Agenda Reformasi Perlu Mendapat Perhatian
Sudah 25 Tahun Berjalan Tidak Sesuai Harapan
JAKARTA, NusaBali - Wakil Ketua DPD RI Nono Sampono menyatakan ada penurunan ritme dari cita-cita dan agenda Reformasi 98 di tengah dinamika politik yang belakangan terus menghangat jelang Pemilu 2024. Agenda reformasi yang digadang-gadang dapat memperbaiki seluruh aspek kehidupan bangsa justru tidak sesuai yang diharapkan.
“Kami di DPD melihat perjalanan reformasi yang sudah 25 tahun berjalan ini justru tidak sesuai harapan,” terang Nono dalam Dialog Kenegaraan DPD RI bertema 'Kembali Menjalankan dan Menerapkan Sistem Bernegara Pancasila sesuai Rumusan Para Pendiri Bangsa' di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jumat (3/11).
Nono mengungkapkan, 25 tahun Reformasi 98 jika diukur dengan grafik Sigma X dan Sigma Y mengalami penurunan yang sangat signifikan. Penurunan itu terjadi di berbagai aspek. Mulai aspek politik, sosial, budaya, keamanan dan aspek hukum. “Sangat berbahaya menurut saya apabila dia menyentuh Sumbu X,” tegas Nono.
Berkaca pada negara lain, seperti Uni Soviet, Nono khawatir jika reformasi di Indonesia akan mengalami hal serupa. Kata dia, Uni Soviet mengalami kehancuran bukan karena adanya serangan militer dari negara lain. Melainkan karena melakukan reformasi setelah kejatuhan komunis. Reformasi dilakukan dan ternyata dalam realisasinya justru kebablasan. Negara adidaya tersebut kemudian pecah menjadi 15 negara. Nono Sampono menyinggung bagaimana agenda reformasi ditindaklanjuti dengan mengamandemen UUD 1945 hingga 4 kali.
Padahal, UUD 1945 dibuat dan disusun dengan suasana kebatinan para pendiri bangsa saat itu. Mereka berfikir semata karena masalah kebangsaan, tidak terbersit sedikitpun mengambil keuntungan dalam proses penyusunan UUD 1945. “Hari ini UUD, tanpa uang itu tidak mungkin berjalan. Sistem demokrasi kita mau tidak mau mengharuskan harus pakai biaya, sistem ijon berjalan, jadi ini persoalan kita. Kami di DPD melihatnya adalah kita perlu meluruskan kembali,” ucap Nono.
Dia mengibaratkan orang yang sedang sakit pada saat menjelang reformasi. Satu organ pada tubuh sakit dan dia membutuhkan obat. Boleh jadi obatnya sudah benar, namun takarannya salah. Bahkan boleh jadi takarannya kelebihan sehingga terjadi overdosis. k22
Komentar