Penyaluran Kredit di Bali Capai Rp 102 Triliun
Kinerja Industri Jasa Keuangan Terjaga Stabil
DENPASAR, NusaBali - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara menilai kinerja Industri Jasa Keuangan (IJK) di Provinsi Bali terjaga stabil dan terus menguat.
Hal itu tercermin dari fungsi intermediasi yang berjalan baik serta didukung dengan risiko kredit yang terjaga. Antara lain pertumbuhan kredit yang terus meningkat. Sampai dengan Agustus penyaluran kredit mencapai Rp102,00 triliun
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Regional 8 Bali-Nusa Tenggara (Nusra) Kristrianti Puji Rahayu, menyatakan Rabu (25/10). “Data sektor perbankan Agustus 2023 menunjukkan penyaluran kredit maupun penghimpunan DPK (Dana Pihak Ketiga) mengalami pertumbuhan,” ujarnya.
Disampaikan Puji Rahayu, penyaluran kredit mencapai Rp102,00 triliun atau tumbuh 4,87 persen yoy lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,82 persen. Sedangkan pada Juli lalu pertumbuhan kredit 4,39 persen (yoy).
Penyaluran kredit Bank Umum di Bali sebesar Rp89,36 triliun atau tumbuh 4,91 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan posisi Juli 2023 yang sebesar 4,34 persen. Sementara itu, penyaluran kredit BPR/Bank Perkreditan Rakyat posisi Agustus 2023 mencapai Rp12,64 triliun atau tumbuh 4,57 persen yoy, sedikit lebih rendah dibandingkan posisi Juli 2023 yang sebesar 4,78 persen.
“Peningkatan penyaluran kredit secara yoy ini selaras dengan meningkatnya aktivitas pariwisata serta sektor pendukung pariwisata di Bali.”
Lebih lanjut, Puji Rahayu memaparkan berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit yoy didorong peningkatan nominal kredit Investasi sebesar Rp2,82 Triliun atau tumbuh 11,36 persen yoy. Pada Juli tercatat 9,66 persen.
Menurut Puji Rahayu, tingginya pertumbuhan kredit investasi ini menggambarkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi di Bali.
Berdasarkan sektornya, pertumbuhan kredit disumbangkan peningkatan nominal penyaluran di Sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar Rp1,20 triliun atau tumbuh 5,14 persen secara yoy serta Sektor Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha sebesar Rp600 milyar atau tumbuh 3,82 persen secara yoy.
Kemudian dari kategori debitur, sebesar 52,74 persen kredit di Bali disalurkan kepada UMKM dengan pertumbuhan stabil sebesar 5,82 persen yoy. Hal yang sama juga dengan pada bulan Juli yakni 5,82 persen yoy.
Sementara itu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Puji Rahayu menyampaikan mencapai Rp161,56 triliun atau tumbuh double digit yaitu 23,51 persen yoy tumbuh lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 16,20 persen yoy. Pertumbuhan DPK posisi Agustus 2023 sedikit lebih melandai dibandingkan posisi Juli 2023 yang tumbuh sebesar 23,81 persen yoy. Berdasarkan jenisnya, peningkatan DPK dibandingkan Agustus 2022 ditopang kenaikan nominal Tabungan sebesar Rp19,71 triliun dan Giro sebesar Rp6,98 triliun.
Fungsi intermediasi yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) posisi Agustus 2023 sebesar 63,13 persen.Sedangkan pada bulan Juli sebesar 64,41 persen. “Rasio LDR yang termoderasi antara lain karena pertumbuhan penghimpunan DPK lebih tinggi dibandingkan penyaluran kredit,” jelasnya.
Adapun kecukupan modal BPR yang tercermin pada likuiditas BPR (CR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terjaga di atas threshold, masing-masing sebesar 15,60 persen dan 31,56 persen. Tingginya permodalan perbankan diyakini mampu menyerap potensi risiko yang dihadapi dan OJK akan terus mendorong kinerja intermediasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan dan terjaganya likuiditas.
Kata Puji Rahayu kualitas kredit perbankan tetap terjaga. Hal itu tercermin dari penurunan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross sebesar 3,23 persen lebih rendah dibandingkan Juli 2023 yang sebesar 3,32 persen.NPL nett berada di posisi 1,64 persen menurun dibandingkan Juli 2023 yang sebesar 1,72 persen.k17
Komentar