Diskes Catat 961 Kasus Gigitan HPR
Tak Ada Positif Rabies pada Manusia
Kasus gigitan HPR pada September 2023 menunjukkan penurunan dibanding tiga bulan sebelumnya yakni pada Juni, Juli, dan Agustus 2023.
MANGUPURA, NusaBali
Kasus gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) pada September 2023 mencapai 961 kasus. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Badung, jumlah kasus gigitan HPR mengalami penurunan jika dibandingkan tiga bulan sebelumnya yang menyentuh angka 1.000 lebih gigitan. Namun dipastikan tidak ada kasus positif rabies pada manusia.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Diskes Badung I Made Suwadera SKM Mkes, mengatakan kasus gigitan HPR pada September 2023 didominasi oleh gigitan anjing, disusul kucing dan monyet. Secara keseluruhan tercatat 961 kasus.
“Kecamatan yang paling banyak kasus gigitan HPR selama periode September, yakni Abiasemal 292 kasus dan Mengwi 214 kasus. Kemudian disusul Kuta Selatan 161 kasus, Kuta Utara 139 kasus, Kuta 84 kasus, dan Petang 71 kasus,” jelas Suwadera, Rabu (1/11).
Meski angkanya tinggi, namun kasus gigitan HPR pada September 2023 menunjukkan penurunan dibanding tiga bulan sebelumnya yakni pada periode Juni, Juli, dan Agustus 2023. Jika dirunut, kasus selama Januari-Mei 2023 tergolong landai, di mana pada Januari sebanyak 498 kasus, Februari 383 kasus, Maret 493 kasus, April 508 kasus, Mei 609 kasus.
Namun pada Juni kasus gigitan melonjak jadi 1.526 kasus, Juli 1.555 kasus, sedangkan Agustus 1.226 kasus. Kemudian pada September turun jadi 961 kasus.
“Setiap kasus gigitan kami selalu lakukan penyelidikan epidemiologi, baik pada manusia maupun hewannya. Pasien yang digigit dilakukan cuci luka dan pemberian VAR sesuai indikasi. Pasien yang mangkir VAR dilakukan sweeping (harus VAR lengkap),” kata Suwadera sembari menyebut terus melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dan penyuluhan kepada masyarakat.
Pihaknya mengimbau masyarakat bila mengalami gigitan sekecil apapun agar segera datang ke Rabies Center terdekat untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut dan jangan panik. “Kami mengupayakan semua kasus gigitan tertangani sesuai dengan standar,” tegasnya.
Sementara itu, ketersediaan VAR dan SAR saat ini disebut masih mencukupi. Stok VAR sebanyak 191 vial dan stok SAR 23 vial. Kata Suwadera, pemberian VAR dilakukan secara selektif yaitu untuk kasus gigitan yang terindikasi rabies. Sedangkan kasus gigitan yang tidak terindikasi rabies hanya dilakukan observasi HPR.
“Kalau stok sampai kosong, tidak pernah. Hanya ketersediaan yang terbatas, dan hal ini biasanya disebabkan kekosongan VAR di distributor. Kalau kekurangan VAR di kabupaten dilakukan permohonan bantuan VAR ke Diskes Provinsi Bali,” kata Suwadera.
Sementara berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, 99 persen populasi HPR telah divaksinasi. Vaksinasi rabies sebagai salah satu upaya mengantisipasi adanya kasus rabies di Gumi Keris, karena merupakan daerah pariwisata dunia.
“Total vaksinasi rabies sampai saat ini mencapai 88.291 ekor dari 89.909 populasi di Badung. Atau sekitar 99,38 persen dari total populasi,” ujar Kadis Pertanian dan Pangan Badung, I Wayan Wijana, Sabtu (28/10).
