Disperindag Bali Targetkan Bangun Pasar Induk di 2024
DENPASAR, NusaBali - Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali I Wayan Jarta menargetkan pasar induk mulai dibangun pada 2024.
“Tahun ini sudah tidak mungkin karena masih dalam kajian, tapi tahun depan, kalau sudah pasti secara feasibility study (studi kelayakan), sudah siap (dibangun)," kata dia di sela mendampingi kunjungan Presiden Joko Widodo di Pasar Bulan, Gianyar, Selasa (31/10).
Menurutnya, pembentukan pasar induk sebagai lokasi utama sebelum produk pangan disalurkan ke pasar-pasar, bukan hal yang sederhana. Tahun ini, Pemprov Bali masih fokus pada tahap studi kelayakan untuk selanjutnya membahas anggaran.
“Pasar induk sedang dalam proses. Kita selalu bahas dan matangkan, yang begini tidak sembarangan, kita kaji betul tempatnya, modelnya, pengelolanya, semua itu mulai dibahas di bawah kepemimpinan sekda bukan Disperindag Bali sendiri,” ujar Jarta.
Untuk pembiayaan, Jarta menyampaikan ada kemungkinan sinergi antara anggaran kabupaten/kota, provinsi, dan pusat, namun proses ini dijalankan oleh TPID, dan bukan Disperindag.
“Penting untuk stabilisasi harga, ketika suplai berlebih di sana lah kendalinya. Pasar induk pasti ada gudang khusus, dia yang mengendalikan, ditahan, tapi ketika harga mulai naik, maka barang akan dilepas agar bisa stabilkan harga, itu fungsi pasar induk, menghubungkan produsen dan konsumen,” ucap Jarta.
Sementara itu, proses penentuan lokasi memakan waktu cukup panjang, salah satu syaratnya adalah luas pasar, karena nantinya akan ada gudang penyimpanan produk pangan.
Berikutnya, penentuan lokasi yang strategis, karena jarak yang jauh antara produsen dan konsumen justru akan memberatkan. Bahkan, menurut Jarta, bisa saja pedagang justru tak mau datang, karena tidak nyaman dengan biaya distribusi yang tinggi.
“Kalau saya pribadi lokasi strategis di pinggiran kota, kalau masuk ke kota akan crowded. Kita masih mencari, mudah-mudahan dapat (di sekitar Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan). Kalau terlalu jauh di barat, mana mau di sana, hotel-hotel juga tidak, biaya distribusi pedagang harus ditekan karena untuk menjaga harga,” ujarnya. 7 ant
Menurutnya, pembentukan pasar induk sebagai lokasi utama sebelum produk pangan disalurkan ke pasar-pasar, bukan hal yang sederhana. Tahun ini, Pemprov Bali masih fokus pada tahap studi kelayakan untuk selanjutnya membahas anggaran.
“Pasar induk sedang dalam proses. Kita selalu bahas dan matangkan, yang begini tidak sembarangan, kita kaji betul tempatnya, modelnya, pengelolanya, semua itu mulai dibahas di bawah kepemimpinan sekda bukan Disperindag Bali sendiri,” ujar Jarta.
Untuk pembiayaan, Jarta menyampaikan ada kemungkinan sinergi antara anggaran kabupaten/kota, provinsi, dan pusat, namun proses ini dijalankan oleh TPID, dan bukan Disperindag.
“Penting untuk stabilisasi harga, ketika suplai berlebih di sana lah kendalinya. Pasar induk pasti ada gudang khusus, dia yang mengendalikan, ditahan, tapi ketika harga mulai naik, maka barang akan dilepas agar bisa stabilkan harga, itu fungsi pasar induk, menghubungkan produsen dan konsumen,” ucap Jarta.
Sementara itu, proses penentuan lokasi memakan waktu cukup panjang, salah satu syaratnya adalah luas pasar, karena nantinya akan ada gudang penyimpanan produk pangan.
Berikutnya, penentuan lokasi yang strategis, karena jarak yang jauh antara produsen dan konsumen justru akan memberatkan. Bahkan, menurut Jarta, bisa saja pedagang justru tak mau datang, karena tidak nyaman dengan biaya distribusi yang tinggi.
“Kalau saya pribadi lokasi strategis di pinggiran kota, kalau masuk ke kota akan crowded. Kita masih mencari, mudah-mudahan dapat (di sekitar Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan). Kalau terlalu jauh di barat, mana mau di sana, hotel-hotel juga tidak, biaya distribusi pedagang harus ditekan karena untuk menjaga harga,” ujarnya. 7 ant
Komentar