Metode ‘Tersenyum’ Dapat Tingkatkan Kesehatan Mental, Ini Alasannya
MANGUPURA, NusaBali.com – Setiap tanggal 10 Oktober, masyarakat dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia. Peringatan ini dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan mental .
Dosen Psikologi Universitas Udayana (Unud), Made Padma Dewi Bajirani menerangkan saat ini kasus kesehatan mental yang sering ia jumpai yakni isu dengan gejala depresi dan kecemasan.
Kasus itu sering dikeluhkan oleh remaja dan dewasa awal dengan rentang usia 15-25 tahun. Untuk mengatasinya, terang Padma, harus dengan cara mengetahui situasi yang sedang dihadapi, strategi dalam menyelesaikan masalah. Tak kalah penting, orang sekitarnya juga turut mengambil peran penting.
Padma menyebut masalah kesehatan mental seperti depresi ataupun kecemasan itu juga berbeda-berbeda setiap individu. Support dari lingkungan sosial dan melatih tersenyum itu juga bisa membantu kondisi kesehatan mental mereka lebih baik
Cara lainnya dengan journaling tentang apa yang dirasa dan dipikirkan. "Hanya saja perlahan coba dilatih untuk dikomunikasikan kepada orang lain jika butuh bantuan,” ungkap Padma, Selasa (10/10/2023).
Padma pun memberikan tips cara bagaimana untuk meningkatkan kesehatan mental dengan metode 'Tersenyum.'
“Dari referensi yang ada saya gabungkan menjadi satu kata dengan akronim Tersenyum. Tersenyum itu 'terlatih untuk senyum',” ujar wanita berambut sebahu itu.
Jika dijabarkan, huruf S ia artikan sebagai rasa syukur. Padma menerangkan seseorang dapat melihat hal positif di dalam situasi yang sedang dihadapi. Seperti mengurangi kebiasaan membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan menerima keunikan dari setiap individu.
Kemudian huruf E ia jelaskan sebagai ekspresikan emosi. Bagaimana seseorang dapat menyadari emosi yang dirasakan dan bisa menerima emosi yang muncul. Sehingga nantinya dapat mengekspresikan emosi dengan cara menyampaikan secara lisan atau menuangkannya ke dalam kegiatan yang positif.
Selanjutnya gabungan huruf Ny ia perumpamakan sebagai niatkan yang sehat. Ia menilai, jika berbicara soal konteks kesehatan mental maka tidak terlepas pula dari kesehatan fisik. Sehingga seseorang dapat membiasakan pola hidup yang sehat termasuk dengan mengonsumsi makanan yang bergizi, berolahraga, istirahat yang cukup, dan bijak menggunakan sosial media.
Lalu huruf U adalah ungkapkan jika butuh bantuan. Menurut Padma, terkadang setiap individu mengalami burnout ketika sedang mengalami kelelahan.
“Oleh sebab itu, seseorang perlu menyampaikan hal yang membuatnya tidak nyaman dengan bercerita bersama orang terdekat seperti teman atau orang tua. Kata kuncinya lebih jujur kepada diri sendiri,” tambahnya.
Huruf terakhir yakni M yaitu dengan cara mengembangkan potensi diri.
Padma percaya, jika seseorang ingin sehat secara mental, orang itu juga harus bisa mencari tahu hal-hal yang menjadi keunggulan di dalam dirinya sendiri, dapat menerima kekurangan, dan juga ada proses evaluasi kepada diri sendiri seperti melakukan hobi atau mencari kegiatan baru.
“Kesehatan mental itu menjadi hak setiap orang dan memang perlu dihormati dan dihargai. Ketika orangnya memang lagi dalam kondisi yang tidak baik-baik saja bukan berarti kita jadi memaksa dia untuk nampak baik-baik saja. Namun kita bisa menghargai orang tersebut ketika ia sedang ingin sendiri atau berikan bantuan jika dibutuhkan. Lebih berempati dengan menghormati kondisi yang dialami oleh setiap individu,” pesannya. *ris
Komentar