Polres Bentuk 4 Tim, Ungkap Kasus Tewas ‘Gorok Diri’ Guru SDN 3 Gunaksa
Kasus kematian tragis guru SD Negeri 3 Gunaksa, Ni Nengah Sri Arini, 55, ditemukan tewas mengenaskan dalam kondisi leher tergorok di kamar mandi rumahnya kawasan Banjar Tengah, Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung, Senin (3/7) pagi, masih misterius.
SEMARAPURA, NusaBali
Sat Reskrim Polres Klungkung dan Polsek Dawan pun bentuk empat tim untuk ungkap motif aksi ‘gorok diri’ guru berusia 55 tahun ini.
Tim pertama mendapat tugas membawa sejumlah barang bukti ke Lab Forensik Mabes Polri Cabang Denpasa, sementara tim kedua dan tim ketiga bertugas mengambil keterangan saksi-saksi di sektiar TKP. Sedangkan tim keempat (tim identifikasi) bertugas meneliti ulang lokasi TKP. “Dari empat tim ini, kami berharap mendapatkan hasil maksimal,” ujar Kasat Reskrim Polres Klungkung, AKP Made Dwi Wirawan, kepada NusaBali di Semarapura, Jumat (7/7).
Menurut Dwi Wirawan, tim pertama sudah membawa sejumlah barang bukti ke Labfor Mabes Polri Cabang Denpasar. Barang bukti itu, antara lain, HP milik korban (tanpa berisi bateri), Laptop berikut tasnya, dan pisau dapur. “Barang bukti itu masih diperiksa,” katanya.
Petugas kepolisian juga sudah meneliti kembali TKP di rumah korban Nengah Sri Arini di Banjar Tengah, Desa Gunaksa, Jumat kemarin. Saat itu, petugas mengecek lokasi korban pertama kali ditemukan tewas, yakni dalam kamar mandi yang jarang digunakan di halaman rumahnya. “Sampai suara pintu kamar mandi juga kami uji tadi (kemarin), kemudian bekas kabang kawa (jaring laba-laba) dan debu juga diteliti,” tandas Dwi Wirawan.
Menurut Dwi Wirawan, penelitian ulang TKP ini dilakukan untuk mencocokkan keterangan suami korban, I Ketut Rasna, 56, yang pertama kali menemukan istrinya tewas dalam kondisi leher tergorok. Sebelum kejadian, kata dia, Ketut Rasna mengaku sempat mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, kemudian melihat korban keluar. “Berarti suara pintu itu kan harus kedengaran, kita sudah cek tadi,” ujarnya.
Saat korban ditemukan tewas tergeletak, di rumahnya juga ada beberapa keluarga lainnya. Termasuk suami korban, anaknya, sang menantu, dan seorang pembantu. “Mungkin orang di dalam rumah itu juga sempat mendengar suara pintu terbuka, jadi kita sesuaikan semua.”
Dalam pengecekan di TKP, Jumat kemarin, para saksi juga dilibatkan, termasuk suami korban. Namun, Dwi Wirawan belum berani membeber hasil penelitian di lokasi TKP, karena masih proses penyelidikan. Dwi Wirawan targetkan kasus ini bisa terungkap paling lambat Minggu (9/7) besok. Sebab, jenazah korban Sri Arini sudah akan dikuburkan di Setra Desa Pakraman Gunaksa pada Soma Umanis Bala, Senin (10/7) nanti.
Dia menyebutkan, pihak keluarga keberatan dilakukan otopsi jenazah. Kendati demikian, petugas punya strategi lain dalam mengungkap kasus ini. Salah satunya, meminjam jenazah korban dibawa ke RS Sanglah, Denpasar untuk diperiksa ulang. “Ini untuk mengetahui bentuk perlukaannya, perkenaannya, dan sebagainya,” terang Dwi Wirawam.
Ditanya soal kemungkinan ada unsur pembunuhan dalam kasus ini, Dwi Wirawan belum berani memastikannya. Semua nanti proses penyelidikan dan barang bukti yang akan menjawab. Hingga kini, petugas sudah memeriksa 14 saksi, termasuk keluarga korban, pembantu, tetangganya, dan dokter yang sempat memeriksa jenazahnya di RSUD Klungkung, yakni dr Made Batubulan.
