Bendungan Palasari Kering, Pengairan 10 Subak Ditutup
Kekeringan, BPBD Bali Pasok Air Bersih ke Desa-desa
NEGARA, NusaBali - Musim kemarau panjang menyebabkan penurunan debit air di Bendungan Palasari di Desa Ekasari, Kecamatan Melaya, Jembrana.
Areal waduk bendungan yang biasanya dipenuhi air ini, tampak kering. Akibatnya pengairan ke 10 subak yang bersumber dari bendungan ini pun terpaksa ditutup.
Kondisi itu dipetakan pihak Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana yang sempat turun melakukan pengecekan dan assessment ke Bendungan Palasari, Senin (2/10). Dari pengecekan tersebut, diperkirakan bahwa volume air di Bendungan Palasari saat ini hanya tinggal 230.000 meter kubik (m3). Volume air itu sangat jauh menurun dari volume maksimal air di bendungan setempat.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jembrana, I Putu Agus Artana Putra mengatakan awalnya Bendungan Palasari diperkirakan memiliki daya tampung air sekitar 8 juta meter kubik. Namun karena ada sedimentasi, volume air yang bisa tertampung di bendungan saat ini diperkirakan sekitar 7 juta meter kubik. "Dari kapasitas 7 juta meter kubik, diperkirakan volume air yang ada saat ini hanya sekitar 230.000 meter kubik saja," ujarnya.
Menurut Agus Artana, penurunan volume air di Bendungan Palasari itu sudah terjadi sejak dua bulan lalu. Penyebab kekeringan itu, dipekirakan karena musim kemarau ekstrim yang juga menjadi bagian dampak fenomena El Nino. "Setiap musim kemarau, air di sana selalu surut. Tetapi yang sekarang ini cukup ekstrim," ucap Agus Artana.
Terkait kekeringan di Bendungan Palasari ini, Agus Artana mengaku terpetakan dampak terhadap sektor pertanian di wilayah sekitar. Diketahui ada 10 subak dengan total luas areal sekitar 933 hektare yang biasanya mendapat suplai air dari bendungan tersebut. Namun karena penurunan volume air saat ini, hanya ada 3 subak yang masih bisa dialiri dari bendungan. Ketiga subak itu, adalah Subak Mertasari, Subak Pulemerta, dan Subak Pecatusari dengan total luas lahan sekitar 379 hektare.
Namun karena 3 subak tersebut juga diketahui sudah panen, saat ini seluruh pintu pengairan ditutup. "Sekarang semua pintu air ditutup. Kalau tetap tidak ada hujan, diperkirakan nanti semua subak juga tidak bisa mendapat suplai air," ucap Agus Artana. Selain di Bendung Palasari, Agus Artana mengaku, juga melakukan pengecekan ke Bendungan Benel, Desa Manistutu, Kecamatan Manistutu, Kecamatan Melaya. Kondisi di bendungan yang juga berfungsi untuk memasok kebutuhan air di sejumlah subak itu pun hampir sama dengan kondisi di Bendungan Palasari. "Kita lakukan pengecekan sebagai bagian mitigasi terkait musim kemarau ini. Apalagi dari peringatan dini BMKG, puncak musim kemarau diperkirakan sampai Desember," ujar Agus Artana.
Kondisi itu dipetakan pihak Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana yang sempat turun melakukan pengecekan dan assessment ke Bendungan Palasari, Senin (2/10). Dari pengecekan tersebut, diperkirakan bahwa volume air di Bendungan Palasari saat ini hanya tinggal 230.000 meter kubik (m3). Volume air itu sangat jauh menurun dari volume maksimal air di bendungan setempat.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jembrana, I Putu Agus Artana Putra mengatakan awalnya Bendungan Palasari diperkirakan memiliki daya tampung air sekitar 8 juta meter kubik. Namun karena ada sedimentasi, volume air yang bisa tertampung di bendungan saat ini diperkirakan sekitar 7 juta meter kubik. "Dari kapasitas 7 juta meter kubik, diperkirakan volume air yang ada saat ini hanya sekitar 230.000 meter kubik saja," ujarnya.
