Korban Anak Tunggal, Ortu Bangun Tenda Tunggu Hasil Pencarian
Petugas gabungan Basarnas, kepolisiain serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana melanjutkan pencarian terhadap Putu Agus Sinta Wirama, 18, yang tenggelam di peraiaran pantai Tuwed, dekat kawasan muara Tanjung Pasir, Banjar Taman, Desa Tuwed, Kecamatan Melaya, Jembrana, Minggu (9/7) sore.
Pencarian Hari Kedua Pemuda Tenggelam di Pantai Tuwed
NEGARA, NusaBali
Pencarian hari kedua, ayah korban, Putu Pastika, 45, sangat berharap anak tunggalnya segera ditemukan tim penyelamat. Ia masih tetap menunggu di tepi pantai hingga membangun tenda.
Pastika mengaku sudah pasrah dengan musibah menimpa anaknya itu. Buruh serabutan ini menyakini anak semata wayangnya itu sudah meninggal dunia. Meski sudah mengiklaskan musibah tersebut, ia tetap setia enunggu kabar hasil pencarian melalui tim penyelamat gabungan sejak Minggu sekitar pukul 17.00 Wita. Harapannya, jika anaknya telah meningal, jenazahnya segera ditemukan. “Kemungkinan selamat sudah tidak ada. Karena dari saya kecil, sudah lebih dari 10 kejadian orang tenggelam di sini, dan semua tidak ada selamat,” kata warga Banjar Puseh, Desa Tuwed ini
Di tenda sederhana menggunakan terpal ditopang kayu seadanya itu, Pastika didampingi istri, Made Ayu Ardiani, 38, yang tampak terbaring karena mengalami jantung bocor. Sejumlah sanak keluarga menemani. Menurut Pastika, ia bersama keluarga sampai tidak tidur menunggu di tepi pantai. Ia berencana tetap bertahan menunggu sebisa mungkin di tepi pantai sampai anaknya yang berkeseharian sebagai buruh di salah satu tambak udang di Desa Tuwed itu ditemukan. “Dari kemarin sore nunggu di sini. Kemarin malam juga tidur di sini. Tetapi karena sempat hujan, makanya buat tenda tadi pagi. Rencananya, saya mau tunggu sampai anak saya ketemu, dan mudah-mudahan cepat ditemukan,” kata Pastika.
Sebenarnya, Pastika yang didiagnosa mengalami penyakit diabetes menyatakan tidak memiliki pilihan lain selain menunggu hasil pencarian anaknya di tepi pantai. Karena berdiam diri di rumah tidak tenang. Meski selama berada di tepi pantai, ia dilarang untuk ikut melakukan upaya pencarian langsung ke tengah laut. Paling tidak dengan menunggu di tepi pantai, ia dapat melihat secara langsung upaya pencarian yang dilakukan tim penyelamat. “Dia anak satu-satunya. Istiri saya larang ke mari, tetapi namanya orangtua, sama seperti perasaan saya. Saya tidak izinkan istri nginap menunggu di sini,” tambahnya.
Selain mengandalkan petugas tim penyelamat gabungan dari instansi terkait, pihak keluarga termasuk warga yang merupakan nelayan sekitar, turut berusaha melakukan pencarian. Keluarga juga minta petunjuk secara niskala dengan menanyakan ke orang pintar. “Petunjuknya, kemungkinan anak saya baru muncul setelah jam 12 malam nanti. Mudah-mudahan benar begitu,” harapnya. Ia memohon kepada Tuhan, anaknya segera ditemukan.
Koordinator Pos SAR Jembrana, Ida Bagus Surya Wirawan mengatakan, dalam upaya pencarian hari kedua dibantu nelayan setempat, masih fokuskan upaya pencarian di sekitar lokasi korban tenggelam dengan mengerahkan sebuah rubber boat. Pencarian ke tengah laut dilakukan sampai tiga kali, masing-masing mulai pukul 05.30 Wita-09.00 Wita, 10.00 Wita-12.00 Wita, dan pukul 13.00 Wita-14.30 Wita. Selain itu, juga ada bantuan dua orang penyelam dari salah satu perusahaan keramba mutiara di pantai Candikusuma (sebelah pantai Tuwed). Namun dari pencarian sementara hari kedua, hasilnya masih nihil. “Pencarian pasti tetap kami berusaha maksimalkan. Kebetulan kendala tidak ada, kecuali tadi sempat hujan paginya, sehingga kami istirhatkan sementara pencarian,” ujarnya.
Putu Agus Sinta Wirama, 18, tenggelam di perairan Pantai Tuwed, Minggu (9/7) sekitar pukul 16.30 Wita. Saat kejadian, korban mengajak kakak sepupunya, Putu Samiarsa, 35, yang sama-sama diajak bekerja di salah satu perusahaan tambak udang di Desa Tuwed. Ketika kakak sepupunya sedang menjaring ikan, korban memutuskan mandi dengan mengambil posisi agak ke tengah. Naas, ketika mandi agak ke tengah itu, korban langsung terseret arus. *ode
Komentar