Istri Korban Sempat Mimpi Gigi Tanggal
Kepergian Ketut Susrama, 53, Kepala Sekolah SDN 1 Poh Bergong, yang ditemukan tewas mengambang di Kolam Renang Alamandaoe, Desa Silangjana, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Jumat (7/7) lalu, masih meninggalkan luka mendalam bagi keluarga.
Kasek SDN 1 Poh Bergong Tewas di Kolam Renang
SINGARAJA, NusaBali
Bahkan hingga Sabtu (8/7) pagi, keluarga yang berasal dari Banjar Dinas Sanih, Desa Pengelatan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng masih membicarakan rencana upacara yang akan ditempuh.
Korban meninggalkan seorang istri, Wayan Mudri, 50, dan dua orang anak, Putu Sukmaningsih, 25, dan Made Ari Sudama.
Mudri saat ditemui NusaBali tidak banyak bicara. Dia menceritakan bahwa sebelum peristiwa yang merenggut nyawa suaminya, dia sedang berada di rumah mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Sekitar pukul 10.30 Wita saat itu Susrama pun pamit untuk pergi ke sekolah lengkap dengan seragamnya. Tanpa merasa ragu, Mudri pun mengizinkan suaminya untuk pergi ke sekolah.
Namun selang satu jam kemudian dia mendapatkan kabar suaminya sudah dilarikan ke rumah sakit karena ditemukan mengambang di kolam renang. “Sebelumnya dia pamit mau pergi ke sekolah, tidak ada firasat apa-apa yang saya rasakan,” tuturnya.
Hanya saja beberapa hari sebelumnya ia sempat bermimpi salah satu giginya patah, namun mimpinya itu tidak terlalu digubris dan hanya dianggap sebagai bunga tidur.
Sebelum kepergiannya, Susrama yang juga dikenal sebagai Mangku Merajan di keluarga besarnya, tidak sempat menyampaikan sesuatu yang aneh. Semuanya berjalan sangat wajar, tidak ada pertanda khusus. Korban pun tidak pernah mengeluhkan masalah dengan istrinya.
Sementara di mata keluarga Susrama dikenal sebagai sosok yang sangat bertanggungjawab. Bahkan di keluarga besarnya dia dituakan lantaran kajumput (terpilih secara niskala, Red) sebagai pemangku merajan sejak tahun 1991. Seorang sepupunya, Putu Dana yang juga Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Buleleng, menurutkan, sebelum meninggal dunia, korban dalam keadaan sehat. Bahkan saat dilarikan ke rumah sakit, kondisi tubuhnya masih sangat bugar.
“Saya yang temani di rumah sakit saat diantar oleh pegawai Astra menggunakan mobil pick up. Katanya saat diangkat ke atas kolam masih bernapas. Situasi berubah saat di perjalanan menuju rumah sakit, dan kemudian sudah dinyatakan meninggal saat tiba di IGD RSUD Buleleng,” tutur Putu Dana yang ditemui di rumah duka, Sabtu kemarin.
Korban disebut oleh keluarganya tidak pernah berenang, meski sesekali dia menghantarkan anak didiknya ke kolam renang untuk berenang. Pihak keluarganya sudah mengikhlaskan kepergian korban sebagai jalan hidup.
Susrama menjadi PNS pada tahun 1990 dan pertama kali ditugaskan di SDN 4 Kampung Baru. Tidak berjodoh lama di sana, Susrama kemudian dipindahtugaskan ke SDN 2 Jinangdalem, hingga akhirnya pada 2013 lalu diangkat sebagai Kepala sekolah SDN 1 Poh Bergong.
Terkait kematian korban yang tidak wajar, pihak keluarga pada Sabtu kemarin langsung menggelar upacara nebusin di lokasi kejadian Kolam Renang Alamandaoe, Silangjana. Dari hasil penerawangan niskala, roh korban yang dihadirkan melalui paranormal, mengaku belum ingin mati. Hanya saja takdir berkehendak lain dan dia harus menjalani peristiwa mati di kolam renang untuk menghadap Yang Maha Kuasa. Terkait upacara hingga Sabtu siang kemarin belum disepakati oleh pihak keluarga, apakah akan diabenkan atau makingsan ring geni.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buleleng Gede Suyasa, mengaku belum menetapkan pengganti Susrama sebagai Kasek SDN 1 Poh Bergong. “Kemarin saya dapat info sudah malam, dan kebetulan hari pendek (Jumat). Senin saya akan tunjuk Plt kepala sekolah sebagai penggantinya,” kata dia.