Menurut Agus Artana, penurunan volume air di Bendungan Palasari itu sudah terjadi sejak dua bulan lalu. Penyebab kekeringan itu, dipekirakan karena musim kemarau ekstrim yang juga menjadi bagian dampak fenomena El Nino. "Setiap musim kemarau, air di sana selalu surut. Tetapi yang sekarang ini cukup ekstrim," ucap Agus Artana.
Terkait kekeringan di Bendungan Palasari ini, Agus Artana mengaku terpetakan dampak terhadap sektor pertanian di wilayah sekitar. Diketahui ada 10 subak dengan total luas areal sekitar 933 hektare yang biasanya mendapat suplai air dari bendungan tersebut. Namun karena penurunan volume air saat ini, hanya ada 3 subak yang masih bisa dialiri dari bendungan. Ketiga subak itu, adalah Subak Mertasari, Subak Pulemerta, dan Subak Pecatusari dengan total luas lahan sekitar 379 hektare.
Namun karena 3 subak tersebut juga diketahui sudah panen, saat ini seluruh pintu pengairan ditutup. "Sekarang semua pintu air ditutup. Kalau tetap tidak ada hujan, diperkirakan nanti semua subak juga tidak bisa mendapat suplai air," ucap Agus Artana. Selain di Bendung Palasari, Agus Artana mengaku, juga melakukan pengecekan ke Bendungan Benel, Desa Manistutu, Kecamatan Manistutu, Kecamatan Melaya. Kondisi di bendungan yang juga berfungsi untuk memasok kebutuhan air di sejumlah subak itu pun hampir sama dengan kondisi di Bendungan Palasari. "Kita lakukan pengecekan sebagai bagian mitigasi terkait musim kemarau ini. Apalagi dari peringatan dini BMKG, puncak musim kemarau diperkirakan sampai Desember," ujar Agus Artana.
Foto: Distribusi air di Bondalem, Buleleng, beberapa hari lalu. -IST
Sementara kekeringan akibat musim kemarau panjang saat ini telah mengakibatkan sejumlah warga di empat kabupaten di Bali mengalami kesulitan air bersih. Kondisi ini menyebabkan hampir setiap hari petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan pendistribusian air bersih.
Berdasarkan rekap data BPBD Provinsi Bali distribusi air bersih sudah dilakukan sejak bulan Agustus lalu di wilayah Kabupaten Jembrana, Kabupaten Buleleng, dan Kabupaten Bangli. Daerah yang dominan mendapat pasokan air bersih adalah di Kabupaten Jembrana.
Sedangkan pada bulan September hampir setiap hari proses pendistribusian air bersih dilakukan. Tercatat sebanyak 32 kali pendistribusian dilakukan. Selain tiga kabupaten yang disebutkan sebelumnya, beberapa wilayah di Kabupaten Karangasem (3 titik di Desa Seraya Timur, Kecamatan Karangasem) turut mendapat bantuan air bersih pada bulan September.
Dalam mendistribusikan air bersih BPBD Bali bekerja sama dengan BPBD kabupaten setempat dan beberapa pihak lainnya seperti PMI. Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Bali, I Made Rentin mengatakan Tim BPBD Bali juga ikut mendistribusikan air bersih hingga ke desa-desa di Kabupaten Buleleng. Terakhir Tim BPBD Bali mendistribusikan air bersih di Banjar Dinas Tegal Sari, Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng, Sabtu (30/9) lalu. "Distribusi air bersih yang dilaksanakan oleh BPBD Provinsi Bali sebanyak dua kali pengisian (masing-masing) 15.000 liter," ujar Rentin, Selasa (3/10).
