Jokowi, Yenny Wahid, dan Pastika Akan Terima Award
Gema Perdamaian 2023
Puncak Gema Perdamaian ke-21 akan dipusatkan di Pelataran Timur Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Niti Mandala, Denpasar pada 14 Oktober 2023.
DENPASAR, NusaBali
Presiden Joko Widodo, politikus Yenny Wahid, dan mantan Gubernur Bali Made Mangku Pastika akan dianugerahi award atau penghargaan sebagai tokoh perdamaian oleh Komunitas Gema Perdamaian, pada acara puncak Gema Perdamaian ke-21 pada 14 Oktober 2023.
Ketua Dewan Pengarah Gema Perdamaian Ida Rsi Wisesanatha di Denpasar, Selasa (10/10/2023), mengatakan ketiga tokoh tersebut sangat pantas menerima penghargaan sebagai tokoh perdamaian berdasarkan rekam jejak dan kiprahnya yang nyata menciptakan perdamaian.
“Presiden Jokowi dalam kebijakan-kebijakan beliau sangat menjaga Pancasila, NKRI, Merah Putih, jelas sekali. Rakyat Indonesia tahu itu semua,” ujarnya saat menemui Pastika terkait rencana pelaksanaan Gema Perdamaian ke-21.
Presiden Jokowi, lanjut dia, juga berani langsung menemui Presiden Ukraina dan Presiden Rusia untuk memediasi perdamaian antara kedua negara yang sedang sengit-sengitnya berperang.
Indonesia sangat berperan besar secara nyata untuk menciptakan perdamaian di dunia. Di dalam negeri, Presiden telah terbukti berhasil menjaga stabilitas keamanan Indonesia dan menjaga keseimbangan tatanan sosial, politik.
Sedangkan Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny Wahid) yang merupakan putri dari Gus Dur (Presiden ke-4 RI) dikenal selalu menggaungkan nasionalisme dan menghormati keragaman di Indonesia, serta konsisten melanjutkan perjuangan yang digariskan Gus Dur.
“Kemudian Bapak Made Mangku Pastika, apapun kiprahnya dalam menjalankan perannya, unsur-unsur perdamaian, unsur kebijaksanaan senantiasa diperhatikan agar semua berjalan dengan baik, penuh toleransi, dan menghormati semua pihak,” ujarnya.
Pastika bagi Bali dalam konteks perdamaian tidak saja berjasa dalam pengungkapan kasus Bom Bali, juga saat menjadi Kapolda Bali hingga kemudian menjadi Gubernur Bali, sangat mendukung upaya-upaya perdamaian dalam berbagai wujudnya serta menghormati kemajemukan, termasuk mendukung Gema Perdamaian dari sejak awal.
Puncak Gema Perdamaian ke-21 akan dipusatkan di Pelataran Timur Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Niti Mandala, Denpasar pada 14 Oktober mendatang dengan diikuti sekitar 3.000 peserta dari berbagai kelompok masyarakat.
Kadek Adnyana selaku Ketua Panitia Gema Perdamaian mengatakan sebelum dilaksanakan doa bersama akan dilaksanakan prosesi padayatra (berjalan berkeliling) yang bermakna bahwa yang ada di dunia ini selalu berputar dan berevolusi.
“Akan diiringi marching band dari Universitas Udayana, kemudian akan diikuti oleh para pemuka agama, etnis nusantara, mahasiswa, dan semua peserta yang diundang mengikuti acara ini. Termasuk akan ada iring-iringan yang membawa Bendera Merah Putih, Garuda Pancasila, sebagai perlambang kita ini bersatu,” ucap Kadek Adnyana.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah yang juga mantan Gubernur Bali dua periode Made Mangku Pastika mengatakan acara Gema Perdamaian sangat relevan di tengah kondisi yang berkembang saat ini.
“Jadi Gema Perdamaian ini cara untuk mengingatkan kembali kepada kita semua pentingnya perdamaian dan mau mewujudkannya dan merasakan manfaatnya. Perdamaian itu bukan turun dari langit tapi harus diupayakan oleh semua pihak. Perdamaian itu maha penting bagi kelangsungan peradaban manusia,” ujar Pastika.
Pastika sangat mengapresiasi Gema Perdamaian masih eksis hingga sekarang yang awalnya digagas mulai tahun 2003 sebagai salah satu upaya pemulihan Bali setelah peristiwa Bom Bali 12 Oktober 2002.
“Saya sangat mendukung apa yang dilakukan selama ini, dan semoga menyentuh hati semua orang, bahwa damai itu indah dan ini tentu dimulai dari diri kita sendiri. Bisakah kita hilangkan dengan penuh kesadaran apa itu AIDSS yakni amarah, iri, dendam, serakah, dan sombong. Kalau ini bisa maka kedamaian akan ada di sana,” ucapnya.
Pastika menambahkan di tengah terjadinya pertikaian sejumlah negara, yang terakhir perang Israel dan Hamas Palestina, maka Gema Perdamaian ini sangat relevan dan menjadi momen yang bagus.
