Raih Terbaik II se-Indonesia Kategori Serat Alam di Dekranas Award 2023
Unik dan Kreatif, Ngakan Nyoman Wedana Sulap Daun Lontar Jadi Kipas Lukis Estetik
Berbagai corak lukisan yang ditawarkan sangat memanjakan mata, seperti bertema flora fauna, panen padi di sawah, adat istiadat Bali, hingga lukisan klasik Barong Rangda
MANGUPURA, NusaBali
Jika selama ini daun lontar hanya dikenal sebagai media menuangkan tulisan sastra di Bali, namun berbeda jadinya jika sudah diolah oleh tangan kreatif. Ngakan Nyoman Wedana,49, warga Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Badung berhasil menciptakan kipas lukis berbahan daun lontar. Karya dari owner By Kipas Bali ini bahkan berhasil menyabet Penghargaan Dekranas Award 2023 dengan predikat Karya Kriya Terbaik II se-Indonesia Kategori Serat Alam di Jakarta, belum lama ini.
Ditemui NusaBali di rumahnya, Selasa (26/9) lalu, Ngakan Wedana tampak sedang menuntaskan lukisan di atas media kipas. Tangannya begitu luwes mencorat-coret kipas daun lontar hingga membentuk lukisan yang memanjakan mata. Seni lukislah yang membuat kipas tersebut terlihat mahal, indah, dan elegan. Ditambah lagi, kipas yang menggunakan daun lontar, tak seperti kebanyakan yang menggunakan bahan kayu, menjadikan karya tersebut kreatif dan tergolong baru.
Ngakan Wedana mengungkapkan, inovasi kipas berbahan daun lontar merupakan karya terbaru yang dia buat. Alasan menggunakan daun lontar cukup sederhana. Dia ingin memanfaatkan daun lontar yang selama ini hanya diketahui berfungsi sebagai media untuk memuat tulisan sastra, diolah menjadi sesuatu yang bernilai seni. Karena Ngakan Wedana merupakan perajin kipas lukis sejak tahun 2006, maka tercetuslah melukis kipas berbahan daun lontar.
Karena unik, Ngakan Wedana pun sempat yakin bahwa karya terbarunya ini akan menyabet penghargaan di ajang Dekranas Award 2023. “Untuk kipas lukis berbahan daun lontar sejauh ini belum ada yang buat. Ini ciptaan saya sendiri. Ada tiga karya saya yang berbahan lontar, satu sudah diambil saat pameran Kriyanusa Dekranas Award kemarin.
Lebih lanjut pria kelahiran 12 Desember 1974 tersebut menuturkan, kerajinan kipas digelutinya sudah sejak tahun 2006. Kala itu, dirinya terdampak akibat Bom Bali 1 dan 2 lantaran sebelumnya Ngakan Wedana merupakan perajin lukisan di kertas yang pemasaran karyanya di Ubud. Sebelumnya juga sempat bekerja di Perusahaan Kimono Jepang di Sakah bidang melukis. Karena Bom Bali yang menghancurkan perekonomian kala itu, akhirnya dia memutar otak dan berinovasi untuk melukis di atas kipas.
Pada tahun pertama dan kedua, dirinya masih belum bisa memproduksi sendiri media kipas, sehingga dia mengorder media kipas kemudian melukis sendiri. Setelah fasih melukis di atas kipas, Ngakan Wedana pun mulai memproduksi media kipas sendiri pada tahun 2008 berikut lukisannya. Bahkan dirinya mendapatkan bantuan mesin dari pusat. “Setelah bisa produksi sendiri, saya mulai ikut pameran, mencari peluang-peluang. Saya juga rutin ikut lomba-lomba desain. Astungkara order cukup seimbang dengan produksi sekarang,” tuturnya.
Ngakan Nyoman Wedana berfoto bersama penghargaan dari Dekranas Award dan kipas lukis berdaun lontar. -AGUNG INDI
Lulusan Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Denpasar kini SMKN 1 Sukawati ini menambahkan, inovasi awal yakni kipas lukis berbahan kayu. Ada beberapa kayu yang digunakan yakni kayu mahoni, lemanuh, dan cendana. Jenis kayu ini dipilih karena memiliki kualitas yang bagus dan sangat cocok digunakan sebagai kipas. Sedangkan pengerjaan lukisan memakan waktu selama lima hari. “Pemilihan kayu juga dipilih tingkat kekeringannya, tingkat seratnya. Kayu dipilih, kemudian diiris menggunakan mesin, dibentuk, dilubangi, diamplas satu per satu, dirakit jadi kipas, baru dilukis menggunakan cat akrilik,” jelasnya.
Beberapa corak lukisan yang ditawarkan pun sangat memanjakan mata, seperti bertema flora fauna, kegiatan panen padi di sawah, adat istiadat Bali, hingga lukisan klasik Barong Rangda. Harga karya seni kipas lukis ini pun bervariasi tergantung jenis kayu yang dipakai dan tingkat kerumitan melukis, serta lukisan satu sisi atau dua sisi. Harga kipas lukis mulai dibanderol harga Rp 500 ribu, Rp 1,2 juta, hingga jutaan rupiah.
“Kalau dalam sebulan paling tidak bisa menghasilkan 15 biji jenis lukisan. Selain kipas lukis, saya juga produksi kipas yang polos yang harga Rp 50 ribu. Sehingga kalau ditanya omzet sebulan itu mungkin ada sekitar Rp 50 juta,” katanya. Diakui, khusus untuk kipas yang dilukis memang belum bisa diproduksi secara massal. Sebab melukis memerlukan keahlian khusus dan tidak bisa menggunakan mesin. Dalam memenuhi pesanan pun, Ngakan Wedana pun harus mengajar SDM untuk melukis. “Memang harus betul-betul cari yang bisa melukis. Saya mengajar lima orang langsung bikin order. Jadi saya tinggal kasi konsepnya, mereka kerjakan di rumah masing-masing. Tidak ada lukisan yang identik. Justru masing-masing punya ciri khas dan itu memperkaya corak,” terang ayah empat anak ini.
Berbagai pameran pun sempat dijajal oleh Ngakan Wedana. Untuk pameran di Indonesia, dirinya pernah mengikuti pameran di Jogjakarta, Jakarta, dan rutin mengikuti Pameran Bali Bangkit di Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center) Denpasar.
Sedangkan pameran luar negeri, dia juga pernah mengikuti pameran ke Jepang bersama Dekranas pusat dan ke Turki bersama salah satu BUMN. Kini, dirinya juga menggencarkan promosi di media sosial. Pengelolaan pemasaran di dunia maya dibantu sang anak. Ngakan mengaku, ada pejabat di luar Bali yang rutin membeli produk kipas lukisnya. Selain itu, kipas lukis juga diminati oleh orang asing meski pembeliannya lewat perantara atau tidak bertemu secara langsung.
Sejumlah penghargaan juga pernah diraih oleh Ngakan Wedana. Di antaranya meraih ‘Best of The Best’ di ajang Pameran Inacraft Tahun 2009 di Jakarta, penghargaan dari Indonesia Good Design Selection (IGDS) tahun 2010, dan Terbaik II Kategori Serat Alam Dekranas Award 2023. Terbaru, dirinya juga akan ikut Pameran Inacraft terbesar di Indonesia pada 3 Oktober 2023 mendatang. “Selain itu, saya juga sudah mendaftarkan hak cipta kipas lukis berdaun lontar seminggu lalu sehabis menang penghargaan Dekranas Award 2023,” pungkasnya. 7 ind
1
Komentar