Sebelumnya diberitakan, kematian tragis menimpa Kasek SDN 1 Poh Bergong, Kecamatan Buleleng, Ketut Susrama, 53, Jumat (7/7) siang. Korban tewas setelah ditemukan pingsan dalam posisi mengambang di Kolam Renang Alamandaoe, Desa Silangjana, Kecamatan Sukasada, Buleleng.
Ketika ditemukan mengambang di Kolam Renang Alamandoe, Jumat siang sekitar pukul 11.00 Wita, Kasek SDN 1 Poh Bergong ini masih bernapas. Namun, guru asal Banjar Sanih, Desa Pengelatan, Kecamatan Buleleng ini meninggal dalam perjalanan menuju RSUD Buleleng.
Informasi di lapangan, korban Ketut Susrama datang sendiri ke Kolam Renang Alamandoe, beberapa menit sebelum ditemukan mengambang dalam kondisi pingsan. Sebelum berenang, korban diketaui sempat duduk di Bale I dan memesan makanan. Seusai santap makanan yang dipesannya, guru berusia 53 tahun ini terlihat membuka pakaian, kemudian terjun ke kolam renang hanya mengenakan celana dalam.
Namun, hanya berselang 5 menit kemudian, korban sudah ditemukan mengambang di kolam dewasa berkedalaman 130 cm. Orang pertama yang melihat korban mengambang adalah penjaga kolam, Kadek Sudika Yadnya, 40. Selanjutnya, saksi Kadek Sudika mengevakuasi korban, dengan dibantu beberapa pengunjung lainnya. Korban yang pingsan kemudian dilarikan ke RSUD Buleleng di Singaraja. Namun, nyawa korban tidak bisa diselamatkan. Sebab, sesampainya di RSUD Buleleng, Kasek SDN 1 Poh Bergong ini dinyatakan sudah meninggal.
Kapolsek Sukasada Kompol I Ketut Darmita, mengatakan pihaknya masih menyelidiki kasus kematian tragis Kasek SDN 1 Poh Bergong ini. Hingga kemarin petang, belum diketahui pasti apa penyebab kematian korban. “Kami belum dapat pastikan, karena belum bisa meminta keterangan dari pihak keluarganya yang masih berduka dan shok. Hingga kini belum ada yang mau memberikan keterangan,” jelas Kapolsek Ketut Darmita. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Bahkan hingga Sabtu (8/7) pagi, keluarga yang berasal dari Banjar Dinas Sanih, Desa Pengelatan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng masih membicarakan rencana upacara yang akan ditempuh.
Korban meninggalkan seorang istri, Wayan Mudri, 50, dan dua orang anak, Putu Sukmaningsih, 25, dan Made Ari Sudama.
Mudri saat ditemui NusaBali tidak banyak bicara. Dia menceritakan bahwa sebelum peristiwa yang merenggut nyawa suaminya, dia sedang berada di rumah mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Sekitar pukul 10.30 Wita saat itu Susrama pun pamit untuk pergi ke sekolah lengkap dengan seragamnya. Tanpa merasa ragu, Mudri pun mengizinkan suaminya untuk pergi ke sekolah.
Namun selang satu jam kemudian dia mendapatkan kabar suaminya sudah dilarikan ke rumah sakit karena ditemukan mengambang di kolam renang. “Sebelumnya dia pamit mau pergi ke sekolah, tidak ada firasat apa-apa yang saya rasakan,” tuturnya.
Hanya saja beberapa hari sebelumnya ia sempat bermimpi salah satu giginya patah, namun mimpinya itu tidak terlalu digubris dan hanya dianggap sebagai bunga tidur.
Sebelum kepergiannya, Susrama yang juga dikenal sebagai Mangku Merajan di keluarga besarnya, tidak sempat menyampaikan sesuatu yang aneh. Semuanya berjalan sangat wajar, tidak ada pertanda khusus. Korban pun tidak pernah mengeluhkan masalah dengan istrinya.
Sementara di mata keluarga Susrama dikenal sebagai sosok yang sangat bertanggungjawab. Bahkan di keluarga besarnya dia dituakan lantaran kajumput (terpilih secara niskala, Red) sebagai pemangku merajan sejak tahun 1991. Seorang sepupunya, Putu Dana yang juga Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Buleleng, menurutkan, sebelum meninggal dunia, korban dalam keadaan sehat. Bahkan saat dilarikan ke rumah sakit, kondisi tubuhnya masih sangat bugar.