“Jadi ini harus terus digaungkan. Kalau tak bisa jadi matahari, jadilah lentera di kegelapan. Kita jangan pesimis meski kecil, semoga ada manfaatnya,” kata mantan Kapolda Bali itu. 7 ant
Presiden Joko Widodo, politikus Yenny Wahid, dan mantan Gubernur Bali Made Mangku Pastika akan dianugerahi award atau penghargaan sebagai tokoh perdamaian oleh Komunitas Gema Perdamaian, pada acara puncak Gema Perdamaian ke-21 pada 14 Oktober 2023.
Ketua Dewan Pengarah Gema Perdamaian Ida Rsi Wisesanatha di Denpasar, Selasa (10/10/2023), mengatakan ketiga tokoh tersebut sangat pantas menerima penghargaan sebagai tokoh perdamaian berdasarkan rekam jejak dan kiprahnya yang nyata menciptakan perdamaian.
“Presiden Jokowi dalam kebijakan-kebijakan beliau sangat menjaga Pancasila, NKRI, Merah Putih, jelas sekali. Rakyat Indonesia tahu itu semua,” ujarnya saat menemui Pastika terkait rencana pelaksanaan Gema Perdamaian ke-21.
Presiden Jokowi, lanjut dia, juga berani langsung menemui Presiden Ukraina dan Presiden Rusia untuk memediasi perdamaian antara kedua negara yang sedang sengit-sengitnya berperang.
Indonesia sangat berperan besar secara nyata untuk menciptakan perdamaian di dunia. Di dalam negeri, Presiden telah terbukti berhasil menjaga stabilitas keamanan Indonesia dan menjaga keseimbangan tatanan sosial, politik.
Sedangkan Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny Wahid) yang merupakan putri dari Gus Dur (Presiden ke-4 RI) dikenal selalu menggaungkan nasionalisme dan menghormati keragaman di Indonesia, serta konsisten melanjutkan perjuangan yang digariskan Gus Dur.
“Kemudian Bapak Made Mangku Pastika, apapun kiprahnya dalam menjalankan perannya, unsur-unsur perdamaian, unsur kebijaksanaan senantiasa diperhatikan agar semua berjalan dengan baik, penuh toleransi, dan menghormati semua pihak,” ujarnya.
Pastika bagi Bali dalam konteks perdamaian tidak saja berjasa dalam pengungkapan kasus Bom Bali, juga saat menjadi Kapolda Bali hingga kemudian menjadi Gubernur Bali, sangat mendukung upaya-upaya perdamaian dalam berbagai wujudnya serta menghormati kemajemukan, termasuk mendukung Gema Perdamaian dari sejak awal.
Puncak Gema Perdamaian ke-21 akan dipusatkan di Pelataran Timur Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Niti Mandala, Denpasar pada 14 Oktober mendatang dengan diikuti sekitar 3.000 peserta dari berbagai kelompok masyarakat.
Kadek Adnyana selaku Ketua Panitia Gema Perdamaian mengatakan sebelum dilaksanakan doa bersama akan dilaksanakan prosesi padayatra (berjalan berkeliling) yang bermakna bahwa yang ada di dunia ini selalu berputar dan berevolusi.
“Akan diiringi marching band dari Universitas Udayana, kemudian akan diikuti oleh para pemuka agama, etnis nusantara, mahasiswa, dan semua peserta yang diundang mengikuti acara ini. Termasuk akan ada iring-iringan yang membawa Bendera Merah Putih, Garuda Pancasila, sebagai perlambang kita ini bersatu,” ucap Kadek Adnyana.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah yang juga mantan Gubernur Bali dua periode Made Mangku Pastika mengatakan acara Gema Perdamaian sangat relevan di tengah kondisi yang berkembang saat ini.
“Jadi Gema Perdamaian ini cara untuk mengingatkan kembali kepada kita semua pentingnya perdamaian dan mau mewujudkannya dan merasakan manfaatnya. Perdamaian itu bukan turun dari langit tapi harus diupayakan oleh semua pihak. Perdamaian itu maha penting bagi kelangsungan peradaban manusia,” ujar Pastika.
Pastika sangat mengapresiasi Gema Perdamaian masih eksis hingga sekarang yang awalnya digagas mulai tahun 2003 sebagai salah satu upaya pemulihan Bali setelah peristiwa Bom Bali 12 Oktober 2002.
“Saya sangat mendukung apa yang dilakukan selama ini, dan semoga menyentuh hati semua orang, bahwa damai itu indah dan ini tentu dimulai dari diri kita sendiri. Bisakah kita hilangkan dengan penuh kesadaran apa itu AIDSS yakni amarah, iri, dendam, serakah, dan sombong. Kalau ini bisa maka kedamaian akan ada di sana,” ucapnya.
Pastika menambahkan di tengah terjadinya pertikaian sejumlah negara, yang terakhir perang Israel dan Hamas Palestina, maka Gema Perdamaian ini sangat relevan dan menjadi momen yang bagus.
“Jadi ini harus terus digaungkan. Kalau tak bisa jadi matahari, jadilah lentera di kegelapan. Kita jangan pesimis meski kecil, semoga ada manfaatnya,” kata mantan Kapolda Bali itu. 7 ant
1
Komentar