Demokrat Siapkan Alternatif Paket KBS-Supadma Rudana
Koalisi Bali Mandara (KBM) Golkar-Demokrat untuk tarung Pilgub Bali 2018, ternyata belum final.
DENPASAR, NusaBali
Karena itu, di internal Demokrat berkembang tiga skenario pasangan Calon Gubernur (Cagub)-Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Bali, dengan arah koalisi yang berbeda-beda, yakni Ketut Sudikerta-Made Mudarta, Wayan Koster-Putu Supadma Rudana, dan IB Rai Mantra-Ni Putu Tutik Kusuma Wardani.
Dalam tiga skenario paket calon ini, Demokrat menyodorkan figur untuk posisi Cawagub Bali. Pasangan Sudikerta-Mudarta merupakan skenario KBM (Golkar-Demokrat), sementara Koster-Supadma Rudana skenario koalisi Merah-Biru (PDIP-Demokrat), sedangkan Rai Mantra-Putu Tutik Kusuma Wardani menjadi representasi Demokrat bergandengan dengan NasDem dan partai gurem lainnya.
Sumber NusaBali di lingkaran Demokrat menyebutkan, tiga skenario pasangan Cagub-Cawagub ini muncul karena belum finalnya KBM yang dibangun Golkar-Demokrat. “Karena KBM belum pasti, maka kader di bawah wacanakan alternatif pasangan Wayan Koster-Supadma Rudana dan Rai Mantra-Putu Tutik, selain Sudikerta-Mudarta yang sudah muncul sebelumnya,” jelas sumber tersebut di Denpasar, Jumat (7/7).
Sudikerta yang diplot menempati posisi Cagub dalam skenario KBM, merupakan politisi asal Desa pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung yang kini menjabat Ketua DPD I Golkar Bali dan akil Gubernur Bali 2013-2018. Politisi berjuluk SGB (Sudikerta Gubernur Bali) ini sudah direkomendasi Golkar sebagai Cagub Bali ke Pilgub 2018. Sementara pasangannya, Made Mudarta, adalah politisi asal Desa Nusa Sari, Kecamatan Melaya, Jembrana yang kini menjabat Ketua DPD Demokrat Bali.
Sedangkan Wayan Koster yang diplot menempai posisi Cagub Bali dalam skenario koalisi Merah-Biru, merupakan Ketua DPD PDIP Bali dan sekaligus anggota Komisi X DPR RI Dapil Bali. Politisi militan PDIP asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng berjuluk KBS (Koster Bali Satu) ini hampir pasti akan diusung PDIP sebagai Cagub Bali ke Pilgub 2018. Sementara pasangannya, Supadma Rudana, adalah politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar yang kini men-jabat Wakil Sekjen DPP Demokrat.
Sumber tadi menyebutkan, kalau gagal berkoalisi dengan Golkar dalam kerangka KBM, Demokrat bisa merapat ke PDIP dengan menyodorkan Supadma Rudana sebagai Cawagub. "Paketnya tetap berjuluk KBS (Koster Bersama Supadma). Paket ini bisa jadi koalisi Merah-Biru di Pilgub Bali 2018, dengan modal politik awal 32 kursi DPRD bali (24 kursi milik PDIP dan 8 kursi milik Demokrat, Red) hasil Pileg 2014,” jelas kader Demokrat ini.
Sebaliknya, Rai Mantra yang diplot menempati posisi Cagub Bali dalam skenario koalisi Demokrat-NasDem-partai gurem lainnya, merupalan tokoh asal Kelurahan Sumerta Kelod, Denpasar Timur yang kini menjabat Walikota Denpasar. Rai Mantra sejak awal diusung NasDem sebagai Cagub Bali 2018. Sementara pasangannya di posisi Cawagub Bali, Putu Tutik Kusuma Wardani, merupakan Srikandi Politik asal Singaraja, Buleleng yang kini anggota Fraksi Demokrat DPR RI Dapil Bali.
Menurut sumber tadi, Rai Mantra adalah representasi Bali Selatan, smentara Putu Tutik representasi Bali Utara. "Cara mengawinkan Paket Rai Mantra-Putu Tutik ini dengan menggaet NasDem, yang sejak awal mengusung Rai Mantra sebagai Cagub Bali 2018," katanya.
