Kehilangan dalam Dekapan Pembelajaran Daring
APA itu daring (online learning)? Daring adalah proses belajar-mengajar yang memanfaatkan internet dan media digital dalam penyampaian materinya. Metode daring dianggap lebih dekat dengan generasi pelajar saat ini yang dikenal sangat menyatu dengan produk-produk teknologi. Metode daring adalah metode yang pertama kali disarankan oleh Kemendikbud untuk mengantisipasi aktivitas pembelajaran selama masa pandemi Covid-19.
Pembelajaran daring dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di rumah masing-masing mahasiswa, tanpa adanya pertemuan tatap muka secara langsung. Pascapandemi, metode daring masih diteruskan bahkan ditingkatkan frekuensi penggunaannya agar terbentuk literasi teknologikal budaya berkelanjutan. Pada pembelajaran secara daring interaksi terjadi melalui platform digital, seperti forum diskusi, obrolan, atau email. Sedangkan, pembelajaran secara luring interaksi terjadi secara langsung dan tatap muka antara pendidik dan peserta didik.
Pendidik dan peserta didik semakin menggeluti pembelajaran daring, walau kadang diselang-selingi secara hybrid. Salah satu efek negatif pembelajaran secara daring adalah learning loss. Kehilangan dalam pembelajaran adalah kondisi hilangnya sebagian pengetahuan dan keterampilan dalam perkembangan akademis yang dialami peserta didik. Selama pandemi, kondisi itu terjadi dikarenakan semua orang beradaptasi dengan perubahan, termasuk peserta didik. Jika ditekankan pada konsep learning loss secara menyeluruh, hal ini terjadi akibat dari adanya pengajaran yang kurang efektif. Jika melihat ke belakang sebelum terjadi pandemi, peserta didik sudah sering mengalami learning loss yang tidak pernah disadari oleh pendidik.
Sinyal atau tanda-tanda yang dapat dilihat ketika peserta didik mengalami learning loss, antara lain: menurunnya intelektual dan keterampilan, mundurnya prestasi belajar, tumbuh kembang anak yang terganggu, anak mengalami tekanan psikologis dan psikososial.
Ciri-ciri learning loss berikutnya adalah menurunnya nilai akademis. Kondisi ini terjadi sebagai dampak dari menurunnya semangat belajar dan kelalaian dalam mengerjakan tugas. Akibatnya, peserta didik dapat mengalami ketertinggalan dalam proses belajar. Apabila hal ini terjadi, pendidik perlu mengomunikasikannya pada orangtua.
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa learning loss selama pandemi juga berdampak pada menurunnya kemampuan numerasi siswa. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya peserta didik yang tidak mampu mengerjakan operasi hitung dasar dengan benar setelah dilakukan tes. Bagaimana cara mengatasi learning loss? Solusi efektif mengatasi learning loss, misalnya: perbanyak ruang diskusi bagi siswa dalam kelas. variasikanlah metode dan gaya mengajar secara kreatif, dan sediakanlah ruang bagi mereka untuk bercerita dan berkonsultasi.
Anak normal masih banyak terkendala dalam pembelajaran daring. Bagaimana dengan anak lamban belajar atau berkebutuhan khusus? Salah satu kategori anak berkebutuhan khusus adalah slow learner. Slow learner merupakan anak yang memiliki kemampuan prestasi akademik yang di bawah rata-rata. Slow learner ini tidak termasuk ke dalam anak yang mempunyai keterbelakangan mental. Daerah yang memiliki risiko learning loss paling tinggi akibat dari pembelajaran jarak jauh adalah beberapa daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T).
Dampak-dampak negatif itu dapat berupa putus sekolah, penurunan prestasi akademis, dan terpengaruhnya kesehatan mental serta psikis anak-anak. Hal tersebut tentu dapat terbawa hingga mereka dewasa sebagai trauma tersendiri. Diharapkan pemerintah dapat menyikapi situasi ini dengan memberikan perhatian lebih pada daerah yang memiliki situasi learning loss tinggi, yakni dengan menunjang sarana prasarana dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh secara merata di seluruh wilayah Indonesia agar tidak terjadi kesenjangan capaian pembelajaran. Semoga. 7
Pendidik dan peserta didik semakin menggeluti pembelajaran daring, walau kadang diselang-selingi secara hybrid. Salah satu efek negatif pembelajaran secara daring adalah learning loss. Kehilangan dalam pembelajaran adalah kondisi hilangnya sebagian pengetahuan dan keterampilan dalam perkembangan akademis yang dialami peserta didik. Selama pandemi, kondisi itu terjadi dikarenakan semua orang beradaptasi dengan perubahan, termasuk peserta didik. Jika ditekankan pada konsep learning loss secara menyeluruh, hal ini terjadi akibat dari adanya pengajaran yang kurang efektif. Jika melihat ke belakang sebelum terjadi pandemi, peserta didik sudah sering mengalami learning loss yang tidak pernah disadari oleh pendidik.
Sinyal atau tanda-tanda yang dapat dilihat ketika peserta didik mengalami learning loss, antara lain: menurunnya intelektual dan keterampilan, mundurnya prestasi belajar, tumbuh kembang anak yang terganggu, anak mengalami tekanan psikologis dan psikososial.
Ciri-ciri learning loss berikutnya adalah menurunnya nilai akademis. Kondisi ini terjadi sebagai dampak dari menurunnya semangat belajar dan kelalaian dalam mengerjakan tugas. Akibatnya, peserta didik dapat mengalami ketertinggalan dalam proses belajar. Apabila hal ini terjadi, pendidik perlu mengomunikasikannya pada orangtua.
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa learning loss selama pandemi juga berdampak pada menurunnya kemampuan numerasi siswa. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya peserta didik yang tidak mampu mengerjakan operasi hitung dasar dengan benar setelah dilakukan tes. Bagaimana cara mengatasi learning loss? Solusi efektif mengatasi learning loss, misalnya: perbanyak ruang diskusi bagi siswa dalam kelas. variasikanlah metode dan gaya mengajar secara kreatif, dan sediakanlah ruang bagi mereka untuk bercerita dan berkonsultasi.
Anak normal masih banyak terkendala dalam pembelajaran daring. Bagaimana dengan anak lamban belajar atau berkebutuhan khusus? Salah satu kategori anak berkebutuhan khusus adalah slow learner. Slow learner merupakan anak yang memiliki kemampuan prestasi akademik yang di bawah rata-rata. Slow learner ini tidak termasuk ke dalam anak yang mempunyai keterbelakangan mental. Daerah yang memiliki risiko learning loss paling tinggi akibat dari pembelajaran jarak jauh adalah beberapa daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T).
Dampak-dampak negatif itu dapat berupa putus sekolah, penurunan prestasi akademis, dan terpengaruhnya kesehatan mental serta psikis anak-anak. Hal tersebut tentu dapat terbawa hingga mereka dewasa sebagai trauma tersendiri. Diharapkan pemerintah dapat menyikapi situasi ini dengan memberikan perhatian lebih pada daerah yang memiliki situasi learning loss tinggi, yakni dengan menunjang sarana prasarana dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh secara merata di seluruh wilayah Indonesia agar tidak terjadi kesenjangan capaian pembelajaran. Semoga. 7
Prof Dewa Komang Tantra MSc, PhD
Profesor Tetap Universitas Warmadewa
Profesor Tetap Universitas Warmadewa
Komentar