Imbau Pemilu Damai, Beda ‘Maskapai’ Jangan Merusak Pasametonan
Pasamuan Agung 2023 Parisada Hindu Dharma Indonesia
Gaungkan pemilu damai, Ketua PHDI Bali Nyoman Kenak melantunkan Mantra 2 dari Mandala X, Sukta 191 dalam Reg Veda.
MANGUPURA, NusaBali
Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) mengimbau umat Hindu tanah air mengedepankan pasametonan (persaudaraan) agar Pemilu 2024 berlangsung damai.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum PHDI Pusat Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya dan Ketua PHDI Provinsi Bali I Nyoman Kenak di sela pembukaan Pasamuan Agung 2023 di Puspem Badung Mangupura, Sempidi, Kecamatan Mengwi, Jumat (10/11/2023) malam.
Wisnu Bawa Tenaya yang juga mantan Danjen Kopassus TNI AD ini menuturkan, pemilu utamanya Pemilu Presiden-Wapres (Pilpres) merupakan momentum memilih pilot. Maskapai yang ditumpangi bangsa saat ini dipiloti oleh Presiden Jokowi dan dikopiloti Wapres Ma’ruf Amin.
“Sekarang pilotnya Pak Jokowi, kopilotnya Pak Ma’ruf Amin. Pramugaranya ada Pak LBP (Luhut Binsar Pandjaitan), Pak Mahfud, pramugarinya ada Bu Bintang. Nah, bagaimana agar (maskapai Pak Jokowi) ini mendarat sempurna,” tutur Wisnu Bawa Tenaya.
Tokoh asal Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Badung ini menjelaskan, Pilpres 2024 nanti adalah kesempatan bagi rakyat memilih pilot-kopilot baru setelah a dua periode dipercayakan ke ‘maskapai’ Jokowi.
Begitu bisa mendarat sempurna, rakyat bisa memilih maskapai mana yang dipilih atau bahkan dijagokan untuk melanjutkan perjalanan bangsa ini. Di masa pemilu, rakyat memegang tiket maskapai yang berbeda-beda. Hal ini jangan sampai merusak pasametonan.
Wisnu Bawa Tenaya berharap, rakyat Bali mampu menjadi contoh pemilu damai.
Hal senada dikemukakan Kenak selaku Ketua PHDI Bali. Dia meminta rakyat Bali tidak mengesampingkan pasametonan hanya karena menjagokan ‘maskapai’ yang berbeda.
“Kita jangan sampai pecah karena berbeda pilihan. Pilihan boleh beda namun tujuan kita sama,” tegas Kenak.
Kata Kenak, Pasamuan Agung 2023 ini juga membahas agar ajang lima tahunan ini tidak menjadi titik nadir di setiap transisi kepemimpinan. Untuk itu, konsep pasametonan ini harus dibumikan sebagai umat Hindu dan rakyat Bali.
“Kita jangan sampai pecah karena berbeda pilihan,” ucap Kenak.
Kepada umat Hindu di Bali, Kenak mengingatkan satu mantra dalam Kitab Suci Reg Veda. Mantra dari salah satu Veda Sruti ini, kata Kenak, adalah konsep yang harus dipegang teguh oleh manusia Sanatana Dharma.
“Sam gacchadhvamsamvadadhvamsamvomanāmsijānatām, devā bhāgamyathā pūrvesañjānānā upasate. Itulah konsep kita,” tegas Kenak usai melantunkan Mantra 2 dari Mandala X, Sukta 191 dalam Reg Veda.
Menurut buku Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti yang diterbitkan Kementerian Agama RI pada 2021, mantra ini mengandung makna Sila Ketiga Pancasila: Persatuan Indonesia.
Dalam buku yang disusun I Gusti Agung Made Swebawa itu, mantra ini diterjemahkan sebagai berikut.
‘Bertemulah bersama, berbicara bersama biarkan pikiranmu menyatu; sebagaimana para Deva di masa lalu berkumpul untuk menerima persahabatan masing-masing’.
Jelas Kenak, pesan dari mantra ini jika dikaitkan dengan pemilu adalah boleh berbeda pilihan namun harus tetap damai. Boleh berbeda padangan namun tujuannya tetap satu, yakni memilih pemimpin terbaik untuk bangsa.
“Inilah konsep yang sudah dijabarkan ke masyarakat. Astungkara, tidak mendapat halangan dan Bali aman, damai,” tandas Kenak. 7 ol1
1
Komentar