Kaliungu Kaja Kite Festival II, Ajang Kreativitas dan Pelestarian Budaya Bali
DENPASAR, NusaBali.com - ST Yowana Jaya, Banjar Kaliungu Kaja, Desa Dangin Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, menggelar lomba layangan bertajuk Kaliungu Kaja Kite Festival II. Lomba pada Minggu (24/9/2023) ini diikuti oleh hampir seratus peserta dari berbagai kalangan, termasuk anak-anak, remaja, hingga dewasa.
Festival ini memiliki keunikan tersendiri, karena tidak disentralisasi di satu tempat atau lapangan, melainkan menerbangkan layangan dari wilayah masing-masing.
Lebih menarik lagi dengan tampilnya layangan janggan ikut (ekor) berwana poleng (hitam dan putih) yang menjadi ikon Kaliungu Kaja. Layangan ini memiliki sejarah panjang dan telah menjadi bagian dari budaya masyarakat setempat.
Menurut Bagus Agung Wedha Utana, 26, panitia pelaksana lomba, layangan janggan ikut poleng ini pertama kali dibuat pada tahun 1980-an oleh para generasi terdahulu. Layangan ini sempat ‘menghilang’ pada 1997, namun kemudian dibangkitkan kembali pada tahun 2012.
Lomba layangan Kaliungu Kaja II ini merupakan salah satu upaya untuk melestarikan budaya layangan di Bali. “Selain itu, lomba ini juga bertujuan untuk membangun kreativitas anak-anak muda dan mengajak mereka untuk lebih mengenal budaya Bali," kata Bagus Agung Wedha atau akrab disapa Gus Agung.
Dalam festival ini, terdapat beberapa kategori layangan, termasuk bebean plastik, bebean kain, dan celepuk cutting. Kegiatan ini melibatkan sejumlah banjar di sekitarnya dan mengundang peserta dari berbagai wilayah.
Total ada 92 rare angon yang berpartisipasi dalam gelaran ini. Untuk Bebean Kain diikuti 29 peserta, Bebean Plastik 42 peserta
Sementara itu para peserta lomba layangan Kaliungu Kaja II berharap agar lomba ini dapat terus digelar setiap tahun. Selain itu, mereka juga berharap agar lomba ini dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan budaya layangan Bali ke mancanegara.
"Saya senang bisa mengikuti lomba layangan ini. Selain bisa menyalurkan hobi, saya juga bisa ikut melestarikan budaya layangan Bali," kata I Wayan Budiasa, salah seorang peserta lomba.
Semula lomba layangan ini dijadwalkan pada bulan Oktober untuk merayakan Hari Sumpah Pemuda dan HUT ST Yowana Jaya, namun pertimbangan cuaca telah memindahkan acara ini ke bulan September. "Bulan Oktober sudah memasuki akhir musim layangan, jadi kami ingin memastikan angin masih cukup kuat untuk lomba," kata Gus Agung.
Untuk wilayah perlombaan mencakup Banjar Kaliungu Kaja (basecamp panitia). Banjar Kalanganyar, Banjar Tainsiat, Banjar Taman Sari, Banjar Buana Sari, Banjar Kaliungu Kelod, Banjar Bun, Banjar Belaluan, Banjar Belaluan Sad Merta, dan Banjar Tampak Gangsul.
Adapun rute pemantauan juri dari Balai Banjar Kaliungu Kaja, Jalan Belimbing, Jalan Kepundung, Jalan Kedondong, Jalan Nenas, Jalan Rambutan, Jalan Pattimura, Jalan Durian, Jalan Yudistira (Balai Banjar Tampak Gangsul – ke Timur), Jalan Veteran, Jalan Setiyaki, (batas jalan Bisma Gang II ke Timur- Gang I Jalan Yudistira), Jalan Nangka (Toko Lelly ke Selatan - Catuspata Tainsiat).
Gus Agung berharap bahwa kegiatan ini akan membawa manfaat jangka panjang, termasuk melestarikan budaya layangan Bali, menginspirasi generasi muda untuk lebih berkreasi, dan memberikan pengalaman yang berharga bagi semua peserta.
"Kami ingin membangun kreativitas anak-anak muda, khususnya generasi milenial, agar mereka tidak hanya fokus pada perangkat elektronik. Selain itu, kegiatan ini akan menjadi kenangan berharga bagi semua yang ikut serta," pungkas Gus Agung. *m03
Komentar