Tiket Pesawat Masih Mahal, Menhub Bongkar Biang Keroknya
JAKARTA, NusaBali - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkap biang kerok di balik harga tiket pesawat yang mahal. Ia mengatakan itu terjadi karena industri aviasi saat ini belum kembali kepada posisi sebelum pandemi Covid-19 melanda.
Budi menyebut karena masalah itu pesawat yang beroperasi di Indonesia mengalami penurunan secara drastis. Bahkan suku cadang pesawatnya pun terbatas.
"Di Indonesia yang semula 650 pesawat, sekarang tinggal 400. Itulah yang terjadi apabila kita ke satu tempat dan tempat yang lain kita kesulitan untuk melakukan penerbangan," ujar Budi dalam acara Kompas100 CEO Forum, Rabu (1/11) seperti dilansir CNNIndonesia.com.
"Karena pesawat, katakanlah dikenal ATR, pada daerah-daerah terpencil itu berkurang drastis karena tidak ada suku cadang," sambungnya.
Masalah lain, terkait harga BBM pesawat, Avtur, yang terus mengalami kenaikan. Budi menambahkan harga Avtur sangat mempengaruhi tiket pesawat.
Pasalnya, 40 persen biaya operasional pesawat datang dari Avtur.
"Jadi apabila Avtur itu Pertamina bisa menurunkan dengan harga yang sama dengan Singapura, ini sangat membantu. Terus yang lain-lain, ini bisa kita lakukan untuk sama-sama menurunkan. Kalau cost daripada aviasi ini menurun, maka daya beli mereka untuk membeli atau me-leasing pesawat-pesawat menjadi baik," ucap Budi.
Presiden Direktur Lion Air Group Daniel Putut Kuncoro Adi sering diminta untuk dapat menurunkan harga tiket pesawat.
"Banyak sekali permintaan untuk dapat menekan harga tiket pesawat, tetapi banyak hal yang kami dibimbing oleh Bapak Menteri untuk mengelaborasikan ini terkait dengan bahan bakar ataupun mata uang dan juga biaya masuk PPN dan PPh. Karena industri transportasi maintenance, repair, and overhaul (MRO) yang memerlukan kebijakan tersebut," ungkap dia. 7
1
Komentar