1.007 Perempuan Menari Rejang Sutri Witala
Iringi Melaspas Pura Jagatnatha Denpasar
DENPASAR, NusaBali - Sebanyak 1.007 penari membawakan Tari Rejang Sutri Witala mengiringi prosesi pemelaspasan dan pacaruan di Pura Agung Jagatnatha Kota Denpasar pada Wraspati Kliwon Menail, Kamis (26/10).
Tari Rejang Sutri Witala, merupakan Tari Wali yang ditarikan di Pura saat gelaran upacara Dewa Yadnya dan biasanya dibawakan para Pamangku Sutri.
Pembina Sanggar Natyaswari Denpasar, I Gusti Ngurah Gede Marhaendra Jaya mengatakan tarian ini dibawakan untuk mengiringi upacara Pemelaspasan Pura Jagatnatha Denpasar. Menurutnya pementasan tari berawal dari keinginan ikut ngaturang ayah. Sebab, sebelumnya tari ini juga dibawakan saat menyambut HUT Kemerdekaan RI pada Agustus 2023 lalu. Saat itu awalnya yang terlibat hanya sebanyak 300 orang dari penari lanjut usia (Lansia). Namun saat acara diikuti 500 penari, ditampilkan pada 19 Agustus 2023 lalu.
Menurutnya, dalam pelaksanaan melaspas Pura Jagatnatha kali ini awalnya juga akan menampilkan 700 orang penari. Namun jelang pelaksanaan banyak yang berniat ngaturang ayah menari. Peserta pun terus bertambah. Karena peserta semakin banyak yang ingin ikut ngaturang ayah, Marhaendra Jaya mengaku sempat berpikir untuk menampilkan tari ini di Lapangan Puputan, namun dibatalkan karena dirasa tidak nyambung dengan upacara di Pura Jagatnatha. "Awalnya saya ingin menampilkan di Lapangan Puputan Badung, tapi rasanya tidak nyambung, sehingga kami batasi jumlahnya biar tetap bisa dibawakan di pura," katanya.
Hingga akhirnya penari yang bisa ikut sebanyak 1.007 orang. Menurutnya, jika tidak dibatasi kemungkinan penari yang terlibat bisa mencapai 2.000 orang lebih. Peserta ini berasal dari seluruh Kota Denpasar. "Ini spontan saja karena ngayah, tidak ada persiapan khusus sebelum tampil di Pura Jagatnatha," ujarnya. Karena mereka yang tampil sudah biasa menarikan rejang di beberapa acara termasuk ngayah di pura masing-masing sehingga dia mengaku tidak ada masalah soal menyamakan gerakan.
Marhaendra Jaya mengatakan, Tari Rejang Sutri Witala ini merupakan tari wali yang berfungsi sebagai tari pamendak. Dulu tarian ini ditarikan khusus para pamangku perempuan atau sutri untuk memohon agar para Dewa berkenan menyaksikan upacara yang digelar. Sehingga, yang familiar dengan tarian ini hanya mereka saja. Rejang Sutri Witala ini kata dia memiliki makna perempuan yang bijaksana.
Ciri khas busana tari ini adalah menggunakan kebaya putih, kamben atau kain poleng dan selendang merah. "Kami ingin tarian ini dikenal secara luas juga karena merupakan salah satu Tari Wali," imbuhnya. Selain Tari Rejang Sutri Witala, saat upacara Melaspas Pura Agung Jagatnatha kemarin juga dipentaskan Tari baris Gede yang dibawakan khusus oleh pimpinan dan anggota DPRD Kota Denpasar. Sebanyak 15 orang penari dari pimpinan dan anggota DPRD Kota Denpasar ikut ngayah menarikan Tari Baris Gede ini.
Walau rata-rata dari mereka baru belajar menari, namun penampilan mereka tampak kompak dan teratur. Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar, I Wayan Mariyana Wandhira mengungkapkan Tari Baris Gede dibawakan dalam rangkaian upacara Dewa Yadnya. Menurutnya, proses latihan cukup singkat agar bisa ngayah. Hal itu menurut dia tidak dipermasalahkan karena niat ngayah untuk pelaksanaan pemelaspasan Pura Jagatnatha.
Wandhira mengatakan, ada sebanyak 15 orang dari DPRD. "Kami niat ngayah, kami sempat berlatih bersama walaupun cukup singkat. Walau demikian kami bertekad tampil maksimal untuk persembahan ke hadapan Ida Bhatara yang melinggih di Pura Jagatnatha," ujarnya. Menurut Wandira, dengan sudah digelarnya pemelaspasan ini diharapkan dianugerahkan kerahayuan bagi seluruh warga Kota Denpasar. "Kita mohon kerahayuan, apa yang menjadi harapan bisa tercapai terutama di masa Pemilu ini agar bisa berjalan lancar dan damai," imbuh politisi asal Sanur, Denpasar Selatan ini.
