Januari–Oktober 2023, TCEC Serangan Temukan 63 Sarang Penyu
DENPASAR, NusaBali - Pengelola Pusat Konservasi dan Pendidikan Penyu atau Turtle Conservation and Education Center (TCEC) Kelurahan Serangan, Denpasar Selatan, menemukan sebanyak 63 titik sarang penyu selama Januari–Oktober 2023. Jumlah temuan ini meningkat dibandingkan tahun 2022 tercatat sebanyak 40 sarang penyu.
“Kami perkirakan itu karena alam pesisir sudah mulai sehat,” kata Ketua Pengelola TCEC Serangan I Made Sukanta di Denpasar, Jumat (3/11/2023).
Dia menjelaskan, 63 sarang penyu itu berisi telur dari tiga jenis penyu, yakni hijau (Chelonia Mydas), penyu sisik (Eretmochelys Imbricata), dan penyu lekang (Lepidochelys Olivacea).
Telur penyu itu kemudian dievakuasi ke TCEC Serangan agar terhindar dari ancaman baik secara alam, hewan liar, dan dari tangan jahil manusia.
Satu sarang penyu, kata dia, memiliki hingga 120 butir telur dengan rentang kedalaman 35 cm hingga 60 cm.
“Satu sarang itu bisa berisi 120 telur, namun yang selamat hanya sekitar 70-80 persen,” kata Sukanta.
Dia mengerahkan tim dari pusat konservasi dengan melibatkan masyarakat untuk bersama menyisir kawasan Serangan.
Biasanya pemantauan dilakukan setiap hari, khususnya saat musim penyu bertelur yakni periode Mei–Juli.
“Jika mendapatkan informasi masyarakat, kami koordinasi ke BKSDA. Jika sarang berada di dekat kawasan hotel dan mau membantu, sarang bisa ditanam lagi tapi dievakuasi ke tempat yang lebih tinggi agar tidak terendam air, karena nanti bisa gagal menetas,” ucap Sukanta.
Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali Agus Budi Santoso mengungkapkan selama pandemi Covid-19, penyu banyak mendarat di pesisir pantai.
Dengan meningkatnya penemuan jumlah sarang penyu, lanjut dia, diperkirakan penyu semakin nyaman bertelur di Kelurahan Serangan.
Penyebabnya, lanjut dia, diperkirakan karena kondisi perairan sudah membaik, didukung keadaan pasir, dan syarat teknis lainnya di antaranya jarak antara bibir pantai dengan lokasi sarang yang lebih tinggi hingga suhu.
“Satu penyu itu bisa bertelur 3-4 kali dalam setahun. Kalau bertelur di tempat yang sama dan itu aman, penyu itu cenderung kembali di tempat yang sama,” kata Agus Budi Santoso. 7 ant
Dia menjelaskan, 63 sarang penyu itu berisi telur dari tiga jenis penyu, yakni hijau (Chelonia Mydas), penyu sisik (Eretmochelys Imbricata), dan penyu lekang (Lepidochelys Olivacea).
Telur penyu itu kemudian dievakuasi ke TCEC Serangan agar terhindar dari ancaman baik secara alam, hewan liar, dan dari tangan jahil manusia.
Satu sarang penyu, kata dia, memiliki hingga 120 butir telur dengan rentang kedalaman 35 cm hingga 60 cm.
“Satu sarang itu bisa berisi 120 telur, namun yang selamat hanya sekitar 70-80 persen,” kata Sukanta.
Dia mengerahkan tim dari pusat konservasi dengan melibatkan masyarakat untuk bersama menyisir kawasan Serangan.
Biasanya pemantauan dilakukan setiap hari, khususnya saat musim penyu bertelur yakni periode Mei–Juli.
“Jika mendapatkan informasi masyarakat, kami koordinasi ke BKSDA. Jika sarang berada di dekat kawasan hotel dan mau membantu, sarang bisa ditanam lagi tapi dievakuasi ke tempat yang lebih tinggi agar tidak terendam air, karena nanti bisa gagal menetas,” ucap Sukanta.
Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali Agus Budi Santoso mengungkapkan selama pandemi Covid-19, penyu banyak mendarat di pesisir pantai.
Dengan meningkatnya penemuan jumlah sarang penyu, lanjut dia, diperkirakan penyu semakin nyaman bertelur di Kelurahan Serangan.
Penyebabnya, lanjut dia, diperkirakan karena kondisi perairan sudah membaik, didukung keadaan pasir, dan syarat teknis lainnya di antaranya jarak antara bibir pantai dengan lokasi sarang yang lebih tinggi hingga suhu.
“Satu penyu itu bisa bertelur 3-4 kali dalam setahun. Kalau bertelur di tempat yang sama dan itu aman, penyu itu cenderung kembali di tempat yang sama,” kata Agus Budi Santoso. 7 ant
1
Komentar