Dilema Pembangunan Gerai Inflasi di Pasar Anyar
SINGARAJA, NusaBali - Pembangunan ‘Gerai Inflasi’ di Pasar Anyar Singaraja menimbulkan pro dan kontra. Pedagang yang terdampak keberatan karena khawatir sepi pembeli. Namun, pemerintah daerah bersikukuh untuk tetap membangun Gerai Inflasi tersebut.
Proses pembangunan Gerai Inflasi ini sudah dimulai sepekan lalu. Meskipun sejumlah pedagang masih keberatan untuk dipindahkan ke lantai II, proyek pembangunan tetap berjalan. Mereka yang semula menempati areal yang kini dipakai Gerai Inflasi terpaksa mengalah. Ada yang pindah keluar berjualan di atas trotoar, ada juga ke lantai II, ada juga yang memilih tidak berjualan.
Situasi pasar pada Jumat (29/9), terutama di bagian utara terlihat krodit. Sejumlah pedagang masih bertahan di pinggir galian yang disiapkan untuk pondasi bangunan. "Saya keberatan pindah ke lantai II. Di atas sepi pembeli," ujar seorang pedagang sayur mayur. Pedagang lainnya, yang menjual bumbu dapur, juga mengaku keberatan. Ia khawatir sepi pembeli jika berjualan di lantai II.
Sementara itu Direktur Utama Perumda Pasar Argha Nayottama Buleleng I Putu Suardhana mengatakan, sebagai pengelola pasar Perumda Argha Nayottama harus berada di tengah-tengah. Satu sisi menjalankan program pemerintah daerah sebagai pemilik aset, namun satu sisi mencarikan solusi terbaik untuk pedagang.
"Pembangunan Gerai Inflasi merupakan amanah pemerintah pusat yang diteruskan oleh pemerintah daerah. Pembangunan gerai ini bertujuan untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok sehingga tidak sampai merugikan pedagang," terang Suardhana.
Terkait pedagang yang terdampak, menurutnya tidak banyak. Hanya 30 orang pedagang sayur-mayur, bumbu dapur dan juga daging ayam. Mereka pun rata-rata sudah punya lapak di lantai II. Hanya saja beberapa tahun terakhir karena Pandemi Covid-19 mereka turun ke bawah karena di atas dirasa sepi pembeli.
“Penataan pedagang kami lakukan bertahap, sedikit demi sedikit kami upayakan biar tidak ada gejolak yang keras, karena ini menjelang tahun politik juga kami tidak ingin situasi ini salah artikan,” imbuh dia.
Gerai Inflasi dibangun berukuran 10 meter x 16 meter dengan anggaran Rp 500 juta bersumber dari Dana Insentif Daerah (DID) dari pemerintah pusat. Gerai inflasi ini dibangun pemerintah pusat untuk mengendalikan harga kebutuhan pokok di pasar. 7k23
Situasi pasar pada Jumat (29/9), terutama di bagian utara terlihat krodit. Sejumlah pedagang masih bertahan di pinggir galian yang disiapkan untuk pondasi bangunan. "Saya keberatan pindah ke lantai II. Di atas sepi pembeli," ujar seorang pedagang sayur mayur. Pedagang lainnya, yang menjual bumbu dapur, juga mengaku keberatan. Ia khawatir sepi pembeli jika berjualan di lantai II.
Sementara itu Direktur Utama Perumda Pasar Argha Nayottama Buleleng I Putu Suardhana mengatakan, sebagai pengelola pasar Perumda Argha Nayottama harus berada di tengah-tengah. Satu sisi menjalankan program pemerintah daerah sebagai pemilik aset, namun satu sisi mencarikan solusi terbaik untuk pedagang.
"Pembangunan Gerai Inflasi merupakan amanah pemerintah pusat yang diteruskan oleh pemerintah daerah. Pembangunan gerai ini bertujuan untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok sehingga tidak sampai merugikan pedagang," terang Suardhana.
Terkait pedagang yang terdampak, menurutnya tidak banyak. Hanya 30 orang pedagang sayur-mayur, bumbu dapur dan juga daging ayam. Mereka pun rata-rata sudah punya lapak di lantai II. Hanya saja beberapa tahun terakhir karena Pandemi Covid-19 mereka turun ke bawah karena di atas dirasa sepi pembeli.
“Penataan pedagang kami lakukan bertahap, sedikit demi sedikit kami upayakan biar tidak ada gejolak yang keras, karena ini menjelang tahun politik juga kami tidak ingin situasi ini salah artikan,” imbuh dia.
Gerai Inflasi dibangun berukuran 10 meter x 16 meter dengan anggaran Rp 500 juta bersumber dari Dana Insentif Daerah (DID) dari pemerintah pusat. Gerai inflasi ini dibangun pemerintah pusat untuk mengendalikan harga kebutuhan pokok di pasar. 7k23
1
Komentar