Cuaca Sangat Panas, Bikin Produktivitas Garam Meningkat
El Nino Datangkan Berkah bagi Petani Garam
DENPASAR, NusaBali - Bagi sebagian petani, fenomena El Nino mungkin mendatangkan kerugian karena berdampak pada menurunnya produktivitas tanaman di lahannya. Namun tidak demikian dengan petani garam. Musim kering berkepanjangan justru mendatangkan berkah tersendiri, karena mereka bisa melakukan proses penggaraman secara maksimal.
I Nengah Kertayasa, salah seorang petani garam asal Desa Kusamba, Dawan, Klungkung mengatakan sejak cuaca terik, dalam sebulan dia menghasilkan sekitar 450 kilogram garam. Atau rata-rata dalam sehari, menghasilkan sekitar 15 kilo garam.
Padahal sebelumnya Kertayasa paling banyak membawa pulang 10 kg garam. Bahkan ketika musim hujan tiba, kadang kembali ke rumah dengan tangan kosong.
“Terutama pada sasih Jesyta dan Asada dan (Juni dan Juli) karena hujan. Itu susah (tidak menghasilkan garam),” ujarnya, Rabu (1/11).
Harga perkilo garam saat ini berkisar Rp 10 ribu sampai Rp15 ribu. “Maksudnya kalau ngecer tiyang jual Rp15 ribu,” ungkapnya.
Namun kepada pelanggan tetap yang biasa memborong garamnya untuk dijual kembali, Kertayasa menjual Rp10ribu perkilo. Dari penjualan garam rata-rata pendapatan Kertayasa, Rp4,5 juta per bulan, selama ‘musim’ panen.
Pendapatan itu tentu masih kotor, belum dipotong biaya keperluan dalam membuat garam. Diantaranya bahan bakar minyak (BBM) untuk operasional mesin sedot air laut, Rp10 ribu per hari. Kemudian ongkos tenaga buruh yang membantunya seperti mengangkat air ke lokasi penggaraman. Ongkosnya Rp70ribu perhari.
Sehingga biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 2,4 juta atau sampai Rp 2,5 juta. Dengan demikian pendapatan bersih yang dikantongi Kertatayasa hanya Rp 2 juta sebulan. Penghasilan dari menjual garam itulah yang dipakai untuk memenuhi keperluan sehari-hari.
“Saya tidak ada pekerjaan lain lagi, umur juga sudah tua,” kata Kertayasa.
Karena alasan itulah, dia tetap melakoni kerja membuat garam, walau penghasilannya tak menentu karena bergantung musim.
Sebelumnya I Ketut Santa, petani/tukang garam asal Banjar Pangi, Desa Pikat menyampaikan hal serupa. “Astungkara cuaca bagus,” ujar I di Pantai Pesinggahan, Dawan, Klungkung,Minggu(29/10).
Santa menuturkan keadaan cuaca membaik mulai akhir Agustus. Saat cuaca mendukung seperti belakangan ini, dalam sehari Santa mengaku menghasilkan garam sekitar 20 kilogram.
Sementara untuk bulan Juni-Juli biasanya kurang dari itu. “Memang tidak hujan, namun matahari agak condong ke utara, panasnya terasa kurang,” terangnya.
Karena itu, pada Juni-Juli lalu, tidak bagus untuk proses pembuatan garam, khususnya untuk pengeringan. Produksi garam juga tidak banyak. “Hanya sekitar 10 kilo, bahkan bisa hanya 5 kilo,” ungkapnya.
Untuk saat ini, boleh dikata cuaca bagus untuk proses penggaraman. Karena itu Santa mengaku semangat. Meski kata dia harus berpanas-panas di tengah terik cuaca. Santa mengatakan dirinya sudah mulai kerja jam 05.30 wita dan baru balik ke rumah sekitar pukul 18.00 wita.
Selain warga lokal, kadang ada wisatawan yang datang melihat-lihat proses menggaram. “Ada yang datang ingin tahu. Kadang ada juga yang membeli, sebagai suvenir dan konsumsi,” tunjuknya pada kemasan garam dengan label namanya.
Untuk mencari lokasi penggaraman dimana Santa dan yang lainnya membuat garam tidak sulit. Karena ada papan petunjuk di pinggir jalan raya utama, jalur Goa Lawah (Klungkung) menuju Karangasem. K17.
1
Komentar