Ada Kaitan Matematika dengan Bangunan di Penglipuran
SINGARAJA, NusaBali - Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) menemukan kaitan matematika dengan bangunan sakral di Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli.
Hal ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Undiksha dengan judul ‘Etnomatematika Bangunan Sakral di Desa Penglipuran’.
Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri atas Sahda Nabila Pramesti (Ketua Tim), Ni Kadek Sintya Dewi, Kadek Krisnina Maharani, Ni Made Ariyani Kumala Sari, dan Putu Eka Audria Maharani. Penelitian ini didampingi oleh dosen I Putu Pasek Suryawan SPd MPd.
“Etnomatematika adalah untuk mengakui adanya cara-cara berbeda dalam penerapan matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan matematika akademik yang dikembangkan oleh berbagai sektor masyarakat serta dengan mempertimbangkan modus yang berbeda dimana budaya yang berbeda merundingkan praktik matematika mereka (cara mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain dan lainnya),” jelas Pasek Suryawan dari Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dalam penelitiannya, tim menemukan bahwa bangunan sakral di Desa Penglipuran menerapkan berbagai konsep matematika, seperti geometri, trigonometri, dan aljabar. Misalnya, bentuk bangunan yang menyerupai persegi dan segitiga merupakan penerapan konsep geometri.
Sedangkan, penggunaan rumus trigonometri untuk menghitung sudut dan tinggi bangunan merupakan penerapan konsep trigonometri. Dan, penggunaan simbol-simbol matematika dalam upacara keagamaan merupakan penerapan konsep aljabar.
Penemuan ini menunjukkan bahwa matematika tidak hanya diterapkan dalam bidang sains dan teknologi, tetapi juga dalam bidang budaya. Hal ini penting untuk diketahui oleh masyarakat luas, terutama siswa-siswi sekolah, agar mereka dapat melihat matematika dari perspektif yang berbeda.7
Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri atas Sahda Nabila Pramesti (Ketua Tim), Ni Kadek Sintya Dewi, Kadek Krisnina Maharani, Ni Made Ariyani Kumala Sari, dan Putu Eka Audria Maharani. Penelitian ini didampingi oleh dosen I Putu Pasek Suryawan SPd MPd.
“Etnomatematika adalah untuk mengakui adanya cara-cara berbeda dalam penerapan matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan matematika akademik yang dikembangkan oleh berbagai sektor masyarakat serta dengan mempertimbangkan modus yang berbeda dimana budaya yang berbeda merundingkan praktik matematika mereka (cara mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain dan lainnya),” jelas Pasek Suryawan dari Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dalam penelitiannya, tim menemukan bahwa bangunan sakral di Desa Penglipuran menerapkan berbagai konsep matematika, seperti geometri, trigonometri, dan aljabar. Misalnya, bentuk bangunan yang menyerupai persegi dan segitiga merupakan penerapan konsep geometri.
Sedangkan, penggunaan rumus trigonometri untuk menghitung sudut dan tinggi bangunan merupakan penerapan konsep trigonometri. Dan, penggunaan simbol-simbol matematika dalam upacara keagamaan merupakan penerapan konsep aljabar.
Penemuan ini menunjukkan bahwa matematika tidak hanya diterapkan dalam bidang sains dan teknologi, tetapi juga dalam bidang budaya. Hal ini penting untuk diketahui oleh masyarakat luas, terutama siswa-siswi sekolah, agar mereka dapat melihat matematika dari perspektif yang berbeda.7
1
Komentar