ALFI Sebut Bali Masih Bisa Genjot Ekspor
Perlu kerja ekstra, dan pemanfaatan teknologi informasi secara maksimal
DENPASAR, NusaBali
Asosiasi Logistik dan Forwarding Indonesia (ALFI) Dewan Pimpinan Wilayah Bali (DPW Bali) menyatakan peluang Bali untuk menggenjot ekspor jelang tutup tahun 2023 masih terbuka. Termasuk menutup ‘defisit’ ekspor secara tahunan (Januari-Agustus 2023) dibandingkan dengan Januari-Agustus 2023). Hanya saja, perlu lebih kerja ekstra, meningkatkan kewirausahaan, inovasi dan adaptasi pemanfaatan teknologi informasi dengan maksimal.
Ketua DPW ALFI Bali, Anak Agung Bagus Bayu Joni Saputra, mengatakan Kamis (21/9). “Saya kira masih ada peluang,”ujarnya.
Dikatakan masih ada rentang waktu 4 bulan, September, Oktober, November sampai Desember. Menurutnya perayaan Natal dan Tahun Baru (2024) merupakan salah satu peluang besar untuk itu.
Biasanya, lanjut Gung Bayu Joni, sapaan pebisnis asal Kerobokan, Kuta, Badung ini, jelang Nataru itulah, banyak produk-produk ekspor Bali, terutama produk-produk UMKM, seperti handicraft, furniture maupun yang lain, yang diminta dari pasar luar.
“Bisa melalui udara, bisa melalui laut,” paparnya.
Namun demikian, diakui tidak gampang. Apalagi dengan persaingan, baik regional dan global. Sejumlah faktor yang mempengaruhi daya saing mesti ada.
“Terutama spirit kewirausahaan itu,” kata Gung Bayu Joni. Antara lain tak patah semangat, inovatif dan benar- benar bisa memanfaatkan teknologi informasi. Yang terakhir ini, baik dalam penciptaan desain, pengerjaan produk, promosi dan pemasaran.
Dari pengalaman kata Gung Bayu Joni, pelaku UMKM pandai dalam produksi, namun tidak sedikit yang gaptek. Sehingga ketika harus bekerja dengan syarat kecepatan untuk menghasilkan yang banyak, kerap kelabakan. Tidak jarang, karena persoalan ini, orderan malah jatuh kepada pihak pesaing.
“Saya kira ini yang harus kita benahi. Jika bisa, yakin ekspor Bali masih bisa dikejar,” ucapnya. Dalam hal ini Bali, sangat diuntungkan, sebagai tujuan wisata dunia. Sehingga promosinya lebih gampang.
Sebelumnya berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, ekspor Bali mengalami penurunan 22,05 persen. Penurunan tersebut dalam periode Januari-Agustus 2023 dibandingkan dengan Januari-Agustus 2022.
Pada Januari-Agustus 2023 nilai ekspor Bali mencapai 186.924.780,54 dollar AS. Sedangkan ekspor Bali pada rentang waktu yang sama tahun 2022 lalu sebesar 239.810.738,61 dollar AS. Sehingga dari perbandingan tersebut ada selisih yakni menurun -22,05 persen.
Prosentase penurunan terbesar pada produk perkebunan sebesar - 81,92 persen. Nilai ekspor perkebunan hanya 75.088,21 dollar AS. Kontribusinya juga kecil hanya 0,04 persen.Selanjutnya ekspor produk kerajinan -26,96 persen. Nilai ekspor kerajinan Januari-Agustus 2023, 56.237.737 dollar AS. Sedangkan pada Januari-Agustus 2022 nilai ekspor kerajinan mencapai 76.998.464,86 dollar AS.
Produk industri turun -19,13 persen. Nilai ekspor produk industri pada Januari-Agustus 2022 sebesar 69.252.360,40. Pada Januari-Agutus 2023 hanya 56.005.183,62. Disusul ekspor Produk Pertanian. Januari-Agustus 2022 nilai ekspor produk pertanian 91.647.113,03 dollar AS. Sedangkan Januari-Agustus 2023 nilai 72.858.882,52 dollar AS.
Hanya ekspor dari komoditas katagori lain-lain di luar 4 katagori itu, yang tumbuh positif . Januari -Agustus 2022, ekspor komoditas lain-lain 1.497.498,92. Kemudian pada Januari-Agustus 2023 meningkat jadi 1.747.889,05 atau naik 16,72 persen. K17.
1
Komentar