Tutik Kusuma Wardhani Ajak Anak Muda Selamatkan Bali dengan Bertani
Tutik Kusuma Wardhani
Demokrat Bali
Wanita Tani Indonesia
WTI Bali
DPR RI Dapil Bali
DPR RI
Subak
Pertanian Bali
Generasi Muda
DENPASAR, NusaBali.com - Ketua DPD Wanita Tani Indonesia (WTI) Bali Tutik Kusuma Wardhani menitipkan keselamatan Bali kepada generasi muda. Salah satu kunci menjaga Bali adalah dengan memajukan sektor pertanian untuk mengimbangi laju pariwisata.
Tutik menuturkan, Indonesia adalah negara agraris. Di tengah kemajuan sektor-sektor lain, sektor pertanian sama sekali tidak boleh ditinggalkan.
Tokoh perempuan yang juga politisi Demokrat ini melihat, Bali berpeluang maju melalui pertanian. Akan tetapi, langkah awal yang diperlukan adalah mengubah perspektif generasi muda terhadap pertanian.
"Selama ini dunia pertanian dilihat identik dengan kemiskinan, dengan hal-hal yang sangat rendah sekali. Bahwa itu tidak benar," tegas Tutik, dijumpai usai dirinya berbagi pemikiran dengan Ketum PSI Kaesang Pangarep di Denpasar, Minggu (1/10/2023).
Tutik yang juga bakal calon DPR RI Dapil Bali dari Partai Demokrat ini menyerukan, agar anak-anak muda tidak gengsi bertani, tidak gengsi dicap orang desa. Sebab, kemajuan suatu bangsa dimulai dengan membangun desa sebagai buffer perkotaan.
Wanita kelahiran Singaraja, Buleleng ini memandang masalah pertanian belum bisa terpecah sampai sekarang. Pertama, soal banyaknya lahan tidur di Bali. Kemudian, soal mandeknya regerasi petani yang kini didominasi usia senja.
Hal ini menyebabkan perkembangan sektor pertanian mandek. Terutama, diakibatkan tandusnya petani muda yang sejatinya lebih melek perkembangan zaman dan transformasi pertanian.
"Kalau petaninya itu anak-anak muda, mereka akan lebih mudah beradaptasi dengan transformasi dan teknologi pertanian," imbuh mantan Anggota DPR RI Fraksi Demokrat Periode 2014-2019 ini.
Dengan lebih banyak anak muda bertani, Pulau Bali juga akan terselamatkan. Sebab, laju pariwisata telah mengepung perkembangan subak dan mempercepat alih fungsi lahan.
Di wilayah dengan laju pariwisata dan urban yang tinggi seperti di Kota Denpasar dan Badung bagian selatan, makin banyak subak tidak aktif dan bahkan punah. Hal ini dikarenakan alih fungsi lahan dan sektor pertanian yang tidak teregenerasi sehingga tidak ada upaya menghidupkan lahan tidur.
"Dulu Thailand, Malaysia, belajar subak ke sini. Nah, karena tidak ada regenerasi di Bali, itu menyebabkan terdegradasi persubakan. Saya harap generasi muda mengambil peranan," ungkap Tutik.
Tutik mengajak anak-anak muda mengubah perspektif bahwa peluang pekerjaan itu tidak untuk dicari namun diciptakan. Salah satunya adalah dengan bertani. Bertani adalah peluang yang diciptakan dan akan berdampak pada pembangunan desa.
Desa dinilai bisa menjadi peluang bisnis baru, setidaknya menjadi lokasi produksi produk pertanian. Sementara itu, kota menjadi lokasi pemasarannya. Ini dinilai jauh lebih baik daripada luntang-lantung merantau ke kota dan menaikkan potensi kriminalisme. *rat
Tokoh perempuan yang juga politisi Demokrat ini melihat, Bali berpeluang maju melalui pertanian. Akan tetapi, langkah awal yang diperlukan adalah mengubah perspektif generasi muda terhadap pertanian.
"Selama ini dunia pertanian dilihat identik dengan kemiskinan, dengan hal-hal yang sangat rendah sekali. Bahwa itu tidak benar," tegas Tutik, dijumpai usai dirinya berbagi pemikiran dengan Ketum PSI Kaesang Pangarep di Denpasar, Minggu (1/10/2023).
Tutik yang juga bakal calon DPR RI Dapil Bali dari Partai Demokrat ini menyerukan, agar anak-anak muda tidak gengsi bertani, tidak gengsi dicap orang desa. Sebab, kemajuan suatu bangsa dimulai dengan membangun desa sebagai buffer perkotaan.
Wanita kelahiran Singaraja, Buleleng ini memandang masalah pertanian belum bisa terpecah sampai sekarang. Pertama, soal banyaknya lahan tidur di Bali. Kemudian, soal mandeknya regerasi petani yang kini didominasi usia senja.
Hal ini menyebabkan perkembangan sektor pertanian mandek. Terutama, diakibatkan tandusnya petani muda yang sejatinya lebih melek perkembangan zaman dan transformasi pertanian.
"Kalau petaninya itu anak-anak muda, mereka akan lebih mudah beradaptasi dengan transformasi dan teknologi pertanian," imbuh mantan Anggota DPR RI Fraksi Demokrat Periode 2014-2019 ini.
Dengan lebih banyak anak muda bertani, Pulau Bali juga akan terselamatkan. Sebab, laju pariwisata telah mengepung perkembangan subak dan mempercepat alih fungsi lahan.
Di wilayah dengan laju pariwisata dan urban yang tinggi seperti di Kota Denpasar dan Badung bagian selatan, makin banyak subak tidak aktif dan bahkan punah. Hal ini dikarenakan alih fungsi lahan dan sektor pertanian yang tidak teregenerasi sehingga tidak ada upaya menghidupkan lahan tidur.
"Dulu Thailand, Malaysia, belajar subak ke sini. Nah, karena tidak ada regenerasi di Bali, itu menyebabkan terdegradasi persubakan. Saya harap generasi muda mengambil peranan," ungkap Tutik.
Tutik mengajak anak-anak muda mengubah perspektif bahwa peluang pekerjaan itu tidak untuk dicari namun diciptakan. Salah satunya adalah dengan bertani. Bertani adalah peluang yang diciptakan dan akan berdampak pada pembangunan desa.
Desa dinilai bisa menjadi peluang bisnis baru, setidaknya menjadi lokasi produksi produk pertanian. Sementara itu, kota menjadi lokasi pemasarannya. Ini dinilai jauh lebih baik daripada luntang-lantung merantau ke kota dan menaikkan potensi kriminalisme. *rat
1
Komentar