Pengunjung Bebas Petik Sendiri, Anggur Super Ditarif Rp 120.000/Kg
I Wayan Sania, ‘Mancing Mania’ yang Lirik Potensi Pengembangan Budidaya Anggur Impor
Mulanya anggur ditanam di pekarangan rumah sebagai peneduh dan buahnya untuk konsumsi sendiri, namun kini dikembangkan menjadi bisnis yang menarik
GIANYAR, NusaBali
Permintaan buah anggur impor di Bali untuk konsumsi maupun upacara keagamaan relatif tinggi. Potensi inipun dilirik oleh I Wayan Sania,52, warga Banjar Sakih, Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Suami dari Enawati ini sebenarnya seorang penghobi mancing. Sejumlah kejuaraan pernah diikuti seantero laut nusantara. Namun sejak pandemi Covid-19, Wayan Sania seperti kebanyakan orang harus tinggal di rumah saja. Bertani anggur pun menjadi kesibukan barunya di kala itu.
"Awalnya dikasih temen sesama pemancing, ditaruh alami saja samping kolam ternyata dia tumbuh dan menjalar. Saya rawat, saya potong daunnya ternyata banyak berbuah, membuat saya semangat untuk menanam lagi," jelasnya saat ditemui, Kamis (26/10). Mulanya bibit anggur ditanam di pekarangan rumahnya sebagai peneduh. Jika berbuah dipakai untuk konsumsi sendiri. Seiring berjalannya waktu, pekarangan rumahnya pun sudah dipenuhi tanaman anggur sehingga Wayan Sania kepikiran membuat kebun anggur tak jauh dari rumahnya. Kebun ini ditata sejak tahun 2021.
Wayan Sania memberikan kebebasan bagi masyarakat untuk sekadar berkunjung memetik sendiri anggur dari pohonnya. Per kilogram, anggur yang kualitas super dibandrol seharga Rp 120.000. Setelah jalan 2 tahun, kebun anggur impor ini semakin dikenal dan tercatat sudah 5 kali melewati musim panen. Sehingga setiap kali musim panen, buah anggur seluas 3,5 are itupun cepat ludes. "Peminatnya dari kalangan ibu-ibu. Selain mereka konsumsi juga dipakai banten," jelasnya. Saking banyaknya yang berminat, saat ini buah anggur di Bilasari Grapes Farm milik Sania telah habis. Dia pun harus menutup sementara kebun karena belum ada buah matang yang bisa dipetik.
Permintaan buah anggur impor di Bali untuk konsumsi maupun upacara keagamaan relatif tinggi. Potensi inipun dilirik oleh I Wayan Sania,52, warga Banjar Sakih, Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Suami dari Enawati ini sebenarnya seorang penghobi mancing. Sejumlah kejuaraan pernah diikuti seantero laut nusantara. Namun sejak pandemi Covid-19, Wayan Sania seperti kebanyakan orang harus tinggal di rumah saja. Bertani anggur pun menjadi kesibukan barunya di kala itu.
"Awalnya dikasih temen sesama pemancing, ditaruh alami saja samping kolam ternyata dia tumbuh dan menjalar. Saya rawat, saya potong daunnya ternyata banyak berbuah, membuat saya semangat untuk menanam lagi," jelasnya saat ditemui, Kamis (26/10). Mulanya bibit anggur ditanam di pekarangan rumahnya sebagai peneduh. Jika berbuah dipakai untuk konsumsi sendiri. Seiring berjalannya waktu, pekarangan rumahnya pun sudah dipenuhi tanaman anggur sehingga Wayan Sania kepikiran membuat kebun anggur tak jauh dari rumahnya. Kebun ini ditata sejak tahun 2021.
Wayan Sania memberikan kebebasan bagi masyarakat untuk sekadar berkunjung memetik sendiri anggur dari pohonnya. Per kilogram, anggur yang kualitas super dibandrol seharga Rp 120.000. Setelah jalan 2 tahun, kebun anggur impor ini semakin dikenal dan tercatat sudah 5 kali melewati musim panen. Sehingga setiap kali musim panen, buah anggur seluas 3,5 are itupun cepat ludes. "Peminatnya dari kalangan ibu-ibu. Selain mereka konsumsi juga dipakai banten," jelasnya. Saking banyaknya yang berminat, saat ini buah anggur di Bilasari Grapes Farm milik Sania telah habis. Dia pun harus menutup sementara kebun karena belum ada buah matang yang bisa dipetik.
FOTO: Wartawati NusaBali, Novi Antari mencoba memetik sendiri buah anggur impor dari kebun Bilasari Grapes Farm, Kamis (26/10). -IST
"Sekarang buah yang matang sudah habis. Saya mau pangkas dulu daunnya, supaya menjelang Galungan nanti bisa berbuah lagi," terangnya. Di lahan seluas 3,5 are ini tumbuh sekitar 24 jenis anggur impor. Di antaranya Crasava, Gosv, STQ, Larano, Evrest, Oscar, Ninik, Dixon, Trans, Ilapia dan lainnya. Meskipun bukan lulusan ilmu pertanian, Wayan Sania hafal jenis-jenis anggur, cara perawatan bahkan cara membuat bibit secara otodidak. Bahkan melihat tingginya permintaan anggur impor, Wayan Sania bermaksud untuk mengembangkan lahan. Hanya saja saat ini dia masih terkendala permodalan.