Sedangkan Kapolsek Dawan, AKP I Kadek Suadnyana, mengatakan suami korban, Ketut Rasna, sudah sempat diperiksa. Namun, yang bersangkutan enggan diperiksa di kantor polisi, dengan dalih masih dalam kondisi shock. “Kami menyambangi rumah duka untuk meminta keterangan,” ujar Kapolsek Suadnyana, Jumat kemarin.
Sementara itu, anak bungsu korban, I Komang Oka Ari Gunandya, menyatakan pihak keluarga sudah mengikhlaskan kepergian ibunya. “Mohon untuk tidak diungkit-ungkit lagi, karena ini akan menambah duka keluarga kami,” pinta Oka Ari di rumah duka kemarin.
Hingga Jumat kemarin, jenazah korban Nengah Sri Arini masih dititip di RSUD Klungkung. Meurut Perbekel Gunaksa, I Ketut Budiarta, jenazah masih dititikan di RS, karena ada karya pujawali di Pura Bukit Buluh, Desa Pakraman Gunaksa. “Saya sendiri belum sempat ke rumah duka, karena masih ada pujawali di pura,” papar Perbekel Budiarta.
Korban Sri Arini sendiri ditemukan tewas mengenaskan dalam kondisi leher tergorik, Senin pagi sekitar pukul 08.00 Wita. Korban ditemukan tergeletak berlumuran darah di kamar mandi. Di sebelah tubuh korban, ditemukan pisau dapur yang diduga dipakai untuk menggorok lehernya. Berdasarkan hasil pemeriksaan tim medis RSUD Klungkung, korban Sri Arini tewas dengan luka sayatan horizontal di leher sepanjang 5 cm, dengan kedalaman seotot.
Terungkap, sebelum peristiwa maut terjadi, korban Sri Arini diketahui bangun tidur di pagi buta. Sekitar pukul 07.00 Wita, sang suami, Ketut Rasna, mulai mencari korban karena tidak ada di rumah. Padahal, biasanya korban sudah pulang dari belanja di Pasar Gunaksa sebelum pukul 07.00 Wita. Ternyuata, korbanb ditemukan tewas. *wa
Tim pertama mendapat tugas membawa sejumlah barang bukti ke Lab Forensik Mabes Polri Cabang Denpasa, sementara tim kedua dan tim ketiga bertugas mengambil keterangan saksi-saksi di sektiar TKP. Sedangkan tim keempat (tim identifikasi) bertugas meneliti ulang lokasi TKP. “Dari empat tim ini, kami berharap mendapatkan hasil maksimal,” ujar Kasat Reskrim Polres Klungkung, AKP Made Dwi Wirawan, kepada NusaBali di Semarapura, Jumat (7/7).
Menurut Dwi Wirawan, tim pertama sudah membawa sejumlah barang bukti ke Labfor Mabes Polri Cabang Denpasar. Barang bukti itu, antara lain, HP milik korban (tanpa berisi bateri), Laptop berikut tasnya, dan pisau dapur. “Barang bukti itu masih diperiksa,” katanya.
Petugas kepolisian juga sudah meneliti kembali TKP di rumah korban Nengah Sri Arini di Banjar Tengah, Desa Gunaksa, Jumat kemarin. Saat itu, petugas mengecek lokasi korban pertama kali ditemukan tewas, yakni dalam kamar mandi yang jarang digunakan di halaman rumahnya. “Sampai suara pintu kamar mandi juga kami uji tadi (kemarin), kemudian bekas kabang kawa (jaring laba-laba) dan debu juga diteliti,” tandas Dwi Wirawan.
Menurut Dwi Wirawan, penelitian ulang TKP ini dilakukan untuk mencocokkan keterangan suami korban, I Ketut Rasna, 56, yang pertama kali menemukan istrinya tewas dalam kondisi leher tergorok. Sebelum kejadian, kata dia, Ketut Rasna mengaku sempat mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, kemudian melihat korban keluar. “Berarti suara pintu itu kan harus kedengaran, kita sudah cek tadi,” ujarnya.
