Masyarakat Kuta Harapkan Pembangunan TPST
Sampah di Setra Asem Celagi Membeludak
MANGUPURA, NusaBali - Terbakarnya TPA Suwung, Denpasar Selatan mengakibatkan terganggunya pembuangan sampah, khususnya di wilayah Kuta dan sekitarnya. Alhasil, saat ini banyak ditemukan tumpukkan sampah membludak di sejumlah titik, termasuk di kawasan Pantai Kuta, persisnya di areal Setra Asem Celagi.
Kini tokoh masyarakat Kuta mendorong Pemkab Badung segera merealisasikan pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Terlebih lahan untuk TPST sudah diajukan.
Salah seorang tokoh masyarakat Kuta I Wayan Wasista, mengatakan kebakaran yang terjadi di TPA Suwung itu berdampak ke sejumlah wilayah, termasuk Kuta. Saat ini, kata dia, banyak sampah yang dibuang di sejumlah titik, bahkan di Setra Asem Celagi yang notabene ada di dalam kawasan Pantai Kuta pun sampah juga menumpuk.
“Tentu ini sangat tidak elok kalau ada sampah yang menggunung di dalam objek wisata. Apalagi kalau sampai memicu aroma tidak sedap,” kata Wasista, Minggu (22/10).
Dikatakan, selama dirinya menjabat Bendesa Adat Kuta sudah berkoordinasi dengan kelurahan untuk pengajuan pemanfaatan lahan milik pemerintah yang ada di belakang tempat pemakaman Jalan Bypass Ngurah Rai. Namun, pengajuan itu sampai sekarang belum direalisasikan. Alhasil, ketika TPA Suwung terbakar sampah masyarakat Kuta dan sekitarnya tidak bisa dibawa ke sana. Hal inilah yang kemudian memicu munculnya kebeadaan tumpukan sampah sejumlah titik yang ada di Kuta.
“Kalau itu (lahan untuk pembangunan TPST, Red) disepakati dari dahulu, pas ada kejadian seperti ini, tidak ada lagi persoalan kemunculan tumpahan sampah di Kuta. Pasti sudah tertangani dengan baik,” kata Wasista.
Menurut dia, lahan yang ada di dekat tempat pemakaman itu sangat representatif dan menjadi satu-satunya tempat yang bisa dijadikan TPST. Sementara untuk lokasi lainnya sama sekali belum ada.
“Masyarakat akan sangat mendukung tempat itu dijadikan tempat pengolahan sampah. Karena tempat pengolahan sampah yang modern itu tidak akan mengeluarkan bau busuk. Kalau bisa secepatnya, itu sangat bagus,” harap Wasista.
“Maka dengan adanya TPST itu, kita sudah tidak lagi mengandalkan TPA Suwung,” imbuh Wasista.
Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kabupaten Badung I Wayan Puja belum bisa dikonfirmasi terkait hal ini. Bahkan, dihubungi melalui sambungan telepon, tidak ada jawaban. 7 dar
Salah seorang tokoh masyarakat Kuta I Wayan Wasista, mengatakan kebakaran yang terjadi di TPA Suwung itu berdampak ke sejumlah wilayah, termasuk Kuta. Saat ini, kata dia, banyak sampah yang dibuang di sejumlah titik, bahkan di Setra Asem Celagi yang notabene ada di dalam kawasan Pantai Kuta pun sampah juga menumpuk.
“Tentu ini sangat tidak elok kalau ada sampah yang menggunung di dalam objek wisata. Apalagi kalau sampai memicu aroma tidak sedap,” kata Wasista, Minggu (22/10).
Dikatakan, selama dirinya menjabat Bendesa Adat Kuta sudah berkoordinasi dengan kelurahan untuk pengajuan pemanfaatan lahan milik pemerintah yang ada di belakang tempat pemakaman Jalan Bypass Ngurah Rai. Namun, pengajuan itu sampai sekarang belum direalisasikan. Alhasil, ketika TPA Suwung terbakar sampah masyarakat Kuta dan sekitarnya tidak bisa dibawa ke sana. Hal inilah yang kemudian memicu munculnya kebeadaan tumpukan sampah sejumlah titik yang ada di Kuta.
“Kalau itu (lahan untuk pembangunan TPST, Red) disepakati dari dahulu, pas ada kejadian seperti ini, tidak ada lagi persoalan kemunculan tumpahan sampah di Kuta. Pasti sudah tertangani dengan baik,” kata Wasista.
Menurut dia, lahan yang ada di dekat tempat pemakaman itu sangat representatif dan menjadi satu-satunya tempat yang bisa dijadikan TPST. Sementara untuk lokasi lainnya sama sekali belum ada.
“Masyarakat akan sangat mendukung tempat itu dijadikan tempat pengolahan sampah. Karena tempat pengolahan sampah yang modern itu tidak akan mengeluarkan bau busuk. Kalau bisa secepatnya, itu sangat bagus,” harap Wasista.
“Maka dengan adanya TPST itu, kita sudah tidak lagi mengandalkan TPA Suwung,” imbuh Wasista.
Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kabupaten Badung I Wayan Puja belum bisa dikonfirmasi terkait hal ini. Bahkan, dihubungi melalui sambungan telepon, tidak ada jawaban. 7 dar
1
Komentar