Relawan MGI Bantu Gadis Pengidap Kebutaan
AMLAPURA, NusaBali - Gadis alumnus SMPN 3 Selat, Karangasem, Ni Komang Pira Cahyani Dewi,16, yang alami kebutaan sejak kelas IV SD, mulai ditangani relawan MGI (Mega Gloryoung International) Bali. Langkah pertama dengan memberikan kaca mata untuk terapi agar saraf-saraf mata berfungsi.
"Target kami, tahun depan anak ini bisa bersekolah ke SMA," jelas Koordinator Relawan MGI Bali Sang Ayu Kerti, bersama Koordinator Relawan MGI Karangasem I Nyoman Merta, di Banjar Geriana Kauh, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Karangasem, Kamis (5/10).
Sang Ayu Kerti mengakui MGI belum mampu memberikan bantuan optimal, karena diagnose medis belum lengkap. "Jika menderita minus, akan saya kasi kaca mata minus. Jika katarak, saya bantu operasi," jelasnya.
Sedangkan jika mata alami glaucoma (kerusakan akibat gangguan saraf mata, menyebabkan penglihatan kabur), juga relawan GMI siap membantunya secara gratis. "Terpenting sehat dulu, dan perlu periksakan kembali ke dokter spesialis mata, agar dapat surat keterangan rekam medisnya," tambahnya.
Hanya saja, lanjut Sang Ayu Kerti, berdasarkan pengalaman, jika pasien menderita glaucoma, jarang petugas medis mengeluarkan keterangan menyatakan pasien tersebut menderita glaucoma. "Itu kendala yang selama ini terjadi dialami masyarakat. Saya tidak mengerti kenapa demikian, sebab berdasarkan surat keterangan itu, baru saya bisa bantu," tambahnya.
Kedatangan rombongan relawan itu untuk memberikan penanganan lanjutan buat Ni Komang Pira Cahyani Dewi. Petugas mencoba melakukan tes optik, ternyata Ni Komang Pica Cahyani Dewi, belum bisa melihat huruf, hanya mengenal warna saja.
Relawan mencoba untuk menguji Ni Komang Pira Cahyani Dewi untuk menulis namanya di kertas, ternyata tulisannya tidak jelas. "Saya tidak tahu harus bagaimana caranya menulis huruf, karena saya tidak melihat," kata Cahyani Dewi.
Ibu kandungnya, Ni Kadek Pica Arini menerangkan, putri bungsu dari tiga anaknya itu mulai mengalami gejala kebutaan sejak duduk di kelas IV SDN 4 Duda Utara tahun 2016. Awalnya Cahyani Dewi menderita panas tinggi. Tahun 2016 sempat menjalani perawatan di RSUD Karangasem dengan diagnose demam berarah, setelah trombosit normal bisa pulang.
Selanjutnya, kontrol di Puskesmas Selat, setelah ibunya memberikan vitamin, badannya mendadak bengkak. Dia menjalani perawatan di RS Sanglah Denpasar, kondisinya memburuk badannya kejang-kejang. Setelah penyakitnya reda, dia tidak bisa melihat apa-apa, semuanya gelap.
Tahun 2018, anak ini menderita epilepsy. Penyakitnya tidak kambuh sejak tahun 2021. Siswi yang menjadi bintang kelas sejak kelas I SD, akhirnya mampu menamatkan SDN 4 Duda Utara dan SMPN 3 Selat tahun ajaran 2022/2023. "Anak saya bisa menamatkan SD dan SMP, karena atas bantuan teman-temannya, saat jawab soal, Ni Komang Pira Cahyani Dewi yang menjawab secara lisan, temannya membantu menuliskan jawabannya, jika menjawab pertanyaan secara lisan, tidak ada masalah," katanya.
Selama Cahyani Dewi menjalani perawatan di rumah sakit, ayahnya I Ketut Mangku Rambit selalu menemani, hingga kelelahan begadang, akhirnya meninggal 6 tahun lalu. "Saya tetap bertekad mau sekolah SMA, karena cita-cita jadi dokter," ucap Cahyani Dewi. Dia putri ketiga dari tiga bersaudara pasangan I Ketut Mangku Rambit (almarhum) - i Kadek Pica Arini.7k16
1
Komentar