Sejauh ini BPBD Bali dan Kabupaten/Kota telah mendistribusikan air bersih sebanyak sekitar 239.900 liter. Masing-masing di Kabupaten Jembrana sebanyak 162.900 liter, Kabupaten Buleleng (60.000 liter), Kabupaten Karangasem (12.000 liter), dan Kabupaten Bangli (5.000 liter). Rentin menjelaskan bantuan distribusi air bersih juga datang dari PMI Kabupaten/Kota yang telah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 95.000 liter di Kabupaten Jembrana, Buleleng, dan Karangasem.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra menyatakan El Nino telah berdampak kepada kekeringan seperti yang terjadi saat ini. Kekeringan kemudian berimbas pada suplai air untuk pertanian dan juga suplai air bersih. "Kalau untuk pertanian kita di Bali astungkara tidak terpengaruh secara signifikan oleh El Nino. Tetapi, untuk air bersih ada pengaruhnya. Ada beberapa desa di Bali yang mengalami kesulitan air bersih seperti beberapa desa di Jembrana kemudian ada di beberapa kabupaten lain," ujar Dewa Indra. 7 ode, cr78
Sementara kekeringan akibat musim kemarau panjang saat ini telah mengakibatkan sejumlah warga di empat kabupaten di Bali mengalami kesulitan air bersih. Kondisi ini menyebabkan hampir setiap hari petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan pendistribusian air bersih.
Berdasarkan rekap data BPBD Provinsi Bali distribusi air bersih sudah dilakukan sejak bulan Agustus lalu di wilayah Kabupaten Jembrana, Kabupaten Buleleng, dan Kabupaten Bangli. Daerah yang dominan mendapat pasokan air bersih adalah di Kabupaten Jembrana.
Sedangkan pada bulan September hampir setiap hari proses pendistribusian air bersih dilakukan. Tercatat sebanyak 32 kali pendistribusian dilakukan. Selain tiga kabupaten yang disebutkan sebelumnya, beberapa wilayah di Kabupaten Karangasem (3 titik di Desa Seraya Timur, Kecamatan Karangasem) turut mendapat bantuan air bersih pada bulan September.
Dalam mendistribusikan air bersih BPBD Bali bekerja sama dengan BPBD kabupaten setempat dan beberapa pihak lainnya seperti PMI. Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Bali, I Made Rentin mengatakan Tim BPBD Bali juga ikut mendistribusikan air bersih hingga ke desa-desa di Kabupaten Buleleng. Terakhir Tim BPBD Bali mendistribusikan air bersih di Banjar Dinas Tegal Sari, Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng, Sabtu (30/9) lalu. "Distribusi air bersih yang dilaksanakan oleh BPBD Provinsi Bali sebanyak dua kali pengisian (masing-masing) 15.000 liter," ujar Rentin, Selasa (3/10).
Sejauh ini BPBD Bali dan Kabupaten/Kota telah mendistribusikan air bersih sebanyak sekitar 239.900 liter. Masing-masing di Kabupaten Jembrana sebanyak 162.900 liter, Kabupaten Buleleng (60.000 liter), Kabupaten Karangasem (12.000 liter), dan Kabupaten Bangli (5.000 liter). Rentin menjelaskan bantuan distribusi air bersih juga datang dari PMI Kabupaten/Kota yang telah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 95.000 liter di Kabupaten Jembrana, Buleleng, dan Karangasem.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra menyatakan El Nino telah berdampak kepada kekeringan seperti yang terjadi saat ini. Kekeringan kemudian berimbas pada suplai air untuk pertanian dan juga suplai air bersih. "Kalau untuk pertanian kita di Bali astungkara tidak terpengaruh secara signifikan oleh El Nino. Tetapi, untuk air bersih ada pengaruhnya. Ada beberapa desa di Bali yang mengalami kesulitan air bersih seperti beberapa desa di Jembrana kemudian ada di beberapa kabupaten lain," ujar Dewa Indra. 7 ode, cr78
Komentar