Diskes Bali Antisipasi Penyebaran Virus Nipah
Merebak di India, Kemenkes Minta RI Waspada
DENPASAR, NusaBali - Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Bali mengantisipasi penyebaran virus nipah yang sudah menyebabkan dua warga meninggal di Negara Bagian Kerala, India, pertengahan bulan September ini.
Diskes Bali berkoordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar untuk mewaspadai penyebaran virus dari warga negara asing (WNA) yang masuk melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Meskipun belum ada bukti cukup yang menyatakan virus nipah dapat menyebar dari manusia ke manusia, Diskes Bali tetap meningkatkan kewaspadaan sesuai dengan arahan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. "Kita tetap harus antisipasi karena Bali kan sebagai daerah pariwisata, kita tetap menjaga pintu masuk kerja sama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Diskes Provinsi Bali, I Wayan Widia kepada NusaBali, Kamis (28/9).
Kabid Widia mengatakan antisipasi penyebaran virus nipah di Bali juga telah menjadi pembahasan dalam rapat Tim Koordinasi Daerah Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis dan Penyakit Infeksius Baru Provinsi Bali. "Infeksi baru ini yang salah satunya kita bahas. Kalau nanti ada kejadian tim ini nanti yang akan bergerak," ujar Widia soal tim koordinasi daerah yang baru dibentuk tahun ini.
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan fasilitas layanan kesehatan (Fasyankes), seperti rumah sakit atau Puskesmas untuk mewaspadai setiap gejala pasien dan riwayat kontak yang mengarah pada suspect virus nipah. Menurutnya, pasien yang dicurigai terkena virus nipah akan lanjut dilakukan uji klinis (laboratorium). "Kalau ditemukan suspect baru kita lakukan penyelidikan epidemiologi (PE)," jelasnya.
Ia pun yakin rumah sakit di Bali siap melakukan perawatan (isolasi) terhadap pasien yang positif terkena virus nipah. Hal itu berkaca dari pengalaman menangani pasien Covid-19 dan penyakit menular lainnya yang pernah ditangani rumah sakit di Pulau Dewata. Lebih jauh, Widia mengimbau masyarakat berhati-hati dengan kelelawar yang diyakini sebagai hewan reservoir (pembawa) virus nipah. Meskipun di Bali ataupun di Indonesia belum pernah melaporkan adanya pasien terjangkit virus nipah, virus yang pertama kali ditemukan di Malaysia ini telah ditemukan pada kelelawar yang hidup di wilayah Indonesia.
"Di Indonesia belum pernah, cuma direservoirnya katanya sudah ditemukan (virus nipah)," kata Widia. Menyerang organ otak, angka kematian (case fatality rate) pasien yang terkena virus nipah cukup tinggi sampai 40-75 persen. Widia mengajak masyarakat tidak panik, namun tetap menjaga kesehatan dan pola hidup bersih. Ia pun meminta untuk mewaspadai gejala demam setelah bepergian ke wilayah endemik virus nipah.
"Gejala namanya infeksi pasti ada demam cuma ada riwayatnya nggak ke daerah endemis," tandas Widia. Untuk diketahui, Kemenkes RI telah mengeluarkan Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.02/C/4022/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Virus Nipah.
Dalam surat edaran yang ditandatangani Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dr dr Maxi Rein Rondonuwu, DHSM.MARS
tersebut, Kemenkes meminta Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Dinas Kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di daerah untuk melakukan pemantauan kasus dan negara terjangkit di tingkat global melalui kanal resmi https://infeksiemerging.kemkes.go.id dan https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news.
Kemenkes juga meminta pemangku kepentingan terkait untuk selalu meningkatkan pengawasan terhadap orang (awak, personel, dan penumpang), alat angkut, barang bawaan, lingkungan, vektor, binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara, terutama yang berasal dari negara terjangkit. 7 cr78
Meskipun belum ada bukti cukup yang menyatakan virus nipah dapat menyebar dari manusia ke manusia, Diskes Bali tetap meningkatkan kewaspadaan sesuai dengan arahan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. "Kita tetap harus antisipasi karena Bali kan sebagai daerah pariwisata, kita tetap menjaga pintu masuk kerja sama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Diskes Provinsi Bali, I Wayan Widia kepada NusaBali, Kamis (28/9).
Kabid Widia mengatakan antisipasi penyebaran virus nipah di Bali juga telah menjadi pembahasan dalam rapat Tim Koordinasi Daerah Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis dan Penyakit Infeksius Baru Provinsi Bali. "Infeksi baru ini yang salah satunya kita bahas. Kalau nanti ada kejadian tim ini nanti yang akan bergerak," ujar Widia soal tim koordinasi daerah yang baru dibentuk tahun ini.
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan fasilitas layanan kesehatan (Fasyankes), seperti rumah sakit atau Puskesmas untuk mewaspadai setiap gejala pasien dan riwayat kontak yang mengarah pada suspect virus nipah. Menurutnya, pasien yang dicurigai terkena virus nipah akan lanjut dilakukan uji klinis (laboratorium). "Kalau ditemukan suspect baru kita lakukan penyelidikan epidemiologi (PE)," jelasnya.
Ia pun yakin rumah sakit di Bali siap melakukan perawatan (isolasi) terhadap pasien yang positif terkena virus nipah. Hal itu berkaca dari pengalaman menangani pasien Covid-19 dan penyakit menular lainnya yang pernah ditangani rumah sakit di Pulau Dewata. Lebih jauh, Widia mengimbau masyarakat berhati-hati dengan kelelawar yang diyakini sebagai hewan reservoir (pembawa) virus nipah. Meskipun di Bali ataupun di Indonesia belum pernah melaporkan adanya pasien terjangkit virus nipah, virus yang pertama kali ditemukan di Malaysia ini telah ditemukan pada kelelawar yang hidup di wilayah Indonesia.
"Di Indonesia belum pernah, cuma direservoirnya katanya sudah ditemukan (virus nipah)," kata Widia. Menyerang organ otak, angka kematian (case fatality rate) pasien yang terkena virus nipah cukup tinggi sampai 40-75 persen. Widia mengajak masyarakat tidak panik, namun tetap menjaga kesehatan dan pola hidup bersih. Ia pun meminta untuk mewaspadai gejala demam setelah bepergian ke wilayah endemik virus nipah.
"Gejala namanya infeksi pasti ada demam cuma ada riwayatnya nggak ke daerah endemis," tandas Widia. Untuk diketahui, Kemenkes RI telah mengeluarkan Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.02/C/4022/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Virus Nipah.
Dalam surat edaran yang ditandatangani Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dr dr Maxi Rein Rondonuwu, DHSM.MARS
tersebut, Kemenkes meminta Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Dinas Kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di daerah untuk melakukan pemantauan kasus dan negara terjangkit di tingkat global melalui kanal resmi https://infeksiemerging.kemkes.go.id dan https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news.
Kemenkes juga meminta pemangku kepentingan terkait untuk selalu meningkatkan pengawasan terhadap orang (awak, personel, dan penumpang), alat angkut, barang bawaan, lingkungan, vektor, binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara, terutama yang berasal dari negara terjangkit. 7 cr78
1
Komentar