakti umat kepada Sang Hyang Widi Wasa. “Sebelumnya, Pemkot Denpasar secara rutin telah melaksanakan pitenget Tumpek Krulut dengan sajian beragam pementasan tetabuhan,” ujar Sekretaris DPD PDIP Bali ini.
Dijelaskan Jaya Negara, secara filosofis makna perayaan Tumpek Krulut adalah menstanakan Dewa Keindahan dalam diri manusia. Sehingga manusia senantiasa diberikan kesenangan dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan. Keindahan/Lango banyak terdapat dalam karya seni, seperti gamelan atau musik. "Sebagaimana tersurat dalam Lontar Prakempa dan Aji Gurnita, hari yang baik atau Dewasa Ayu untuk mengupacarai Sarwa Tetangguran atau Gamelan adalah Rahina Tumpek Krulut. Pada Rahina Tumpek Krulut kita memuja Dewa Iswara atau Kawiswara sebagai Dewa Keindahan, memohon waranugraha agar umat terus menerus diberi kesenangan dan kebahagiaan Sakala-Niskala, dalam konsep Satyam, Siwam, Sundaram," ujar politisi yang juga seniman Topeng ini.
Menurut Jaya Negara, perayaan Rahina Tumpek Krulut merupakan pemuliaan manusia sekaligus penghormatan terhadap kebudayaan, sebagai pencapaian budhi dan daya cipta manusia. Oleh karena itu, bertepatan dengan Rahina Tumpek Krulut diperingati sebagai Rahina Tresna Asih yang bermakna kasih sayang, berarti pula penyucian dan pemuliaan manusia, sebagaimana ajaran kearifan lokal Jana Kerthi. "Mari Kita rawat warisan ini dengan niat mulia, komitmen kuat, dan sungguh-sungguh agar menjadi laku hidup bagi Krama Bali sebagai Penanda Peradaban Bali Era Baru dalam mengarungi arus deras dinamika kehidupan lokal, nasional, dan global," tegas mantan Ketua DPC PDIP Denpasar ini.
Jaya Negara berharap, perayaan Rahina Tumpek Krulut patut disyukuri sebagai anugerah Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan kebahagiaan dan kesenangan niskala dan sakala kepada Manusia. “Kita syukuri anugerah kebahagiaan dan kesenangan dengan selalu mengedepankan kebersamaan, saling asah asih asuh, salunglung sabayantaka. Dengan spirit Vasudhaiva Kutumbakam dalam menjaga keharmonisan antara alam, manusia, dan kebudayaan Bali yang meliputi tradisi, seni, budaya, hingga kearifan lokal secara sakala dan niskala, sehingga mampu menjadi pondasi dalam mewujudkan tujuan pembangunan di Kota Denpasar," ujar Jaya Negara.n@mis
Sebagai hari suci yang juga merupakan penghormatan terhadap tetangguran (gambelan), rangkaian upacara diawali dengan sesolahan (tarian) Rejang Renteng. Upacara juga disi dengan memainkan berbagai jenis Gambelan Bali. Tampil sejumlah sekaa gong yakni Sekaa Gong Gambelan Pesel Banjar Kehen Kesiman, Kelurahan Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur. Kemudian ada Sekaa Gambuh Kerta Jaya, Banjar Menesa Puseh, Kelurahan Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan. Selanjutnya Sekaa Semarapegulingan Ganeswara Banjar Ujung Kesiman, Sekaa Gong Siwernadi Swara Banjar Pagan Kelod, Desa Sumerta Kauh serta Sekaa Gong Wanita Srikandi Metu Swara Denpasar.
Diiringi suara Kidung, satu persatu gambelan, mulai dari Gong Kebyar, Gambelan Semarapegulingan, Gambelan Pesel, Selonding dan Gambelan Gambuh silih berganti dimainkan. Seluruh rangkaian diakhiri dengan persembahyangan bersama yang dipuput Ida Pedanda Gede Oka Keniten, dari Griya Gede Beraban Denpasar.
Wali Kota Denpasar Jaya Negara mengatakan, pada Hari Tumpek Krulut kali ini dilaksanakan dengan Upacara Jana Kerthi. Hal ini sebagai tindaklanjut SE Gubernur Bali.Kata dia, upacara ini sebagai pelaksanaan Tata-titi Kehidupan Masyarakat Bali berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi dalam Bali Era Baru serta wujud sradha bhakti umat kepada Sang Hyang Widi Wasa. “Sebelumnya, Pemkot Denpasar secara rutin telah melaksanakan pitenget Tumpek Krulut dengan sajian beragam pementasan tetabuhan,” ujar Sekretaris DPD PDIP Bali ini.
Dijelaskan Jaya Negara, secara filosofis makna perayaan Tumpek Krulut adalah menstanakan Dewa Keindahan dalam diri manusia. Sehingga manusia senantiasa diberikan kesenangan dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan. Keindahan/Lango banyak terdapat dalam karya seni, seperti gamelan atau musik. "Sebagaimana tersurat dalam Lontar Prakempa dan Aji Gurnita, hari yang baik atau Dewasa Ayu untuk mengupacarai Sarwa Tetangguran atau Gamelan adalah Rahina Tumpek Krulut. Pada Rahina Tumpek Krulut kita memuja Dewa Iswara atau Kawiswara sebagai Dewa Keindahan, memohon waranugraha agar umat terus menerus diberi kesenangan dan kebahagiaan Sakala-Niskala, dalam konsep Satyam, Siwam, Sundaram," ujar politisi yang juga seniman Topeng ini.
Menurut Jaya Negara, perayaan Rahina Tumpek Krulut merupakan pemuliaan manusia sekaligus penghormatan terhadap kebudayaan, sebagai pencapaian budhi dan daya cipta manusia. Oleh karena itu, bertepatan dengan Rahina Tumpek Krulut diperingati sebagai Rahina Tresna Asih yang bermakna kasih sayang, berarti pula penyucian dan pemuliaan manusia, sebagaimana ajaran kearifan lokal Jana Kerthi. "Mari Kita rawat warisan ini dengan niat mulia, komitmen kuat, dan sungguh-sungguh agar menjadi laku hidup bagi Krama Bali sebagai Penanda Peradaban Bali Era Baru dalam mengarungi arus deras dinamika kehidupan lokal, nasional, dan global," tegas mantan Ketua DPC PDIP Denpasar ini.
Jaya Negara berharap, perayaan Rahina Tumpek Krulut patut disyukuri sebagai anugerah Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan kebahagiaan dan kesenangan niskala dan sakala kepada Manusia. “Kita syukuri anugerah kebahagiaan dan kesenangan dengan selalu mengedepankan kebersamaan, saling asah asih asuh, salunglung sabayantaka. Dengan spirit Vasudhaiva Kutumbakam dalam menjaga keharmonisan antara alam, manusia, dan kebudayaan Bali yang meliputi tradisi, seni, budaya, hingga kearifan lokal secara sakala dan niskala, sehingga mampu menjadi pondasi dalam mewujudkan tujuan pembangunan di Kota Denpasar," ujar Jaya Negara.n@mis
1
Komentar