Saat korban ditemukan tewas tergeletak, di rumahnya juga ada beberapa keluarga lainnya. Termasuk suami korban, anaknya, sang menantu, dan seorang pembantu. “Mungkin orang di dalam rumah itu juga sempat mendengar suara pintu terbuka, jadi kita sesuaikan semua.”
Dalam pengecekan di TKP, Jumat kemarin, para saksi juga dilibatkan, termasuk suami korban. Namun, Dwi Wirawan belum berani membeber hasil penelitian di lokasi TKP, karena masih proses penyelidikan. Dwi Wirawan targetkan kasus ini bisa terungkap paling lambat Minggu (9/7) besok. Sebab, jenazah korban Sri Arini sudah akan dikuburkan di Setra Desa Pakraman Gunaksa pada Soma Umanis Bala, Senin (10/7) nanti.
Dia menyebutkan, pihak keluarga keberatan dilakukan otopsi jenazah. Kendati demikian, petugas punya strategi lain dalam mengungkap kasus ini. Salah satunya, meminjam jenazah korban dibawa ke RS Sanglah, Denpasar untuk diperiksa ulang. “Ini untuk mengetahui bentuk perlukaannya, perkenaannya, dan sebagainya,” terang Dwi Wirawam.
Ditanya soal kemungkinan ada unsur pembunuhan dalam kasus ini, Dwi Wirawan belum berani memastikannya. Semua nanti proses penyelidikan dan barang bukti yang akan menjawab. Hingga kini, petugas sudah memeriksa 14 saksi, termasuk keluarga korban, pembantu, tetangganya, dan dokter yang sempat memeriksa jenazahnya di RSUD Klungkung, yakni dr Made Batubulan.
Sedangkan Kapolsek Dawan, AKP I Kadek Suadnyana, mengatakan suami korban, Ketut Rasna, sudah sempat diperiksa. Namun, yang bersangkutan enggan diperiksa di kantor polisi, dengan dalih masih dalam kondisi shock. “Kami menyambangi rumah duka untuk meminta keterangan,” ujar Kapolsek Suadnyana, Jumat kemarin.
Sementara itu, anak bungsu korban, I Komang Oka Ari Gunandya, menyatakan pihak keluarga sudah mengikhlaskan kepergian ibunya. “Mohon untuk tidak diungkit-ungkit lagi, karena ini akan menambah duka keluarga kami,” pinta Oka Ari di rumah duka kemarin.
Hingga Jumat kemarin, jenazah korban Nengah Sri Arini masih dititip di RSUD Klungkung. Meurut Perbekel Gunaksa, I Ketut Budiarta, jenazah masih dititikan di RS, karena ada karya pujawali di Pura Bukit Buluh, Desa Pakraman Gunaksa. “Saya sendiri belum sempat ke rumah duka, karena masih ada pujawali di pura,” papar Perbekel Budiarta.
Korban Sri Arini sendiri ditemukan tewas mengenaskan dalam kondisi leher tergorik, Senin pagi sekitar pukul 08.00 Wita. Korban ditemukan tergeletak berlumuran darah di kamar mandi. Di sebelah tubuh korban, ditemukan pisau dapur yang diduga dipakai untuk menggorok lehernya. Berdasarkan hasil pemeriksaan tim medis RSUD Klungkung, korban Sri Arini tewas dengan luka sayatan horizontal di leher sepanjang 5 cm, dengan kedalaman seotot.
Terungkap, sebelum peristiwa maut terjadi, korban Sri Arini diketahui bangun tidur di pagi buta. Sekitar pukul 07.00 Wita, sang suami, Ketut Rasna, mulai mencari korban karena tidak ada di rumah. Padahal, biasanya korban sudah pulang dari belanja di Pasar Gunaksa sebelum pukul 07.00 Wita. Ternyuata, korbanb ditemukan tewas. *wa
1
Komentar