Payung Cakup Wongaya Gede Makin Punah
TABANAN, NusaBali - Warga yang tinggal di lereng Gunung Batukaru khususnya Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan ternyata memiliki kerajinan tradisional yang unik yakni Payung Cakup. Namun sayang, kerajinan tradisional berbahan bambu ini makin punah.
Informasi yang dihimpun NusaBali, Payung Cakup buatan masyarakat Wongaya Gede ini juga akrab disebut Ikud. Pengurus PHDI Kecamatan Penebel I Made Danu Tirta mengatakan, Payung Cakup memiliki fungsi beragam. Bisa digunakan sebagai pelindung saat hujan dan bisa digunakan oleh petani melindungi tubuh dari paparan sinar matahari. "Bentuknya besar, bahkan sebagian masyarakat juga menyebut payung cobra karena bentuk payung seperti kepala ular cobra," ujar Danu Tirta, Selasa (26/9).
Disebutkan bahan pembuatan Payung Cakup terdiri dari bambu dan tali. Bambu menjadi bahan utama pembuatan payung ini. Jenis bambu yang dipergunakan adalah tiing tali (bambu tali,red). Namun seiring waktu agar payung lebih kokoh, biasanya masyarakat pengerajin menambahkan tali plastik untuk mengikatnya. "Pembuatan Payung Cakup ini tergolong rumit. Harus melalui sejumlah tahapan. Satu payung diselesaikan selama 3 minggu," tegas Danu Tirta.
Danu Tirta menambahkan saat ini Payung Cakup tidak lumrah diperjual belikan. Masyarakat membuat untuk dirinya sendiri. Namun dulu banyak yang memperjual belikan dengan sistem barter. "Keberadaan payung cakup ini kemungkinan tersebar di beberapa wilayah Bali. Penyebarannya tentu dipengaruhi oleh aspek geografis, ekologis, dan budaya masyarakat," tandas mahasiswa yang sedang mengikuti program doktor di Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa, Denpasar ini. des
1
Komentar