Kesulitan Air, Petani Andalkan Pompa
GIANYAR, NusaBali - Dampak musim kemarau, petani di Banjar Mawang Kaja, Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud, Gianyar kekurangan air. Petani menyedot air sungai menggunakan pompa untuk menggenangi lahan sawah. Namun biaya bahan bakar mengoperasikan mesin pompa cukup tinggi.
Petani di Banjar Mawang Kaja, Desa Lodtunduh, Jro Mangku Nyoman Mergug, 81, menggarap lahan seluas 30 are. Bulir padi sudah bermunculan, sebentar lagi panen. Namun pengairan tidak cukup, lahan pertanian terancam kekeringan. Putranya yang bekerja di bengkel, Gede Putra membantu untuk mendapatkan air dengan cara menyedot air jlinjingan (sungai di pinggir jalan raya) menggunakan pompa. Jaraknya sekitar 10 meter di sebelah barat sawah. “Saya pakai mesin dari jam 4 pagi. Sudah berhasil menyedot air hampir 3 tangki, tapi kalahnya di bahan bakar,” ungkap Gede Putra, Senin (2/10).
Gede Putra menghabiskan 4 liter pertamax, hanya mampu membasahi sebagian kecil lahannya. Air cepat terserap ke tanah. “Akhirnya saya stop karena sudah habis Rp 150.000 untuk beli bahan bakar, baru basah sekitar 2 are,” jelas Gede Putra. Padahal untuk menghasilkan bulir padi yang matang sempurna, petani perlu air yang menggenang. “Kalau dibiarkan gak dapat air, bisa gagal panen seluruhnya. Kemarin sudah ada yang datang rencana membeli, tapi belum cocok harga,” ujarnya. Kondisi normal, harga gabah cukup menjanjikan kisaran Rp 250.000 hingga Rp 300.000 per are. 7 nvi
Gede Putra menghabiskan 4 liter pertamax, hanya mampu membasahi sebagian kecil lahannya. Air cepat terserap ke tanah. “Akhirnya saya stop karena sudah habis Rp 150.000 untuk beli bahan bakar, baru basah sekitar 2 are,” jelas Gede Putra. Padahal untuk menghasilkan bulir padi yang matang sempurna, petani perlu air yang menggenang. “Kalau dibiarkan gak dapat air, bisa gagal panen seluruhnya. Kemarin sudah ada yang datang rencana membeli, tapi belum cocok harga,” ujarnya. Kondisi normal, harga gabah cukup menjanjikan kisaran Rp 250.000 hingga Rp 300.000 per are. 7 nvi
1
Komentar