Jika Demokrat-NasDem bersatu, mereka hanya memiliki kekuatan 10 kursi DPRD Bali, masing-masing 10 kursi milik Demokrat dan 2 kursi milik NasDem. Mereka masih kekuarangan 1 kursi lagi untuk memenuhi syarat minimal 11 kursi DPRD Bali (20 persen suara parlemen) untuk mengusung paket calon. Kekuaran 1 kursi ini akan dipenuhi dengan menggaet PAN atau PKPI, yang masing-masing punya 1 kursi di DPRD Bali hasil Pileg 2014.
Betulkah? Saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Jumat kemarin, Wakil Sekjen DPP Demokrat Putu Supadma Rudana---yang diskenariokan menjadi tandem KBS dalam rancangan koalisi Merah-Biru---mengatakan proses penjaringan calon untuk Pilgub Bali 2018 ada di daerah, berkoordinasi dengan DPP Demokrat. "Kita belum mendapatkan hasil penjajakan teman-teman di daerah dengan partai lain. Demokrat memang harus berkoalisi kalau mau mengusung calon ke Pilgub Bali 2018," jelas Supadma Rudana.
Supadma menehaskan, dirinya belum berpikir akan berlaga ke Pilgub Bali 2018. Kalaupun ada skenario paket calon yang memunculkan dirinya sebagai Cawagub, menurut Supadma, itu sebuah aspirasi bawah. "Saya sedang berproses menuju DPR RI. Jadi, kita menunggu proses di DPR RI," ujar Supadma yang akan maju ke Senayan sebagai anggota Fraksi Demokrat DPR RI Dapil Bali dengan status PAW, menggantikan Putui Sudiartana.
Sebaliknya, Putu Tutik secara tegas mengatakan dirinya akan fokus sebagai wakil rakyat Bali di DPR RI. "Sesuai komitmen saya sejak awal, saya tidak maju ke Pilgub Bali 2018. Biarkan kader-kader lain," tegas mantan Ketua Komisi II DPRD Bali 2009-2014 yang baru dua bulan di lantik sebagai anggota Fraksi Demokrat DPR RI Dapil Bali, mengisi kursi lowong milik Jero Wacik ini. *nat
Dalam tiga skenario paket calon ini, Demokrat menyodorkan figur untuk posisi Cawagub Bali. Pasangan Sudikerta-Mudarta merupakan skenario KBM (Golkar-Demokrat), sementara Koster-Supadma Rudana skenario koalisi Merah-Biru (PDIP-Demokrat), sedangkan Rai Mantra-Putu Tutik Kusuma Wardani menjadi representasi Demokrat bergandengan dengan NasDem dan partai gurem lainnya.
Sumber NusaBali di lingkaran Demokrat menyebutkan, tiga skenario pasangan Cagub-Cawagub ini muncul karena belum finalnya KBM yang dibangun Golkar-Demokrat. “Karena KBM belum pasti, maka kader di bawah wacanakan alternatif pasangan Wayan Koster-Supadma Rudana dan Rai Mantra-Putu Tutik, selain Sudikerta-Mudarta yang sudah muncul sebelumnya,” jelas sumber tersebut di Denpasar, Jumat (7/7).
Sudikerta yang diplot menempati posisi Cagub dalam skenario KBM, merupakan politisi asal Desa pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung yang kini menjabat Ketua DPD I Golkar Bali dan akil Gubernur Bali 2013-2018. Politisi berjuluk SGB (Sudikerta Gubernur Bali) ini sudah direkomendasi Golkar sebagai Cagub Bali ke Pilgub 2018. Sementara pasangannya, Made Mudarta, adalah politisi asal Desa Nusa Sari, Kecamatan Melaya, Jembrana yang kini menjabat Ketua DPD Demokrat Bali.
