6 Pendaki Tersesat di Gunung Adeng
Saat Turun, Gunung di Tabanan Ini Dikenal Tenget
Rombongan pendaki diketahui tidak melapor ke pihak desa, kepolisian, kepala wilayah maupun bendesa, padahal pihak desa berlakukan larangan pendakian
TABANAN, NusaBali
Enam orang rombongan pendaki tersesat saat mendaki di Gunung Adeng masuk kawasan Banjar Batulumbang, Desa Angseri, Kecamatan Barturiti, Tabanan, Minggu (5/11). Mereka baru bisa ditemukan, Senin (6/11) dini hari pukul 00.30 Wita. Enam pendaki ini diketahui tak meminta izin kepada pihak desa setempat sebelum melakukan pendakian. Sehingga mereka mendaki tanpa adanya petunjuk medan alias mendaki sendiri. Padahal desa setempat sudah melarang adanya pendakian seiring keluarnya SE (Surat Edaran) Gubernur Bali Nomor 4 tahun 2023 terkait larangan dan aturan pendakian gunung di Bali.
Enam pendaki itu, yakni I Made Yoga Supartana, 25, asal Desa Pedungan, Denpasar Selatan, Astrid Dyah Wuriastuti, 25, asal Gedangan, Grogol, Jawa Tengah, I Made Merta Sedana Adi Widhiharsa, 24, asal Jalan Katrangan, Desa Sumerta, Denpasar Timur, Ni Ketut Pradnyasari, 23, asal Jalan Tegal Wangi, Desa Sesetan, Denpasar Selatan, Ni Rai Sriardani, perempuan, 24 asal Banjar Batursari, Gunung Lebah, Mengwitani, Badung, dan Reza Julia Pratiwi, asal Desa Sepande, Kecamatan Candi, Sidoarjo, Jawa Timur.
Mereka informasinya sudah bekerja di wilayah Denpasar dan berteman karena sama-sama memiliki hobi mendaki dan hiking. Informasi yang dihimpun pada Minggu pagi pukul 08.30 Wita mereka berangkat dari Denpasar dan tiba di pos awal pendakian Gunung Adeng sekitar pukul 10.00 Wita. Kemudian setelah beristirahat sebentar pada pukul 10.30 Wita rombongan anak muda ini melakukan pendakian melewati jalur dari Banjar Abang, Desa/Kecamatan Baturiti, Tabanan.
Selama perjalanan naik gunung ini mereka tak ada hambatan. Medan yang ditempuh lancar sehingga mereka sampai di puncak Gunung Adeng, Minggu sore pukul 15.30 Wita. Kurang lebih beristirahat selama dua jam di puncak, lalu pukul 16.30 Wita mereka bersiap hendak turun menuju pos awal.
Hanya saja saat perjalanan turun ini mereka tersesat tidak mengetahui medan. Karena hari mulai malam medan awal semakin sulit ditemukan. Lalu pada pukul 18.55 Wita salah satu pemimpin rombongan I Made Yoga Saputra pun memutuskan menghubungi call center Polri 110 untuk meminta bantuan. Di waktu yang sama Polsek Baturiti mendapat laporan adanya pendaki yang tersesat. Mereka langsung berkoordinasi dengan Basarnas Bali, BPBD Tabanan, Koramil 07 Baturiti, staf Camat Baturiti, Bendesa Adat Abang dan warga setempat. Akhirnya setelah seluruh personel berkumpul, Minggu pukul 23.00 Wita tim melakukan penjemputan terhadap rombongan pendaki tersebut.
Enam orang rombongan pendaki tersesat saat mendaki di Gunung Adeng masuk kawasan Banjar Batulumbang, Desa Angseri, Kecamatan Barturiti, Tabanan, Minggu (5/11). Mereka baru bisa ditemukan, Senin (6/11) dini hari pukul 00.30 Wita. Enam pendaki ini diketahui tak meminta izin kepada pihak desa setempat sebelum melakukan pendakian. Sehingga mereka mendaki tanpa adanya petunjuk medan alias mendaki sendiri. Padahal desa setempat sudah melarang adanya pendakian seiring keluarnya SE (Surat Edaran) Gubernur Bali Nomor 4 tahun 2023 terkait larangan dan aturan pendakian gunung di Bali.
Enam pendaki itu, yakni I Made Yoga Supartana, 25, asal Desa Pedungan, Denpasar Selatan, Astrid Dyah Wuriastuti, 25, asal Gedangan, Grogol, Jawa Tengah, I Made Merta Sedana Adi Widhiharsa, 24, asal Jalan Katrangan, Desa Sumerta, Denpasar Timur, Ni Ketut Pradnyasari, 23, asal Jalan Tegal Wangi, Desa Sesetan, Denpasar Selatan, Ni Rai Sriardani, perempuan, 24 asal Banjar Batursari, Gunung Lebah, Mengwitani, Badung, dan Reza Julia Pratiwi, asal Desa Sepande, Kecamatan Candi, Sidoarjo, Jawa Timur.
