nusabali

Saka Museum Hadirkan Pemahaman tentang Hari Raya Nyepi

  • www.nusabali.com-saka-museum-hadirkan-pemahaman-tentang-hari-raya-nyepi
  • www.nusabali.com-saka-museum-hadirkan-pemahaman-tentang-hari-raya-nyepi

MANGUPURA, NusaBali.com – Perayaan Hari Raya Nyepi merupakan salah satu hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap 210 hari. Namun, tak sedikit wisatawan belum memahami Hari Raya Nyepi yang sarat akan makna itu.

Berangkat dari permasalahan tersebut, AYANA Estate menghadirkan Saka Museum yang merangkum misinya dalam menjembatani arti dan makna Perayaan Hari Raya Nyepi. 

Berlokasi di jantung AYANA Estate di Jimbaran, Saka Museum menjadi tempat baru untuk acara MICE.

Owner AYANA Estate, Rudy Suliawan menerangkan sejak dibukanya AYANA pada 27 tahun yang lalu, pihaknya mempelajari banyak tamu AYANA yang tidak mengenal Nyepi dan ogoh-ogoh. 

Padahal ogoh-ogoh merupakan bagian yang sangat penting dari perayaan Nyepi yang dirayakan setiap tahun dalam kalender Bali.

Selain itu, ia menilai Nyepi di malam hari adalah malam yang indah, dimana dirinya dapat melihat ribuan bintang di langit, menikmati Bali yang damai tanpa kehidupan modern. 

Dengan pertimbangan tersebut, pihaknya bersama tim membangun ide tempat yang bisa menjelaskan kepada masyarakat umum terutama turis tentang nyepi, ogoh-ogoh, dan pecalang.

“Oleh karena itu Saka Museum bukan hanya tempat dengan ogoh-ogoh atau barang antik dari Bali. Tetapi juga memperlihatkan sebagian dari kehidupan dan identitas masyarakat Bali. Sehingga pengunjung akan lebih memahami makna dan keunikan budaya Bali. Serta memahami arti dan maksud dari perayaan nyepi,” terang Rudy, Jumat (29/9/2023) malam.

Semua perencanaan museum yang megah tersebut, lanjut Rudy, sudah dimulai sejak sekitar 8 tahun atau 2015. Saat itu, pihaknya sampai menunjuk beberapa konsultan dan desainer yang berlokasi di Tokyo, Hongkong, Jakarta, dan Bali untuk mulai bekerja pada proyek ini.

Sedangkan, pekerjaan konstruksi termasuk persiapan dimulai pada tahun 2019. Sayangnya pengerjaan museum tersebut terhambat akibat pandemi Covid-19, sehingga mengakibatkan pembangunan tertunda. 

Namun berkat kerja keras dan komitmen dari tim akhirnya dapat menyelesaikan konstruksi itu dan dengan bangga memperlihatkan kepada publik bangunan museum yang megah tersebut.

Meski demikian, Rudy membeberkan masih banyak yang perlu pihaknya selesaikan. Seperti dalam beberapa bulan ke depan, ia berencana untuk menambah lebih banyak barang yang berbau Bali, seperti topeng, patung kayu, batu, serta berbagai icon yang berkaitan dengan seni budaya dan sejarah kuno.

Tak hanya itu, ia juga ingin memperlihatkan modern art design yaitu dengan memperkenalkan teknologi yang menggambarkan pengalaman Nyepi secara utuh dalam bentuk digital. Yang direncanakan akan dibuat di daerah submit galeri lantai tiga.
 
Di sisi lain, Rudy menjelaskan ke depan Saka Museum ingin berperan dalam pendidikan mengenai sustainability melalui subak. Sebab, terang dia subak merupakan salah satu warisan UNESCO tentang pemberdayaan air untuk keperluan irigasi secara tradisional.

“Selain itu kami akan memperkenalkan sistem irigasi subak, warisan UNESCO yang berasal dari Bali sejak abad ke-9 dalam bentuk video. Namun saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah berperan dan membuat Saka Museum ini menjadi kenyataan,” terangnya.

Dilihat dari pantauan NusaBali.com, museum yang terdiri dari tiga lantai itu menghadirkan lampu-lampu kecil ketika memasuki ruangan di lantai satu. Lampu-lampu itu seakan menggambarkan bintang-bintang di malam Nyepi. Tak hanya itu, museum ini memiliki delapan galeri berbeda, ruang arsip dan perpustakaan, ruang pemutaran film, kafe, dan toko merchandise pilihan.

Sementara, pada gelaran pertama ini, pengunjung disuguhkan dengan puluhan ogoh-ogoh di lantai pertama. Khususnya ogoh-ogoh berukuran 5 meter yang merupakan koleksi utama museum yang dibuat oleh seniman lokal terkemuka karya Kedux dan Gusman Surya.

“Menghadirkan ogoh-ogoh dalam ekspresinya yang kontemporer namun sebagai pembawa pesan yang mengakar kuat dalam budaya Bali, akan membuat pengunjung larut dalam perasaan dan semangat prosesi Nyepi. Ogoh-ogoh dibuat secara komunal oleh para pemuda Bali. Sebuah kegiatan berseni dan berkreasi yang menampilkan semangat pemuda untuk melestarikan seni dan budaya Bali,” terang Marlow Bandem, seorang pengarsip budaya Bali  sekaligus komite ahli museum yang bertanggung jawab atas kurasi karya seni yang akan dipamerkan. *ris

Komentar