Permintaan Ubi Cacah Meningkat
Kenaikan Harga Beras Tak Terbendung
Perajin cacah biasa terkendala cuaca. Jika tidak mendapat sinar matahari yang cukup maka tidak dapat menghasilkan cacah dengan kualitas yang bagus.
BANGLI, NusaBali
Kenaikan harga beras di pasaran hingga Rp 14.000 per kilogram yang tak terbendung kian memicu lonjakan permintaan cacah (ubi yang diremukkan). Cacah ini jadi bahan makanan campuran nasi
Dampaknya, pembuat atau perajin cacah tidak mampu memproduksi cacah sesuai permintaan. Perajin cacah di Banjar/Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli, Ni Ketut Mudari mengatakan cacah masih cukup diminati masyarakat. Terlebih lagi di tengah naiknya harga beras.
Menurut Mudari, satu plastik kecil dijual Rp 3.000 per bungkus. Sedangkan untuk 1 kilogram dijual Rp 30.000.
Dia mengaku biasa menjual cacah pada pedagang nasi di pasar. Namun seiring naiknya harga beras, lumayan banyak yang mau membeli cacah. "Tidak hanya langganan saja, tapi ada juga permintaan yang lain. Peminat di pasar terbilang rame," jelasnya, Selasa (26/9).
Mudari mengaku dirinya hanya mampu mengolah 8 kilogram ubi. Biasa seluruh cacah yang diproduksi laku dalam sehari. "Paling banyak 8 kilogram sehari karena proses dan alat masih manual," ungkapnya.
Setelah ubi di potong kecil-kecil, selanjutnya dijemur di bawah terik matahari. Jika cuaca panas, dalam waktu dua hari ubi sudah kering (cacah). Barulah dikemas menggunakan kantong plastik. Perajin cacah biasa terkendala cuaca. Jika tidak mendapat sinar matahari yang cukup maka tidak dapat menghasilkan cacah dengan kualitas yang bagus.
"Kalau tidak dapat sinar matahari, ubi yang dipotong bisa busuk. Jika sudah begini, ubi terpaksa digunakan untuk pakan babi," sambungnya.7esa
1
Komentar