LRT Dibangun, Trans Metro Dewata Tetap Operasi
DENPASAR, NusaBali - Rencana pembangunan Lintas Raya Terpadu atau Light Rail Transit (LRT) di Bali tidak akan menganaktirikan pengembangan moda transportasi lain seperti Trans Metro Dewata yang sudah dirintis lebih dulu.
Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Provinsi Bali, I Gde Wayan Samsi Gunarta menegaskan, pemerintah tidak harus memilih mengembangkan moda bus atau kereta. Keduanya dinilai sama penting dan saling mendukung satu sama lain.
"LRT dan Trans Metro Dewata nantinya harus saling mendukung. Kalau tidak saling dukung, LRT tidak dapat muatan, begitu juga sebaliknya," ujar Samsi Gunarta usai peresmian kerja sama pelabelan angkutan wisata di Kantor Dinas Pariwisata Bali, Jalan Letjen S Parman, Niti Mandala Denpasar, Jumat (6/10).
Kata Samsi Gunarta, LRT direncanakan akan terintegrasi di Sentral Parkir Kuta. Titik ini disebut menjadi bagian dari pembangunan rute 9,4 kilometer Bandara-Sentral Parkir-Seminyak.
Pembangunan LRT ini disebut masih pada tahap studi kelayakan atau feasibility study tahap 1B. Kemudian, groundbreaking pembangunannya diagendakan sekitar semester pertama 2024 nanti. Di tengah kebisingan pra-pembangunannya, LRT dinilai belum saatnya dibangun di Bali. Sebab, dinilai sebagai moda transportasi menengah ke atas, tidak seperti moda bus yang disebut masih ramah di kantong masyarakat.
Terkait hal ini, Samsi Gunarta menegaskan, pembangunan LRT bukan saja soal masyarakat Bali. Tetapi, terkait pula wajah moda transportasi umum Pulau Dewata di tengah statusnya sebagai kawasan pariwisata. Di samping itu, LRT dinilai bisa menambah opsi moda transportasi umum selain kendaraan bermotor seperti bus. Sebab, moda bus sendiri masih berbagi lajur dengan masyarakat umum dan tidak jarang terjebak kemacetan.
Lebih lanjut, Samsi Gunarta membeberkan, penggunaan kendaraan pribadi pada suatu masa akan membuat masyarakat berpikir dua kali. Lantaran, kenaikan volume kendaraan tidak sebanding dengan daya tampung jalan raya. "Kalau masyarakat pakai kendaraan pribadi atau mobil terus-terusan, kita tidak akan ada cukup jalan untuk itu. Pilihannya macet atau beralih. Kalau mau beralih, infrastrukturnya harus memadai," imbuh birokrat jebolan Institut Teknologi Badung (ITB) ini.
Samsi Gunarta mengingatkan, moda transportasi LRT ini juga untuk mengimbangi perkembangan pariwisata. Kedatangan 6 juta wisatawan asing dan 8 juta wisatawan domestik ke Bali setiap tahunnya, dikatakan Samsi, harus dipikirkan infrastruktur transportasi yang bisa menunjang kunjungan wisatawan. “Jangan pikirkan soal orang Bali saja, tetapi juga wisatawan yang datang ke Bali tanpa kendaraan itu agar bisa ditampung," tegas SamsiGunarta. Ketika LRT ini beroperasi, 300 penumpang bisa ditampung dalam satu kali perjalanan. Rute fase satu LRT akan mencakup Bandara-Sentral Parkir-Seminyak. Kemudian, berlanjut ke Canggu dan Mengwi. 7 ol1
"LRT dan Trans Metro Dewata nantinya harus saling mendukung. Kalau tidak saling dukung, LRT tidak dapat muatan, begitu juga sebaliknya," ujar Samsi Gunarta usai peresmian kerja sama pelabelan angkutan wisata di Kantor Dinas Pariwisata Bali, Jalan Letjen S Parman, Niti Mandala Denpasar, Jumat (6/10).
Kata Samsi Gunarta, LRT direncanakan akan terintegrasi di Sentral Parkir Kuta. Titik ini disebut menjadi bagian dari pembangunan rute 9,4 kilometer Bandara-Sentral Parkir-Seminyak.
Pembangunan LRT ini disebut masih pada tahap studi kelayakan atau feasibility study tahap 1B. Kemudian, groundbreaking pembangunannya diagendakan sekitar semester pertama 2024 nanti. Di tengah kebisingan pra-pembangunannya, LRT dinilai belum saatnya dibangun di Bali. Sebab, dinilai sebagai moda transportasi menengah ke atas, tidak seperti moda bus yang disebut masih ramah di kantong masyarakat.
Terkait hal ini, Samsi Gunarta menegaskan, pembangunan LRT bukan saja soal masyarakat Bali. Tetapi, terkait pula wajah moda transportasi umum Pulau Dewata di tengah statusnya sebagai kawasan pariwisata. Di samping itu, LRT dinilai bisa menambah opsi moda transportasi umum selain kendaraan bermotor seperti bus. Sebab, moda bus sendiri masih berbagi lajur dengan masyarakat umum dan tidak jarang terjebak kemacetan.
Lebih lanjut, Samsi Gunarta membeberkan, penggunaan kendaraan pribadi pada suatu masa akan membuat masyarakat berpikir dua kali. Lantaran, kenaikan volume kendaraan tidak sebanding dengan daya tampung jalan raya. "Kalau masyarakat pakai kendaraan pribadi atau mobil terus-terusan, kita tidak akan ada cukup jalan untuk itu. Pilihannya macet atau beralih. Kalau mau beralih, infrastrukturnya harus memadai," imbuh birokrat jebolan Institut Teknologi Badung (ITB) ini.
Samsi Gunarta mengingatkan, moda transportasi LRT ini juga untuk mengimbangi perkembangan pariwisata. Kedatangan 6 juta wisatawan asing dan 8 juta wisatawan domestik ke Bali setiap tahunnya, dikatakan Samsi, harus dipikirkan infrastruktur transportasi yang bisa menunjang kunjungan wisatawan. “Jangan pikirkan soal orang Bali saja, tetapi juga wisatawan yang datang ke Bali tanpa kendaraan itu agar bisa ditampung," tegas SamsiGunarta. Ketika LRT ini beroperasi, 300 penumpang bisa ditampung dalam satu kali perjalanan. Rute fase satu LRT akan mencakup Bandara-Sentral Parkir-Seminyak. Kemudian, berlanjut ke Canggu dan Mengwi. 7 ol1
Komentar