Ritual Warisan Tetua Desa, Untuk Memohon Keselamatan dan Kesejahteraan
Rekonstruksi Dresta, Desa Adat Keramas, Blahbatuh, Gianyar Gelar Prosesi Nuwur Sasih Kelima
Saat Nuwur, krama berjalan kaki sejauh dua kilometer di bawah sengatan matahari Sasih kalima, diiringi gemuruh enam barung gong baleganjur dan Gong Beri
GIANYAR, NusaBali
Krama Desa Adat Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar mendak Nuwur ke Pura Prajurit dan Pura Penyimpenan Ida Bhatara Masceti pada Anggara Kliwon Prangbakat (Anggarakasih Prangbakat), Senin (30/10). Krama berjalan kaki sejauh dua kilometer di bawah sengatan matahari Sasih kalima. Dengan berpakaian adat, ribuan krama adat Keramas diiringi gemuruh enam barung gong baleganjur dan Gong Beri berjalan mengikuti prosesi mendak nuwur Ida Bhatara.
Nuwur Ida Bhatara di sasih kelima merupakan prosesi ritual warisan tetua masyarakat Desa Adat Keramas. Prosesi ini bertujuan memohon keselamatan dan kesejahteraan di tengah sasih kelima yang menurut pandangan masyarakat Bali secara umum dianggap sebagai musim yang sakral. Hanya saja seiring dinamika yang terjadi, dresta nuwur ini tidak berjalan hingga bertahun-tahun.
"Sejak dua tahun ini, prajuru desa adat Keramas melalui keputusan paruman desa, mengembalikan prosesi Nuwur untuk dilakukan," kata Bandesa Adat Keramas, I Nyoman Puja Waisnawa, ditemui di sela prosesi Nuwur, Senin (31/10). Dalam prosesi Nuwur, masyarakat adat mendak Ida Ratu Gede Dalem Prajurit dan Ida Ratu Gede Masceti, kemudian dilakukan prosesi ngaturan ayaban dan linggih, di Catus Pata Desa Adat Keramas, hingga malam. Prosesi nuwur ini dirangkaikan piodalan di palinggih Catus Pata tersebut.
"Prosesi Nuwur yang sudah dilakukan dua kali ini merupakan sebuah rekonstruksi dresta yang dilakukan oleh Prajuru Desa Adat Keramas," imbuh Penyarikan Adat Keramas, I Gusti Agung Gde Dharmada. Menurutnya, dresta merupakan bagian dari sumber hukum Hindu yang bersumber dari ajaran Weda. Dresta ini telah disepakati sebagai hukum yang mengatur kehidupan masyarakat yang harus ditata kembali (rekonstruksi). Hal ini pun selaras dengan semangat dari penguatan desa adat sebagaimana dimaksud dalam Perda Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali.
Melestarikan adat, budaya, agama dan kearifan lokal masyarakat adat merupakan maksud dan tujuan dari rekonstruksi dresta, sehingga dapat terwujud kasukertan Tri Hita Karana. Upacara Nuwur Ida Ratu Gede Pura Dalem Prajurit dan Ida Ratu Gede Pura Masceti di Desa Adat Keramas merupakan salah satu upaya dalam rekonstruksi dresta yang terdiri dari purwa dresta, loka dresta, sastra dresta, dan desa dresta, masyarakat adat Keramas-Medahan, terutama secara khusus Desa Adat Keramas.
Upacara nuwur atau ngerauhang yang dilakukan Prajuru Desa Adat Keramas merupakan pengaplikasian ajaran agama Hindu yang berdasarkan konsep dresta, yang sebenarnya sudah berlaku dari dahulu secara turun temurun di Desa Adat Keramas. Di masa lalu, berdasarkan penuturan dulu-dulu desa dan para tetua Keramas, tradisi nuwur ini dilakukan oleh kelompok orang yang ada di bebanjaran (setiap banjar) dan kelompok dadia. Terakhir, upacara nuwur yang dilakukan oleh kelompok maupun banjar-banjar yang ada di Desa Adat Keramas di tahun 1970-an. Oleh Desa Adat Keramas melalui prajuru desa adat sendiri pernah dilakukan sekali di tahun 1990-an. Setelah itu, tidak pernah lagi.
Setelah lama tidak dilakukan, maka pada tanggal 8 November 2022, hari Purnama Kelima, bertepatan dengan piodalan di Catus Pata Desa Adat Keramas, direkonstruksi dresta yang sempat terlupakan. Masyarakat adat Keramas Nuwur Ida Ratu Gede Pura Dalem Prajurit dan Pura Masceti dari pukul 14.00 Wita hingga 22.00 Wita. Untuk kedua kalinya, tahun ini dilakukan Senin, 30 Oktober 2023, bertepatan umanis piodalan di Catus Pata Desa Adat Keramas. Krama adat dari enam banjar se-Desa Adat Keramas dengan berjalan kaki, diawali Gong Beri dan iringan-iringan sekaa Baleganjur masing-masing banjar, mendak Ida Ratu Gede ke masing- masing Pura.