Sedangkan Wayan Koster yang diplot menempai posisi Cagub Bali dalam skenario koalisi Merah-Biru, merupakan Ketua DPD PDIP Bali dan sekaligus anggota Komisi X DPR RI Dapil Bali. Politisi militan PDIP asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng berjuluk KBS (Koster Bali Satu) ini hampir pasti akan diusung PDIP sebagai Cagub Bali ke Pilgub 2018. Sementara pasangannya, Supadma Rudana, adalah politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar yang kini men-jabat Wakil Sekjen DPP Demokrat.
Sumber tadi menyebutkan, kalau gagal berkoalisi dengan Golkar dalam kerangka KBM, Demokrat bisa merapat ke PDIP dengan menyodorkan Supadma Rudana sebagai Cawagub. "Paketnya tetap berjuluk KBS (Koster Bersama Supadma). Paket ini bisa jadi koalisi Merah-Biru di Pilgub Bali 2018, dengan modal politik awal 32 kursi DPRD bali (24 kursi milik PDIP dan 8 kursi milik Demokrat, Red) hasil Pileg 2014,” jelas kader Demokrat ini.
Sebaliknya, Rai Mantra yang diplot menempati posisi Cagub Bali dalam skenario koalisi Demokrat-NasDem-partai gurem lainnya, merupalan tokoh asal Kelurahan Sumerta Kelod, Denpasar Timur yang kini menjabat Walikota Denpasar. Rai Mantra sejak awal diusung NasDem sebagai Cagub Bali 2018. Sementara pasangannya di posisi Cawagub Bali, Putu Tutik Kusuma Wardani, merupakan Srikandi Politik asal Singaraja, Buleleng yang kini anggota Fraksi Demokrat DPR RI Dapil Bali.
Menurut sumber tadi, Rai Mantra adalah representasi Bali Selatan, smentara Putu Tutik representasi Bali Utara. "Cara mengawinkan Paket Rai Mantra-Putu Tutik ini dengan menggaet NasDem, yang sejak awal mengusung Rai Mantra sebagai Cagub Bali 2018," katanya.
Jika Demokrat-NasDem bersatu, mereka hanya memiliki kekuatan 10 kursi DPRD Bali, masing-masing 10 kursi milik Demokrat dan 2 kursi milik NasDem. Mereka masih kekuarangan 1 kursi lagi untuk memenuhi syarat minimal 11 kursi DPRD Bali (20 persen suara parlemen) untuk mengusung paket calon. Kekuaran 1 kursi ini akan dipenuhi dengan menggaet PAN atau PKPI, yang masing-masing punya 1 kursi di DPRD Bali hasil Pileg 2014.
Betulkah? Saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Jumat kemarin, Wakil Sekjen DPP Demokrat Putu Supadma Rudana---yang diskenariokan menjadi tandem KBS dalam rancangan koalisi Merah-Biru---mengatakan proses penjaringan calon untuk Pilgub Bali 2018 ada di daerah, berkoordinasi dengan DPP Demokrat. "Kita belum mendapatkan hasil penjajakan teman-teman di daerah dengan partai lain. Demokrat memang harus berkoalisi kalau mau mengusung calon ke Pilgub Bali 2018," jelas Supadma Rudana.
Supadma menehaskan, dirinya belum berpikir akan berlaga ke Pilgub Bali 2018. Kalaupun ada skenario paket calon yang memunculkan dirinya sebagai Cawagub, menurut Supadma, itu sebuah aspirasi bawah. "Saya sedang berproses menuju DPR RI. Jadi, kita menunggu proses di DPR RI," ujar Supadma yang akan maju ke Senayan sebagai anggota Fraksi Demokrat DPR RI Dapil Bali dengan status PAW, menggantikan Putui Sudiartana.
Sebaliknya, Putu Tutik secara tegas mengatakan dirinya akan fokus sebagai wakil rakyat Bali di DPR RI. "Sesuai komitmen saya sejak awal, saya tidak maju ke Pilgub Bali 2018. Biarkan kader-kader lain," tegas mantan Ketua Komisi II DPRD Bali 2009-2014 yang baru dua bulan di lantik sebagai anggota Fraksi Demokrat DPR RI Dapil Bali, mengisi kursi lowong milik Jero Wacik ini. *nat
1
Komentar