Ballon d'Or Messi Memalukan
Dia Sudah Bukan Pemain Terbaik di Klub
PARIS, NusaBali - Sukses Lionel Messi memenangi Ballon d'Or 2023 disorot lagi, bahkan dianggap memalukan. Pasalnya, Messi dianggap tidak pantas mendapatkan penghargaan itu karena bukan pemain terbaik di Paris Saint-Germain (PSG).
Penghargaan individu prestisius itu diraih Messi setelah mengungguli Erling Haaland (Manchester City) dan Kylian Mbappe (PSG) dalam voting. Namun, kesuksesan pemain Argentina itu penuh perdebatan dan kontroversi.
Eks pemain PSG Jerome Rothen menjadi salah satu figur yang menentang keras hasil Ballon d'Or 2023. Rothen berargumen, Haaland lebih layak memenanginya karena statistik dan prestasi yang lebih baik di level klub.
Haaland mengemas 52 gol untuk memimpin ManCity memenangi treble bersejarah. Sedangkan Messi mencetak 21 gol dan 20 assist untuk PSG, bahkan masih kalah dari Mbappe (41 gol dan 10 assist).
"Ini memalukan. Tentu saja, ini memalukan! Bagi saya seharusnya Haaland yang memenanginya. Di antara Agustus 2022 dan Juni 2023, kriteria apa yang membuat kita percaya bahwa Messi itu lebih baik dari pemain-pemain lain? Pada dasarnya, enggak ada kriteria di mana dia itu pemain terbaik," kata Rothen dalam program acara di RMC Sport.
"Jika kita membicarakan tentang trofi, dia kalah dari Haaland, sekalipun dia memenangi Piala Dunia. Haaland sudah memenangi segalanya dengan Manchester City, dan tentu saja anda tidak bisa membuat perbandingan berdasarkan Piala Dunia karena Haaland itu 'kan orang Norwegia."
"Haaland memecahkan semua rekor... bahkan di PSG, Messi bukannya mengungguli pemain-pemain di sana. Dia bahkan bukan pemain terbaik di klub. Ini bermasalah karena pemain yang mendapatkan Ballon d'Or, yang seharusnya pemain terbaik di dunia, bahkan bukan pemain terbaik di klub."
"Selama tiga atau empat tahun, Messi itu bukan pemain terbaik di dunia. Kita harus menghentikan kegilaan ini. Dan di empat tahun terakhir ini, dia sudah memenangi dua Ballon d'Or. Jadi menurut saya, ini memalukan. Sungguh sulit dipercaya," kata Jerome Rothen mengkritik keras. *
1
Komentar