Pemelaspasan dilakukan terhadap gelung agung dan tetangunan anyar Pura Agung Jagatnatha Kota Denpasar. Upacara pemelaspasan tersebut dilaksanakan setelah pengerjaan renovasi fisik tembok panyengker, kori agung dan beberapa bangunan tuntas dilaksanakan. Pelaksanaan pemelaspasan ini dipuput Tri Sadhaka yakni Ida Pedanda Putra Telaga, Griya Gulingan Sanur, Ida Pedanda Gede Made Kerti, Griya Budha Saraswati, Taman sari Batuan Sukawati, dan Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Kerta Bhuana, Griya Batur Sari Murti Denpasar. Setelah karya melaspas, rangkaian upacara akan dilanjutkan dengan Karya Pujawali Padudusan Alit bertepatan dengan Purnama Kalima pada Redite Pon Perangbakat, Minggu (29/10) nanti. 7 mis
Pembina Sanggar Natyaswari Denpasar, I Gusti Ngurah Gede Marhaendra Jaya mengatakan tarian ini dibawakan untuk mengiringi upacara Pemelaspasan Pura Jagatnatha Denpasar. Menurutnya pementasan tari berawal dari keinginan ikut ngaturang ayah. Sebab, sebelumnya tari ini juga dibawakan saat menyambut HUT Kemerdekaan RI pada Agustus 2023 lalu. Saat itu awalnya yang terlibat hanya sebanyak 300 orang dari penari lanjut usia (Lansia). Namun saat acara diikuti 500 penari, ditampilkan pada 19 Agustus 2023 lalu.
Menurutnya, dalam pelaksanaan melaspas Pura Jagatnatha kali ini awalnya juga akan menampilkan 700 orang penari. Namun jelang pelaksanaan banyak yang berniat ngaturang ayah menari. Peserta pun terus bertambah. Karena peserta semakin banyak yang ingin ikut ngaturang ayah, Marhaendra Jaya mengaku sempat berpikir untuk menampilkan tari ini di Lapangan Puputan, namun dibatalkan karena dirasa tidak nyambung dengan upacara di Pura Jagatnatha. "Awalnya saya ingin menampilkan di Lapangan Puputan Badung, tapi rasanya tidak nyambung, sehingga kami batasi jumlahnya biar tetap bisa dibawakan di pura," katanya.
Hingga akhirnya penari yang bisa ikut sebanyak 1.007 orang. Menurutnya, jika tidak dibatasi kemungkinan penari yang terlibat bisa mencapai 2.000 orang lebih. Peserta ini berasal dari seluruh Kota Denpasar. "Ini spontan saja karena ngayah, tidak ada persiapan khusus sebelum tampil di Pura Jagatnatha," ujarnya. Karena mereka yang tampil sudah biasa menarikan rejang di beberapa acara termasuk ngayah di pura masing-masing sehingga dia mengaku tidak ada masalah soal menyamakan gerakan.
Marhaendra Jaya mengatakan, Tari Rejang Sutri Witala ini merupakan tari wali yang berfungsi sebagai tari pamendak. Dulu tarian ini ditarikan khusus para pamangku perempuan atau sutri untuk memohon agar para Dewa berkenan menyaksikan upacara yang digelar. Sehingga, yang familiar dengan tarian ini hanya mereka saja. Rejang Sutri Witala ini kata dia memiliki makna perempuan yang bijaksana.
Ciri khas busana tari ini adalah menggunakan kebaya putih, kamben atau kain poleng dan selendang merah. "Kami ingin tarian ini dikenal secara luas juga karena merupakan salah satu Tari Wali," imbuhnya. Selain Tari Rejang Sutri Witala, saat upacara Melaspas Pura Agung Jagatnatha kemarin juga dipentaskan Tari baris Gede yang dibawakan khusus oleh pimpinan dan anggota DPRD Kota Denpasar. Sebanyak 15 orang penari dari pimpinan dan anggota DPRD Kota Denpasar ikut ngayah menarikan Tari Baris Gede ini.
Walau rata-rata dari mereka baru belajar menari, namun penampilan mereka tampak kompak dan teratur. Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar, I Wayan Mariyana Wandhira mengungkapkan Tari Baris Gede dibawakan dalam rangkaian upacara Dewa Yadnya. Menurutnya, proses latihan cukup singkat agar bisa ngayah. Hal itu menurut dia tidak dipermasalahkan karena niat ngayah untuk pelaksanaan pemelaspasan Pura Jagatnatha.
Wandhira mengatakan, ada sebanyak 15 orang dari DPRD. "Kami niat ngayah, kami sempat berlatih bersama walaupun cukup singkat. Walau demikian kami bertekad tampil maksimal untuk persembahan ke hadapan Ida Bhatara yang melinggih di Pura Jagatnatha," ujarnya. Menurut Wandira, dengan sudah digelarnya pemelaspasan ini diharapkan dianugerahkan kerahayuan bagi seluruh warga Kota Denpasar. "Kita mohon kerahayuan, apa yang menjadi harapan bisa tercapai terutama di masa Pemilu ini agar bisa berjalan lancar dan damai," imbuh politisi asal Sanur, Denpasar Selatan ini.
Pemelaspasan dilakukan terhadap gelung agung dan tetangunan anyar Pura Agung Jagatnatha Kota Denpasar. Upacara pemelaspasan tersebut dilaksanakan setelah pengerjaan renovasi fisik tembok panyengker, kori agung dan beberapa bangunan tuntas dilaksanakan. Pelaksanaan pemelaspasan ini dipuput Tri Sadhaka yakni Ida Pedanda Putra Telaga, Griya Gulingan Sanur, Ida Pedanda Gede Made Kerti, Griya Budha Saraswati, Taman sari Batuan Sukawati, dan Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Kerta Bhuana, Griya Batur Sari Murti Denpasar. Setelah karya melaspas, rangkaian upacara akan dilanjutkan dengan Karya Pujawali Padudusan Alit bertepatan dengan Purnama Kalima pada Redite Pon Perangbakat, Minggu (29/10) nanti. 7 mis
1
Komentar