“Saya yang temani di rumah sakit saat diantar oleh pegawai Astra menggunakan mobil pick up. Katanya saat diangkat ke atas kolam masih bernapas. Situasi berubah saat di perjalanan menuju rumah sakit, dan kemudian sudah dinyatakan meninggal saat tiba di IGD RSUD Buleleng,” tutur Putu Dana yang ditemui di rumah duka, Sabtu kemarin.
Korban disebut oleh keluarganya tidak pernah berenang, meski sesekali dia menghantarkan anak didiknya ke kolam renang untuk berenang. Pihak keluarganya sudah mengikhlaskan kepergian korban sebagai jalan hidup.
Susrama menjadi PNS pada tahun 1990 dan pertama kali ditugaskan di SDN 4 Kampung Baru. Tidak berjodoh lama di sana, Susrama kemudian dipindahtugaskan ke SDN 2 Jinangdalem, hingga akhirnya pada 2013 lalu diangkat sebagai Kepala sekolah SDN 1 Poh Bergong.
Terkait kematian korban yang tidak wajar, pihak keluarga pada Sabtu kemarin langsung menggelar upacara nebusin di lokasi kejadian Kolam Renang Alamandaoe, Silangjana. Dari hasil penerawangan niskala, roh korban yang dihadirkan melalui paranormal, mengaku belum ingin mati. Hanya saja takdir berkehendak lain dan dia harus menjalani peristiwa mati di kolam renang untuk menghadap Yang Maha Kuasa. Terkait upacara hingga Sabtu siang kemarin belum disepakati oleh pihak keluarga, apakah akan diabenkan atau makingsan ring geni.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buleleng Gede Suyasa, mengaku belum menetapkan pengganti Susrama sebagai Kasek SDN 1 Poh Bergong. “Kemarin saya dapat info sudah malam, dan kebetulan hari pendek (Jumat). Senin saya akan tunjuk Plt kepala sekolah sebagai penggantinya,” kata dia.
Sebelumnya diberitakan, kematian tragis menimpa Kasek SDN 1 Poh Bergong, Kecamatan Buleleng, Ketut Susrama, 53, Jumat (7/7) siang. Korban tewas setelah ditemukan pingsan dalam posisi mengambang di Kolam Renang Alamandaoe, Desa Silangjana, Kecamatan Sukasada, Buleleng.
Ketika ditemukan mengambang di Kolam Renang Alamandoe, Jumat siang sekitar pukul 11.00 Wita, Kasek SDN 1 Poh Bergong ini masih bernapas. Namun, guru asal Banjar Sanih, Desa Pengelatan, Kecamatan Buleleng ini meninggal dalam perjalanan menuju RSUD Buleleng.
Informasi di lapangan, korban Ketut Susrama datang sendiri ke Kolam Renang Alamandoe, beberapa menit sebelum ditemukan mengambang dalam kondisi pingsan. Sebelum berenang, korban diketaui sempat duduk di Bale I dan memesan makanan. Seusai santap makanan yang dipesannya, guru berusia 53 tahun ini terlihat membuka pakaian, kemudian terjun ke kolam renang hanya mengenakan celana dalam.
Namun, hanya berselang 5 menit kemudian, korban sudah ditemukan mengambang di kolam dewasa berkedalaman 130 cm. Orang pertama yang melihat korban mengambang adalah penjaga kolam, Kadek Sudika Yadnya, 40. Selanjutnya, saksi Kadek Sudika mengevakuasi korban, dengan dibantu beberapa pengunjung lainnya. Korban yang pingsan kemudian dilarikan ke RSUD Buleleng di Singaraja. Namun, nyawa korban tidak bisa diselamatkan. Sebab, sesampainya di RSUD Buleleng, Kasek SDN 1 Poh Bergong ini dinyatakan sudah meninggal.
Kapolsek Sukasada Kompol I Ketut Darmita, mengatakan pihaknya masih menyelidiki kasus kematian tragis Kasek SDN 1 Poh Bergong ini. Hingga kemarin petang, belum diketahui pasti apa penyebab kematian korban. “Kami belum dapat pastikan, karena belum bisa meminta keterangan dari pihak keluarganya yang masih berduka dan shok. Hingga kini belum ada yang mau memberikan keterangan,” jelas Kapolsek Ketut Darmita. *k23
Komentar