Menuju Standar Internasional, RSBM Kerja Sama dengan Australia
Peringatan Hari Jadi ke-6 Rumah Sakit Bali Mandara
DENPASAR, NusaBali.com - Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM) semakin dekat dengan visinya menjadi rumah sakit berstandar internasional. Rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Bali bekerja sama dengan lembaga akreditasi rumah sakit di Australia.
Perayaan HUT ke-6 pada Sabtu (28/10/2023), menjadi momentum lebih dekat mewujudkan target rumah sakit menghadirkan layanan terbaik untuk masyarakat luas. Tema perayaan 'Bersama Mewujudkan Rumah Sakit Berstandar Internasional' sesuai dengan visi besar tahun 2025.
"Sesuai dengan visi Rumah Sakit Bali Mandara menjadi rumah sakit yang terpercaya dengan mengedepankan pelayanan pendidikan dan penelitian menuju rumah sakit berkelas dunia tahun 2025,"ujar Direktur Utama RSBM dr I Ketut Suarjaya, MPPM di sela acara.
Dokter Suarjaya menjelaskan, sejak berdiri pada 2017 rumah sakit berlokasi di Desa Sanur Kauh, Denpasar Selatan, perlahan telah berhasil meningkatkan layanannya menuju rumah sakit berkelas internasional.
Salah satu indikator pertama yang disebutkannya adalah diraihnya predikat paripurna (bintang lima) dua kali berturut-turut dalam proses akreditasi rumah sakit yang diselenggarakan lembaga akreditasi nasional.
Tidak berhenti di sana, kini RSBM tengah bekerja sama dengan lembaga akreditasi internasional (Australian Council on Healthcare Standards) agar secara formal ditetapkan sebagai rumah sakit berstandar dunia.
"Kita sudah melakukan persiapan layanan yang sesuai dengan kelas internasional, sehingga tahun depan harapannya kita sudah terstandar internasional walaupun visinya 2025," jelas dr Suarjaya.
Mantan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali ini juga menegaskan RSBM saat ini didapuk sebagai rumah sakit rujukan utama di wilayah Bali dan Nusa Tenggara. Hal ini berkat layanan unggulan yang telah dimiliki.
Sejalan dengan transformasi layanan unggulan yang dicanangkan Kementerian Kesehatan, RSBM melayani masyarakat dengan layanan unggulan meliputi layanan kanker, jantung, stroke, uronefrologi, dan kesehatan ibu dan anak.
"Kita menjadi rujukan utama untuk unggulan itu. Kami sudah lengkapi sarana prasarana, SDM, standar prosedur operasional, sistem, sampai tarifnya. Bahkan rujukan kanker bisa melampaui utama, yaitu paripurna karena sudah memiliki kemampuan lengkap mulai diagnostik, bedah onkologi, kemoterapi, radioterapi, bahkan kedokteran nuklir," ungkap dr Suarjaya.
Ia menuturkan, setelah sekitar setahun dipersiapkan, layanan kedokteran nuklir RSBM akhirnya mendapat izin operasional dari Kemenkes. Sehingga saat ini layanan satu-satunya di Bali dan Indonesia timur tersebut sudah dapat diakses oleh masyarakat umum.
"Jadi itu jadi kado ulang tahun. Baru kemarin izin operasional keluar dari Kemenkes. Saat ini kami sudah bisa melakukan layanan kedokteran nuklir tinggal menunggu kerjasama dengan BPJS Kesehatan. Tapi untuk pasien umum sudah melayani kedokteran nuklir," jelas dr Suarjaya.
Dokter Suarjaya menjelaskan, RSBM hingga saat ini menyandang predikat sebagai rumah sakit tipe B. Kendati demikian dr Suarjaya yakin rumah sakit yang dipimpinnya mampu menjadi rumah sakit dengan layanan terbaik di Bali.
"Rumah sakit ini walaupun menjadi 'the second hospital' setelah RSUP Prof Ngoerah, kita ingin jadi 'the best hospital'. Artinya layanan- layanan yang kami miliki harus jadi layanan terbaik," tegasnya.
Sementara itu Ketua Dewan Pengawas RSBM dr I Gede Wiryana Patra Jaya MKes menyampaikan selamat atas pencapaian RSBM selama 6 tahun berdiri. Menurut dr Patra, saat ini RSBM perlu fokus dalam layanan unggulan yang dimilikinya agar semakin mendapat kepercayaan masyarakat. Termasuk di dalamnya melakukan upaya preventif dengan melakukan edukasi kepada masyarakat.
"Peningkatan layanan kesehatan tidak ada kata berhenti, kita dorong dari standar nasional menjadi standar internasional," ujarnya.
Untuk mendapat kepercayaan internasional, dr Patra mendorong RSBM meningkatkan kapasitasnya dalam digitalisasi layanan atau menjadi smart hospital. Ia juga mengingatkan pentingnya melakukan pendekatan green hospital dalam operasional sehari-hari seperti penggunaan listrik, air, dan sirkulasi udara yang mengedepankan keberlanjutan.
"Ini akan menjadi tantangan kita ke depannya," ujar dr Patra yang juga merupakan Ketua Bali Medical Tourism Association (BMTA) ini. *cr78
1
Komentar