Kabut Misterius Muncul di Pecatu, BBMKG Beri Penjelasan
MANGUPURA, NusaBali.com – Sebuah fenomena alam yang menarik perhatian terjadi di wilayah Uluwatu, Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung Bali sejak Sabtu (21/10/2023) malam.
Kabut tebal yang meliputi beberapa lokasi tersebut memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat setempat.
Salah satunya warga asal Pecatu, Ayu Damaris, 26, mengatakan jika kabut tebal itu mulai terlihat jelas pada Minggu (22/10/2023) pagi. Sampai-sampai kabut itu menutupi keindahan Pantai Suluban di Pecatu.
Ia juga meyakini bahwa kabut itu bukan berasal dari asap sampah, melainkan memang kabut dingin layaknya seperti sedang berada di daerah Bedugul, Tabanan.
“Tidak ada aroma sampah, benar-benar kabut dingin gitu aja,” ungkap dia pada Minggu (22/11/2023) siang.
Untuk memberikan penjelasan lebih lanjut, Prakirawan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, Kadek Setiya Wati pun memberikan pandangannya.
Setiya menjelaskan bahwa kemungkinan kabut yang terjadi adalah kabut adveksi. Ia menjelaskan bahwa fenomena ini terjadi saat massa udara hangat dan lembab bertemu dengan lapisan udara di bawahnya yang suhunya lebih rendah. Hal ini menyebabkan uap air mengembun dan membentuk kabut.
Fenomena ini pun terang dia tidak hanya terjadi di Bali, namun juga pernah terjadi di lokasi lainnya seperti di Pantai Gunung Kidul Yogyakarta. Namun ia menegaskan bahwa perlu dipastikan apakah di sekitar lokasi terbentuknya kabut terdapat spot kebakaran.
Jika tidak ada bau asap yang menyengat dan menyesakkan, kemungkinan besar kabut tersebut berasal dari uap air, bukan dari asap kebakaran.
“Fenomena kabut itu juga sempat terjadi di lokasi lainnya seperti Pantai Gunung Kidul Jogjakarta. Kemungkinan ini adalah kabut adveksi jika tidak ada bau asap,” ungkapnya saat dikonfirmasi.
Dalam konteks musim kemarau yang tinggi, ia menjelaskan bahwa fenomena kabut seperti yang terjadi di Uluwatu bisa saja dipengaruhi oleh kondisi musim kemarau. Namun, ia menekankan bahwa secara umum, kabut bisa terjadi kapan saja, tergantung pada jenisnya. Sementara kabut adveksi bisa muncul kapan saja jika syarat terbentuknya telah terpenuhi.
“Kalau tidak ada sumber kebakaran di sekitar lokasi, berarti besar kemungkinan itu kabut adveksi,” tegas dia.
Setiya juga menenangkan masyarakat dengan menekankan bahwa tidak perlu panik atau khawatir mengenai kemunculan fenomena ini. Ia menekankan bahwa ini adalah fenomena cuaca yang normal dan hanya memberikan imbauan agar masyarakat berhati-hati beraktivitas di sekitar lokasi yang tertutup kabut untuk menghindari gangguan pada jarak pandang.
“Untuk dampaknya hanya bersifat temporary saat terbentuknya kabut saja. Dampaknya biasanya dapat mengurangi jarak pandang. Kalau kabut adveksi bisa muncul kapan saja jika syarat terbentuknya telah terpenuhi. Kabut bisa bertahan beberapa menit hingga beberapa jam tergantung dari ketebalannya,” tambahnya.
Sebagai informasi tambahan, pihak BBMKG berkomitmen untuk terus memantau situasi cuaca dan memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat guna meningkatkan kesadaran akan kondisi alam di sekitar mereka. *ris
Komentar