Antusias krama adat Keramas mendak Ida Sesuhunan dalam rangka upacara nuwur sangat tinggi. Hal ini terlihat, meski terik matahari menyengat, ‘panjak’ Ida Bhatara tetap semangat dengan berjalan kaki untuk mendak Ida Ratu Gede dari Pura Dalem Prajurit dan Pura Masceti. Bahkan, di saat menghaturkan baktinya kehadapan Ida Ratu Gede di Catus Pata, krama adat tumpah ruah di Catus Pata Desa Adat Keramas. 7 nvi
Krama Desa Adat Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar mendak Nuwur ke Pura Prajurit dan Pura Penyimpenan Ida Bhatara Masceti pada Anggara Kliwon Prangbakat (Anggarakasih Prangbakat), Senin (30/10). Krama berjalan kaki sejauh dua kilometer di bawah sengatan matahari Sasih kalima. Dengan berpakaian adat, ribuan krama adat Keramas diiringi gemuruh enam barung gong baleganjur dan Gong Beri berjalan mengikuti prosesi mendak nuwur Ida Bhatara.
Nuwur Ida Bhatara di sasih kelima merupakan prosesi ritual warisan tetua masyarakat Desa Adat Keramas. Prosesi ini bertujuan memohon keselamatan dan kesejahteraan di tengah sasih kelima yang menurut pandangan masyarakat Bali secara umum dianggap sebagai musim yang sakral. Hanya saja seiring dinamika yang terjadi, dresta nuwur ini tidak berjalan hingga bertahun-tahun.
"Sejak dua tahun ini, prajuru desa adat Keramas melalui keputusan paruman desa, mengembalikan prosesi Nuwur untuk dilakukan," kata Bandesa Adat Keramas, I Nyoman Puja Waisnawa, ditemui di sela prosesi Nuwur, Senin (31/10). Dalam prosesi Nuwur, masyarakat adat mendak Ida Ratu Gede Dalem Prajurit dan Ida Ratu Gede Masceti, kemudian dilakukan prosesi ngaturan ayaban dan linggih, di Catus Pata Desa Adat Keramas, hingga malam. Prosesi nuwur ini dirangkaikan piodalan di palinggih Catus Pata tersebut.
"Prosesi Nuwur yang sudah dilakukan dua kali ini merupakan sebuah rekonstruksi dresta yang dilakukan oleh Prajuru Desa Adat Keramas," imbuh Penyarikan Adat Keramas, I Gusti Agung Gde Dharmada. Menurutnya, dresta merupakan bagian dari sumber hukum Hindu yang bersumber dari ajaran Weda. Dresta ini telah disepakati sebagai hukum yang mengatur kehidupan masyarakat yang harus ditata kembali (rekonstruksi). Hal ini pun selaras dengan semangat dari penguatan desa adat sebagaimana dimaksud dalam Perda Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali.
Melestarikan adat, budaya, agama dan kearifan lokal masyarakat adat merupakan maksud dan tujuan dari rekonstruksi dresta, sehingga dapat terwujud kasukertan Tri Hita Karana. Upacara Nuwur Ida Ratu Gede Pura Dalem Prajurit dan Ida Ratu Gede Pura Masceti di Desa Adat Keramas merupakan salah satu upaya dalam rekonstruksi dresta yang terdiri dari purwa dresta, loka dresta, sastra dresta, dan desa dresta, masyarakat adat Keramas-Medahan, terutama secara khusus Desa Adat Keramas.
Upacara nuwur atau ngerauhang yang dilakukan Prajuru Desa Adat Keramas merupakan pengaplikasian ajaran agama Hindu yang berdasarkan konsep dresta, yang sebenarnya sudah berlaku dari dahulu secara turun temurun di Desa Adat Keramas. Di masa lalu, berdasarkan penuturan dulu-dulu desa dan para tetua Keramas, tradisi nuwur ini dilakukan oleh kelompok orang yang ada di bebanjaran (setiap banjar) dan kelompok dadia. Terakhir, upacara nuwur yang dilakukan oleh kelompok maupun banjar-banjar yang ada di Desa Adat Keramas di tahun 1970-an. Oleh Desa Adat Keramas melalui prajuru desa adat sendiri pernah dilakukan sekali di tahun 1990-an. Setelah itu, tidak pernah lagi.
Setelah lama tidak dilakukan, maka pada tanggal 8 November 2022, hari Purnama Kelima, bertepatan dengan piodalan di Catus Pata Desa Adat Keramas, direkonstruksi dresta yang sempat terlupakan. Masyarakat adat Keramas Nuwur Ida Ratu Gede Pura Dalem Prajurit dan Pura Masceti dari pukul 14.00 Wita hingga 22.00 Wita. Untuk kedua kalinya, tahun ini dilakukan Senin, 30 Oktober 2023, bertepatan umanis piodalan di Catus Pata Desa Adat Keramas. Krama adat dari enam banjar se-Desa Adat Keramas dengan berjalan kaki, diawali Gong Beri dan iringan-iringan sekaa Baleganjur masing-masing banjar, mendak Ida Ratu Gede ke masing- masing Pura.
Antusias krama adat Keramas mendak Ida Sesuhunan dalam rangka upacara nuwur sangat tinggi. Hal ini terlihat, meski terik matahari menyengat, ‘panjak’ Ida Bhatara tetap semangat dengan berjalan kaki untuk mendak Ida Ratu Gede dari Pura Dalem Prajurit dan Pura Masceti. Bahkan, di saat menghaturkan baktinya kehadapan Ida Ratu Gede di Catus Pata, krama adat tumpah ruah di Catus Pata Desa Adat Keramas. 7 nvi
1
Komentar