Mereka informasinya sudah bekerja di wilayah Denpasar dan berteman karena sama-sama memiliki hobi mendaki dan hiking. Informasi yang dihimpun pada Minggu pagi pukul 08.30 Wita mereka berangkat dari Denpasar dan tiba di pos awal pendakian Gunung Adeng sekitar pukul 10.00 Wita. Kemudian setelah beristirahat sebentar pada pukul 10.30 Wita rombongan anak muda ini melakukan pendakian melewati jalur dari Banjar Abang, Desa/Kecamatan Baturiti, Tabanan.
Selama perjalanan naik gunung ini mereka tak ada hambatan. Medan yang ditempuh lancar sehingga mereka sampai di puncak Gunung Adeng, Minggu sore pukul 15.30 Wita. Kurang lebih beristirahat selama dua jam di puncak, lalu pukul 16.30 Wita mereka bersiap hendak turun menuju pos awal.
Hanya saja saat perjalanan turun ini mereka tersesat tidak mengetahui medan. Karena hari mulai malam medan awal semakin sulit ditemukan. Lalu pada pukul 18.55 Wita salah satu pemimpin rombongan I Made Yoga Saputra pun memutuskan menghubungi call center Polri 110 untuk meminta bantuan. Di waktu yang sama Polsek Baturiti mendapat laporan adanya pendaki yang tersesat. Mereka langsung berkoordinasi dengan Basarnas Bali, BPBD Tabanan, Koramil 07 Baturiti, staf Camat Baturiti, Bendesa Adat Abang dan warga setempat. Akhirnya setelah seluruh personel berkumpul, Minggu pukul 23.00 Wita tim melakukan penjemputan terhadap rombongan pendaki tersebut.
Kapolsek Baturiti, Kompol Arya Agung Arjana Putra mengatakan tim gabungan naik menjemput target pukul 23.00 Wita. Berbekal lokasi yang dikirim dari handphone target, rombongan anak muda tersebut ditemukan sekitar pukul 00.30 Wita.
"Kita temukan dalam kondisi selamat. Kita temukan mereka masih berada di kawasan puncak tepatnya di atas Camp Savana. Karena di lokasi ini memang banyak jalur bercabang. Itu yang menyebabkan mereka tersesat," bebernya. Disebutkan, rombongan ditemukan dengan cepat oleh tim berkat salah satu handphone rombongan pendaki masih aktif. "Tim tiba sekitar satu jam di tempat mereka tersesat. Syukur tidak lambat mengirim lokasi karena kondisi HP mereka baterainya mulai lemah," terangnya.
Kompol Arjana mengakui bahwa rombongan yang mendaki ini tidak melapor ke pihak desa. Mereka juga tidak melapor ke pihak kepolisian maupun tidak melapor ke kepala wilayah hingga bendesa setempat. Padahal desa setempat sesuai dengan SE Gubernur Bali melarang adanya pendakian ke Gunung Adeng. Selain itu rombongan ini baru pertama kali mendaki di Gunung Adeng karena melihat keindahan Gunung Adeng dari youtube.
"Syukur mereka selamat. Kita temukan dalam kondisi selamat, namun mereka ini kehabisan bekal sehingga ada salah satu pendaki yang lemas. Namun masih bisa turun tanpa ditandu," jelasnya. Disebutkan setelah dijemput rombongan tiba di bawah atau pos awal, Senin dinihari pukul 02.00 Wita. Setelah dilakukan pemeriksaan mereka diperbolehkan pulang Senin dinihari tersebut. "Mereka ini bawa motor, setelah tiba di bawah langsung dibolehkan pulang," tandas Kompol Arjana.
Untuk diketahui kawasan puncak Bukit Adeng ini termasuk kawasan sakral dan keramat, yang tidak dikhususkan untuk pendakian, melainkan lebih ke perjalanan spiritual. Di kawasan puncak Bukit Adeng terdapat 3 pura, masing-masing Pura Pucak Bukit Adeng (di bawah), Pura Anyar (di pertengahan), dan Pura Pucak Tapak (posisi paling atas). Pura Pucak Tapak ini dipercaya masyarakat sebagai kawasan suci. Namun, orang tidak menyadari itu kawasan suci, karena berupa hutan belantara.
Gunung Adeng sendiri merupakan gunung berapi tidak aktif. Dengan ketinggian 1.826 m di atas permukaan laut, Gunung Adeng merupakan salah satu dari 10 gunung tertinggi di Pulau Bali. Gunung ini juga berbatasan langsung dengan Gunung Pohen di bagian utara. Kasus pendaki tersesat di Gunung Adeng ini bukan pertama kalinya terjadi. Peristiwa serupa juga pernah terjadi pada, Sabtu 5 September 2020 lalu. Enam (6) orang tersesat saat mendaki ke puncak Bukit Adeng di Banjar Munduk Lumbang, Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Mereka kemudian ditemukan dalam kondisi selamat di areal Pura Pucak Tapak, yang merupakan kawasan tenget (keramat) dan disakralkan masyarakat setempat, Senin 7 September 2020 pagi. Pendaki ini merupakan rombongan mahasiswa asal Denpasar. 7 des
Komentar