Semua Berawal dari Pertemuan di Acara Pengundian Doorprize
Selaku pendiri dan Koordinator komunitas Denpa CC, seniman teater Made Pundra aktif mengajak 35 penyandang disabilitas tuna rungu mengikuti beragam aktivitas. Bahkan, sang istri Luh Karyawati juga dilibatkan sebagai pemandu di stand kuliner Warung Tuna Rungi Denfest 2015.
Keberadaan Warung Tuna Rungu di Arena Denfest 2015 Bikin Pengunjung Terkaget (2-Habis)
DENPASAR, NusaBali
Keberadaan komunitas pesepeda 'Denpa CC'---singkatan dari Deaf N Partner Cycle Club---yang beranggotakan para penyandang disabilitas tuna rungu, hingga akhirnya eksis dan ikut buka stand kuliner Warung Tuna Rungu di arena Denpasar Festival (Denfest) 2015, tak terlepas dari peran I Made Pundra, 50. Seniman teater inilah yang menghimpun para penyandang tuna rungu dan mewadahi mereka lewat Denpa CC, organisasi komunitas pesepeda yang bermarkas di Banjar Tengah, Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan.
Made Pundra mengisahkan, komunitas Denpa CC ini terbentuk pada September 2011 silam. Berawal dari sebuah undian berhadiah kegiatan lomba bersepeda. "Saya awalnya aneh melihat ada sejumlah anak-anak yang sibuk bercanda saat pengundian doorprise. Menurut saya, kasihan kalau salah satu nomor anak-anak itu muncul, malah hangus karena tidak diperhatikan. Setelah saya dekati, ternyata mereka tuna rungu," kenang Pundra saat ditemui NusaBali di stand kuliner Warung Tuna Rungu areal Denfest, Jalan Gajah Mada Denpasar, Selasa (29/12).
Dalam benak Pundra kala itu, dengan kondisi tuna rungu, anak-anak tersebut juga akan lebih kehilangan kesempatan memenangkan undian, karena mereka tidak mampu mendengar omongan pemandu acara. Maka itu, Pundra mengambil alih nomor-nomor undian yang dibawa anak-anak tuna rungu, seraya mengajak mereka ikut memperhatikan. "Beberapa di antara mereka ternyata ada yang dapat hadiah," kenang Pundra.
Dari pertemuan pertama itu, Pudnra selanjutnya aktif melakukan aktivitas bersepeda bersama anak-anak tuna rungu yang tergabung dalam Denpa CC di Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Denpasar (yang lebih dikenal sebagai Lapangan Renon). Ada sekitar 35 anggota yang tergabung dalam komunitas Denpa CC, mereka bukan hanya Denapsar, tapi asal seluruh daerah se-Bali. Bahkan, ada juga anggota asal Surabaya dan Jogjakarta yang sudah lama menetap di Denpasar.
Sejak itu, setiap ada event bersepeda, komunitas Denpa CC tidak pernah absen. Selain bersepeda, ada juga kegiatan rutin berupa sangkep (rapat) yang digelar setiap bulan. Sebagai kas komunitas, masing-masing anggota dikenakan iuran sebanyak Rp 5.000 setiapkali sangkep.
"Uang itu mereka pakai kembali untuk kegiatan bersama. Seperti tahun lalu, dipakai untuk ritual tirtayatra ke Pura Alas Purwo dan Pura Blambangan (di Banyuwangi, Jawa Timur). Bahkan, mereka juga aktif mengumpulkan baju-baju layak pakai untuk disumbangkan ke panti asuhan. Dalam waktu dekat, rencananya mereka mau kunjungan ke Panti Tuna Rungu di Karangasem," jelas Pundra yang sekaligus bertindak sebagai Koordinator Denpa CC.
Selaku Koordinator Denpa CC, Pundra pula yang aktif mengupayakan agar komunitas penyandang disabilitas tuna rungu ini bisa sebagai pesrta stand kuliner buat kali pertama di arena Denfest 2015. Bahkan, Pundra mengajak serta istrinya, Ni Luh Karyawati, sebagai penerjemah bagi bahasa isyarat dan bahasa tubuh penunggu stand kuliner yang semuanya tuli bisu saat bertransaksi dengan pembeli di arena Fenfest 2015. "Kalau pembeli ah uh, nggak bisa bahasa isyarat dan tidak bisa mengungkapkan apa yang dia ingin beli, istri saya yang bantu bicara," jelas Pundra.
Siapa Made Pundra? Pria berusia 50 tahun ini lebih dikenal sebagai seniman teater. Semasa mudanya di era 1990-an, Pundra pernah beradu akting dengan deretan artis nasional, seperti Dwi Yan dan Dewi Yul dalam film berjudul ‘Ayu dan Ayu’. Dalam film yang disutradarai almarhum Sophan Sophiaan ini, Pundra berperan sebagai karyawan sebuah perusahaan iklan di Bali. "Syutingnya kalau tidak salah di sebuah hotel kawasan Kuta," ujar alumnus Fakultas Sastra Unud ini.
Ketertarikan Pundra dalam dunia akting sudah dirasakan sejak duduk di bangku SMAK Harapan, Denpasar Selatan. Bakatnya dalam seni peran diasah lewat kegiatan teater yang berlanjut hingga bangku kuliah. Pundra juga aktif sebagai seniman drama klasik yang sempat rutin tayang di stasiun TVRI Denpasar. "Saya paling sering kebagian peran sebagai patih," cerita ayah dua anak dari pernikahannya dengan Luh Karyawati ini.
Terbaru, Pundra telah menyelesaikan proses syuting film berjudul ‘Jejak Dedari’ bersama aktris kondang Christine Hakim. "Syutingnya sudah berlangsung Agustus 2014 lalu di Desa Tenganan Pengringsingan (Kecamatan Manggis, Karangasem). Perlu waktu sebulan untuk pengambilan gambar," ujar senimat yang mengandalkan nafkah dari kerja serabutan ini.
Sebagai Sarjana Sastra yang bekerja serabutan, bukan berarti Pundra malas-malasan. Pundra sendiri sempat menjadi guru Seni Teater di SMA Kuta Pura. "Lulus kuliah tahun 1991, saya langsung ngabdi sebagai guru honor di SMA Kuta Pura. Selama 5 tahun, saya bosan bekerja dalam ruangan. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengajar tari modern anak-anak di rumah," jelas seniman yang sedang menunggu panggilan untuk syuting film 'Island Dream', produksi film China yang mengambil lokasi syuting di Bali ini. 7 novi antari
1
Komentar