Dampak Kebakaran, Warga-Petugas Alami Batuk, Sesak Napas hingga Diare
Dinas Kesehatan (Diskes) Denpasar Buka Posko Kesehatan untuk Petugas-Warga di TPA Suwung
Jam operasional pos kesehatan di TPA Suwung dibuka selama 24 jam yang terbagi ke dalam tiga shift penjagaan, sedangkan di Serangan dibuka pagi dan sore hari
DENPASAR, NusaBali
Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Denpasar membuka posko kesehatan di dua lokasi di Kelurahan Serangan dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung, Denpasar Selatan. Posko kesehatan ini dikhususkan untuk pengungsi dan petugas pemadam kebakaran yang berupaya memadamkan api kebakaran TPA Suwung.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kota Denpasar, dr Anak Agung Ayu Candrawati, Kamis (2/11) mengatakan pasca kebakaran hebat melanda TPA Suwung, banyak kasus yang terjadi saat pemadaman api. Kasus yang banyak dikeluhkan akibat dampak dari kebakaran tersebut meliputi batuk, pilek, sesak, mual, dan juga diare yang dialami baik masyarakat maupun petugas.
Hal itu membuat Pemkot Denpasar menyiagakan tim kesehatan untuk melakukan pemeriksaan intens kepada petugas pemadam kebakaran dan warga. Jam operasional pos kesehatan di TPA Suwung dibuka selama 24 jam yang terbagi ke dalam tiga shift penjagaan.
Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Denpasar membuka posko kesehatan di dua lokasi di Kelurahan Serangan dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung, Denpasar Selatan. Posko kesehatan ini dikhususkan untuk pengungsi dan petugas pemadam kebakaran yang berupaya memadamkan api kebakaran TPA Suwung.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kota Denpasar, dr Anak Agung Ayu Candrawati, Kamis (2/11) mengatakan pasca kebakaran hebat melanda TPA Suwung, banyak kasus yang terjadi saat pemadaman api. Kasus yang banyak dikeluhkan akibat dampak dari kebakaran tersebut meliputi batuk, pilek, sesak, mual, dan juga diare yang dialami baik masyarakat maupun petugas.
Hal itu membuat Pemkot Denpasar menyiagakan tim kesehatan untuk melakukan pemeriksaan intens kepada petugas pemadam kebakaran dan warga. Jam operasional pos kesehatan di TPA Suwung dibuka selama 24 jam yang terbagi ke dalam tiga shift penjagaan.
Sedangkan di tempat pengungsian Kelurahan Serangan dibuka dua shift, yakni pagi dan sore hari. Petugas medis yang terlibat di pos-pos kesehatan itu berasal dari puskesmas se-Kota Denpasar, RSUD Wangaya, PMI, BPBD dan bantuan dari klinik Kimia Farma yang sebelumnya telah dibuka selama 4 hari sejak kejadian bencana kebakaran di TPA Suwung.
Kegiatan pemeriksaan kesehatan kepada petugas di TPA Suwung melibatkan 4 orang dokter yang terdiri dari 3 orang dokter umum dan 1 orang dokter spesialis paru dengan dibantu oleh tenaga paramedis. "Kemarin sudah dilaksanakan pemeriksaan kesehatan massal kepada petugas di TPA Suwung. Kasus yang banyak dikeluhkan adalah batuk, pilek, sesak, mual, dan juga diare," ungkapnya.
Dokter Candrawati menambahkan, dari hasil kegiatan pemeriksaan kesehatan kepada 50 orang petugas di lokasi, tindakan medis telah diberikan berupa pemeriksaan tensi dan pemberian obat sesuai indikasi penyakit. "Pos kesehatan ini tetap akan dibuka sampai 8 November 2023 sesuai dengan adanya surat pernyataan tanggap darurat," ungkap dr Candrawati.
Terpisah Penjabat (Pj) Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya mengajak seluruh komponen masyarakat meningkatkan kesadaran bersama untuk melakukan pemilahan sampah berbasis sumber. Untuk menggerakkan masyarakat melakukan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga, menurutnya sangat dibutuhkan edukasi secara terus menerus dan berkelanjutan. Ajakan itu diutarakannya saat menerima Direktur Regional Asia Delterra, Lalit Matai, di Ruang Rapat Adhi Sabha Kantor Gubernur Bali, Niti Mandala, Denpasar, Kamis (2/11). Delterra merupakan organisasi nonprofit independen yang bergerak dalam isu lingkungan terutama pengolahan sampah.
Pj Gubernur menyampaikan saat ini kawasan Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan) menghadapi persoalan sampah yang makin serius. Situasi penanganan sampah diperparah dengan kebakaran yang menimpa TPA Suwung dan tempat pembuangan sampah sejumlah kabupaten. “Kita mestinya bisa memetik pelajaran dari kasus kebakaran yang terjadi di TPA Suwung dengan lebih bijak dalam memperlakukan sampah,” ujarnya.
Menurut dia, salah satu langkah yang harus diperkuat dalam sistem pengelolaan sampah adalah gerakan pemilahan mulai dari tingkat rumah tangga. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh komponen masyarakat merubah paradigma berpikir agar sampah tidak menjadi persoalan makin serius. Tak hanya berhenti sampai di situ, pemilahan sampah di tingkat rumah tangga harus diikuti dengan pola pengangkutan yang tepat agar sampah tak tercampur kembali saat dibawa ke TPS3R, TPST atau TPA.
Ia menyadari bahwa upaya membangun kesadaran masyarakat untuk melakukan pemilahan bukan perkara yang mudah. “Dibutuhkan edukasi terus menerus dan berkesinambungan. Selain itu, bisa juga dijadikan salah satu syarat bahwa TPA hanya menerima sampah yang sudah terpilah,” terangnya. Pada bagian lain, Mahendra Jaya menyampaikan terima kasih kepada Delterra yang turut ambil bagian dalam penanganan sampah di wilayah Bali. Ia berharap, di waktu berikutnya kerja sama Delterra dengan pemerintah dapat ditingkatkan dan diperluas.
Direktur Regional Asia Delterra Lalit Matai menyampaikan bahwa pihaknya telah menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kota Denpasar. Mengusung program ‘Rethinking Recycling Academy’, Delterra melakukan pendampingan di enam desa yakni Desa Pemogan, Desa Pemecutan Kaja, Desa Kesiman Kertalangu, Desa Tegal Kertha, Desa Sanur Kauh, dan Desa Ubung Kaja. Setelah Kota Denpasar, Delterra berencana mengembangkan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Badung.
“Kerjasama dengan Pemkab Badung akan kami perluas dengan melakukan integrasi TPS3R dengan TPST,” sebutnya. Lalit Matai menambahkan, upaya penanganan sampah tak bisa dilakukan oleh pemerintah semata, namun membutuhkan kerjasama lintas stakeholder. Selanjutnya, Wija Kusumastuti yang membidangi institusional Delterra menambahkan bahwa dalam kegiatannya lembaga ini fokus pada pendampingan dan edukasi pemilahan sampah. Untuk itu, Delterra melakukan intervensi pada supply and demand pada TPS3R di enam desa. “Di TPS3R Delterra melakukan edukasi cara pembuatan kompos. Sementara di masyarakat, kami intensifkan upaya menyadarkan masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah. Ini memang tak mudah, karena hingga saat ini tingkat kesadarannya baru mencapai 68 persen,” jelasnya. 7 mis, cr78
1
Komentar