"Kalau sekarang kan waswas, kunjungan meningkat, buahnya sedikit. Nanti jika tempatnya lebih luas kan bisa dibuka setiap hari, dipetik setiap hari," ungkapnya. Meski masih sempit, Wayan Sania mengaku sangat menikmati jadi petani anggur. Bapak dua anak ini pun aktif mengisi diri dengan bergabung di berbagai komunitas petani anggur Indonesia. Terutama untuk mendapatkan pasokan bibit untuk dibudidayakan.
Selain membudidayakan, Wayan Sania juga mencoba peruntungan dengan mengawinkan bibit satu dengan yang lainnya. Disebut dengan istilah grafting, Wayan Sania memakai batang bawah red master yang dikenal tahan hama dan cuaca dengan bibit atas anggur impor beragam jenis. Bibit yang dikawinkan tersebut membutuhkan waktu beberapa bulan untuk bisa keluar daun atau bahkan bunga. Setiap bibit yang berhasil tumbuh, dialih-mediakan ke polibag dan siap jual. Tak jarang, masyarakat sekitar maupun pecinta tanaman membeli bibit langsung ke rumahnya.
"Karena hobi, ya saya nikmati saja. Hitung-hitung refreshing," jelasnya. Keuntungan bertani anggur, kata Wayan Sania karena panennya bisa diatur sendiri. Misalnya yang dilakukannya saat ini. Setelah buah habis dipetik, Wayan Sania akan memotong daun tanaman anggur agar bisa berbuah lebat kembali menjelang Galungan. "Rumusnya, pemangkasan dilakukan H-120 hari. Jadi sekarang saya pangkas, pas Galungan nanti buahnya pasti banyak," terangnya. Wayan Sania pun mempersilahkan masyarakat yang berminat agar datang menjelang Galungan. "Kalau saat ini buah sedang habis, Galungan nanti baru berbuah lagi siap panen," imbuhnya. 7 nvi
"Sekarang buah yang matang sudah habis. Saya mau pangkas dulu daunnya, supaya menjelang Galungan nanti bisa berbuah lagi," terangnya. Di lahan seluas 3,5 are ini tumbuh sekitar 24 jenis anggur impor. Di antaranya Crasava, Gosv, STQ, Larano, Evrest, Oscar, Ninik, Dixon, Trans, Ilapia dan lainnya. Meskipun bukan lulusan ilmu pertanian, Wayan Sania hafal jenis-jenis anggur, cara perawatan bahkan cara membuat bibit secara otodidak. Bahkan melihat tingginya permintaan anggur impor, Wayan Sania bermaksud untuk mengembangkan lahan. Hanya saja saat ini dia masih terkendala permodalan.
"Kalau sekarang kan waswas, kunjungan meningkat, buahnya sedikit. Nanti jika tempatnya lebih luas kan bisa dibuka setiap hari, dipetik setiap hari," ungkapnya. Meski masih sempit, Wayan Sania mengaku sangat menikmati jadi petani anggur. Bapak dua anak ini pun aktif mengisi diri dengan bergabung di berbagai komunitas petani anggur Indonesia. Terutama untuk mendapatkan pasokan bibit untuk dibudidayakan.
Selain membudidayakan, Wayan Sania juga mencoba peruntungan dengan mengawinkan bibit satu dengan yang lainnya. Disebut dengan istilah grafting, Wayan Sania memakai batang bawah red master yang dikenal tahan hama dan cuaca dengan bibit atas anggur impor beragam jenis. Bibit yang dikawinkan tersebut membutuhkan waktu beberapa bulan untuk bisa keluar daun atau bahkan bunga. Setiap bibit yang berhasil tumbuh, dialih-mediakan ke polibag dan siap jual. Tak jarang, masyarakat sekitar maupun pecinta tanaman membeli bibit langsung ke rumahnya.
"Karena hobi, ya saya nikmati saja. Hitung-hitung refreshing," jelasnya. Keuntungan bertani anggur, kata Wayan Sania karena panennya bisa diatur sendiri. Misalnya yang dilakukannya saat ini. Setelah buah habis dipetik, Wayan Sania akan memotong daun tanaman anggur agar bisa berbuah lebat kembali menjelang Galungan. "Rumusnya, pemangkasan dilakukan H-120 hari. Jadi sekarang saya pangkas, pas Galungan nanti buahnya pasti banyak," terangnya. Wayan Sania pun mempersilahkan masyarakat yang berminat agar datang menjelang Galungan. "Kalau saat ini buah sedang habis, Galungan nanti baru berbuah lagi siap panen," imbuhnya. 7 nvi
Komentar