Namun, Wijana mengakui beberapa anjing belum divaksinasi, umumnya adalah anjing liar atau pemilik anjing tidak ada saat akan dilakukan vaksinasi ke rumah-rumah. “Umumnya yang belum tervaksin itu HPR liar dan saat petugas datang pemiliknya tidak ada di rumah. Tapi kita pastikan anjing di sekitar kawasan wisata sudah kita vaksin semua,” kata mantan Kabag Organisasi Setda Badung ini. 7 ind
Kasus gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) pada September 2023 mencapai 961 kasus. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Badung, jumlah kasus gigitan HPR mengalami penurunan jika dibandingkan tiga bulan sebelumnya yang menyentuh angka 1.000 lebih gigitan. Namun dipastikan tidak ada kasus positif rabies pada manusia.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Diskes Badung I Made Suwadera SKM Mkes, mengatakan kasus gigitan HPR pada September 2023 didominasi oleh gigitan anjing, disusul kucing dan monyet. Secara keseluruhan tercatat 961 kasus.
“Kecamatan yang paling banyak kasus gigitan HPR selama periode September, yakni Abiasemal 292 kasus dan Mengwi 214 kasus. Kemudian disusul Kuta Selatan 161 kasus, Kuta Utara 139 kasus, Kuta 84 kasus, dan Petang 71 kasus,” jelas Suwadera, Rabu (1/11).
Meski angkanya tinggi, namun kasus gigitan HPR pada September 2023 menunjukkan penurunan dibanding tiga bulan sebelumnya yakni pada periode Juni, Juli, dan Agustus 2023. Jika dirunut, kasus selama Januari-Mei 2023 tergolong landai, di mana pada Januari sebanyak 498 kasus, Februari 383 kasus, Maret 493 kasus, April 508 kasus, Mei 609 kasus.
Namun pada Juni kasus gigitan melonjak jadi 1.526 kasus, Juli 1.555 kasus, sedangkan Agustus 1.226 kasus. Kemudian pada September turun jadi 961 kasus.
“Setiap kasus gigitan kami selalu lakukan penyelidikan epidemiologi, baik pada manusia maupun hewannya. Pasien yang digigit dilakukan cuci luka dan pemberian VAR sesuai indikasi. Pasien yang mangkir VAR dilakukan sweeping (harus VAR lengkap),” kata Suwadera sembari menyebut terus melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dan penyuluhan kepada masyarakat.
Pihaknya mengimbau masyarakat bila mengalami gigitan sekecil apapun agar segera datang ke Rabies Center terdekat untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut dan jangan panik. “Kami mengupayakan semua kasus gigitan tertangani sesuai dengan standar,” tegasnya.
Sementara itu, ketersediaan VAR dan SAR saat ini disebut masih mencukupi. Stok VAR sebanyak 191 vial dan stok SAR 23 vial. Kata Suwadera, pemberian VAR dilakukan secara selektif yaitu untuk kasus gigitan yang terindikasi rabies. Sedangkan kasus gigitan yang tidak terindikasi rabies hanya dilakukan observasi HPR.
“Kalau stok sampai kosong, tidak pernah. Hanya ketersediaan yang terbatas, dan hal ini biasanya disebabkan kekosongan VAR di distributor. Kalau kekurangan VAR di kabupaten dilakukan permohonan bantuan VAR ke Diskes Provinsi Bali,” kata Suwadera.
Sementara berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, 99 persen populasi HPR telah divaksinasi. Vaksinasi rabies sebagai salah satu upaya mengantisipasi adanya kasus rabies di Gumi Keris, karena merupakan daerah pariwisata dunia.
“Total vaksinasi rabies sampai saat ini mencapai 88.291 ekor dari 89.909 populasi di Badung. Atau sekitar 99,38 persen dari total populasi,” ujar Kadis Pertanian dan Pangan Badung, I Wayan Wijana, Sabtu (28/10).
Namun, Wijana mengakui beberapa anjing belum divaksinasi, umumnya adalah anjing liar atau pemilik anjing tidak ada saat akan dilakukan vaksinasi ke rumah-rumah. “Umumnya yang belum tervaksin itu HPR liar dan saat petugas datang pemiliknya tidak ada di rumah. Tapi kita pastikan anjing di sekitar kawasan wisata sudah kita vaksin semua,” kata mantan Kabag Organisasi Setda Badung ini. 7 ind
1
Komentar