Wilayah Awas Kekeringan Mulai Berkurang
DENPASAR, NusaBali - Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Denpasar menyatakan wilayah dengan kategori awas kekeringan di Bali mulai berkurang.
Dari 11 kecamatan kini menjadi empat kecamatan. Hal ini karena sebagian wilayah mulai memasuki musim hujan.
“Distribusi curah hujan di Bali secara umum antara nol hingga 149,5 milimeter per 10 hari,” kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wiryajaya di Denpasar, Jumat (10/11) seperti dilansir Antara.
Dikatakan, BBMKG Denpasar melakukan pemetaan cuaca untuk memperbarui potensi kekeringan dan musim hujan selama satu dasarian atau 10 hari. Adapun pada pemantauan 10 hari lalu, distribusi curah hujan di Bali mencapai hingga 86,5 milimeter per dasarian.
Wilayah yang masuk kategori awas kekeringan per 10 November ini sudah berkurang menjadi empat wilayah, yakni di Kecamatan Gerokgak dan Sawan di Kabupaten Buleleng, Kecamatan Kubu di Kabupaten Karangasem dan di Kecamatan Nusa Penida di Kabupaten Klungkung. Empat kecamatan itu masih awas kekeringan karena sudah tidak turun hujan lebih dari 60 hari.
Sebelumnya pada pemantauan 31 Oktober 2023, jumlah wilayah awas kekeringan mencapai 11 wilayah kecamatan.
Sesuai perkiraan BBMKG Denpasar, mulai memasuki musim hujan secara bertahap pada pertengahan November 2023. Puncak musim hujan di Bali diperkirakan terjadi pada Januari 2024 dengan curah hujan diperkirakan pada rentang 500-600 milimeter per bulan, sehingga perlu diwaspadai dampak bencana hidrometeorologi di antaranya banjir dan tanah longsor. Hanya satu zona musim yakni di Karangasem bagian selatan yang diperkirakan puncak musim hujannya terjadi pada Februari 2024.
Sementara itu, pada periode 11-20 November 2023, BBMKG Denpasar memperkirakan sejumlah wilayah berpotensi terjadi hujan, di antaranya di Kabupaten Tabanan, Kabupaten Jembrana, Kecamatan Busungbiu, Banjar, Seririt, Sukasada, Sawan, Petang, dan Abiansemal. Kemudian di Mengwi, Kuta Utara, Denpasar Selatan, Denpasar Barat, Payangan, Tegallalang, Tampaksiring, Ubud, Susut, Tembuku, Bangli, Selat, Sidemen, Rendang dan Manggis. 7 ant
“Distribusi curah hujan di Bali secara umum antara nol hingga 149,5 milimeter per 10 hari,” kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wiryajaya di Denpasar, Jumat (10/11) seperti dilansir Antara.
Dikatakan, BBMKG Denpasar melakukan pemetaan cuaca untuk memperbarui potensi kekeringan dan musim hujan selama satu dasarian atau 10 hari. Adapun pada pemantauan 10 hari lalu, distribusi curah hujan di Bali mencapai hingga 86,5 milimeter per dasarian.
Wilayah yang masuk kategori awas kekeringan per 10 November ini sudah berkurang menjadi empat wilayah, yakni di Kecamatan Gerokgak dan Sawan di Kabupaten Buleleng, Kecamatan Kubu di Kabupaten Karangasem dan di Kecamatan Nusa Penida di Kabupaten Klungkung. Empat kecamatan itu masih awas kekeringan karena sudah tidak turun hujan lebih dari 60 hari.
Sebelumnya pada pemantauan 31 Oktober 2023, jumlah wilayah awas kekeringan mencapai 11 wilayah kecamatan.
Sesuai perkiraan BBMKG Denpasar, mulai memasuki musim hujan secara bertahap pada pertengahan November 2023. Puncak musim hujan di Bali diperkirakan terjadi pada Januari 2024 dengan curah hujan diperkirakan pada rentang 500-600 milimeter per bulan, sehingga perlu diwaspadai dampak bencana hidrometeorologi di antaranya banjir dan tanah longsor. Hanya satu zona musim yakni di Karangasem bagian selatan yang diperkirakan puncak musim hujannya terjadi pada Februari 2024.
Sementara itu, pada periode 11-20 November 2023, BBMKG Denpasar memperkirakan sejumlah wilayah berpotensi terjadi hujan, di antaranya di Kabupaten Tabanan, Kabupaten Jembrana, Kecamatan Busungbiu, Banjar, Seririt, Sukasada, Sawan, Petang, dan Abiansemal. Kemudian di Mengwi, Kuta Utara, Denpasar Selatan, Denpasar Barat, Payangan, Tegallalang, Tampaksiring, Ubud, Susut, Tembuku, Bangli, Selat, Sidemen, Rendang dan Manggis. 7 ant
Komentar