SMAN Kubu Gelar Workshop Penelitian Tindakan Kelas
AMLAPURA, NusaBali - Kasek SMAN Kubu I Ketut Suba menekankan 40 guru wajib memahami psikologi siswa agar memudahkan dalam pembelajaran. Dia menekankan hal itu dalam cara workshop tentang kompetensi PTK (Penelitian Tindakan Kelas) di Aula SMAN Kubu, Banjar Tigaron, Desa Sukadana, Kecamatan Kubu, Karangasem, Kamis (5/10).
Workshop, kata Suba, untuk peningkatan kompetensi PTK dan penguatan manajemen sekolah. PTK yakni penelitian dilakukan guru di kelas atau di sekolah tempat guru mengajar. Tujuannya untuk memperbaiki atau peningkatan kualitas proses dan praktik pembelajaran.
Khusus untuk pemahaman psikologi siswa, mengundang psikolog, Ni Luh Yuli Surya Dewi dari Singaraja. Dia memberikan materi, antara lain, tata cara memahami psikologi siswa, agar guru pengajar dengan cara mengenal beragam karakter siswa, membangun komunikasi dengan siswa, memahami sifat-sifat siswa, bakat dan kelebihannya. Di samping itu penting untuk memahami emosi, kesukaan siswa, caranya agar dengan cara menyayangi, hindari kekerasan. Hindari melakukan pemaksaan, di samping pentingnya mengetahui kebutuhan siswa.
Guru, jelas dia, penting mengetahui perkembangan perilaku, emosi, dan social sosial. "Aspek perilaku misalnya, di sini anak-anak melakukan aksi menerima reaksi, dan perlu pantau sejauh mana siswa mampu beriteraksi dengan lingkungan," jelas Bagian Konseling untuk perempuan dan anak yang mengalami kekerasan di P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) Buleleng ini.
Yuli menyebutkan, banyak faktor memengaruhi perkembangan psikologi siswa. Mulai dari lingkungan sosial ekonomi, lingkungan emosional, pola asuh orangtua, peristiwa yang membuat stress, kontrol diri dan penyesuaian sosial. "Peran guru dan orangtua sangat penting, memahami psikologi siswa," tambahnya.
Kasek I Ketut Suba mengapresiasi materi dari psikolog asal Singaraja itu. Dengan itu, guru punya pegangan mengajar dan lebih optimal memberdayakan potensi siswa. Di sekokolah ini ada 754 siswa. Suba menambahkan, workshop itu juga mengalisis CP, TP dan AT (capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran dan acuan tujuan pembelajaran).
Capaian pembelajaran, misalnya lanjut Suba, kompetensi yang diharapkan dalam pencapaian siswa di akhir fase kegiatan belajar, yang terbagi-bagi beberapa fase. Tiap fase ada capaian dan evaluasinya. "Kesemuanya itu untuk menunjang pembelajaran berdasarkan kurikulum merdeka," jelas Suba.
Kurikulum Merdeka Belajar, kata dia, diimplementasikan pemerintah sejak tahun 2022. Kurikulum ini bertujuan untuk menyederhanakan kurikulum sebelumnya yang terkesan rumit dan tidak bisa memenuhi capaian kompetensi peserta didik. Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di Indonesia pun semakin masif.7k16
1
Komentar