Merawat Mimpi Anak Bali Berliterasi
Dari Peluncuran Buku Bergambar di Nyuh Kuning, Gianyar
Sani terinspirasi dengan minuman khas Desa Penglipuran, yakni Loloh Cemcem. Inspirasi tersebut mendorongnya untuk menulis mengenai Made Dharma, seorang anak dari Bangli.
GIANYAR, NusaBali
Dewasa ini literasi anak masih dipandang sebelah mata. Banyak opini menyatakan minat baca anak-anak rendah. Karena anak-anak lebih suka bermain handphone daripada membaca buku. Ada pesimisme untuk mendekatkan anak-anak dengan buku.
Faktanya, anak-anak ternyata sangat antusias dengan buku, terutama buku bergambar. Ilustrasi yang ditampilkan menarik minat anak membuka halaman demi halaman sambil terpapar nilai-nilai yang ada dalam cerita.
Antusiasme anak-anak tersebut terlihat jelas saat peluncuran buku-buku bergambar yang diterbitkan dan diproduksi oleh Adya, Minggu (5/11), di Si Kecil Bookshop, Jalan Nyuh Gading Nomor 6, Desa Nyuh Kuning, Kecamatan Ubud, Gianyar. Peluncuran buku tersebut awalnya menargetkan 20 peserta anak-anak usia 5 - 10 tahun. Pada saat kegiatan yang dimulai pada pukul 10.30-11.30 Wita, anak-anak terus berdatangan hingga mencapai 30 orang.
Dewasa ini literasi anak masih dipandang sebelah mata. Banyak opini menyatakan minat baca anak-anak rendah. Karena anak-anak lebih suka bermain handphone daripada membaca buku. Ada pesimisme untuk mendekatkan anak-anak dengan buku.
Faktanya, anak-anak ternyata sangat antusias dengan buku, terutama buku bergambar. Ilustrasi yang ditampilkan menarik minat anak membuka halaman demi halaman sambil terpapar nilai-nilai yang ada dalam cerita.
Antusiasme anak-anak tersebut terlihat jelas saat peluncuran buku-buku bergambar yang diterbitkan dan diproduksi oleh Adya, Minggu (5/11), di Si Kecil Bookshop, Jalan Nyuh Gading Nomor 6, Desa Nyuh Kuning, Kecamatan Ubud, Gianyar. Peluncuran buku tersebut awalnya menargetkan 20 peserta anak-anak usia 5 - 10 tahun. Pada saat kegiatan yang dimulai pada pukul 10.30-11.30 Wita, anak-anak terus berdatangan hingga mencapai 30 orang.
Anak-anak tersebut sangat antusias mengikuti kegiatan mendongeng dari para penulis buku. Satu buku berjudul 'Petualangan Mencari Cemcem' ditulis oleh remaja dari Desa Tiga Kawan, Bangli, Ni Putu Sani Ariesty yang akrab dipanggil Sani. Dia kelas 2 di SMA Negeri 1 Susut, Bangli, saat mengikuti Program Anak Desa Berkarya dan Berdaya (ADYA) dan menulis cerita tersebut tahun 2022.
"Anak Desa Berkarya dan Berdaya merupakan salah satu program Adya untuk mengembangkan potensi yang besar dari anak-anak. Banyak anak di berbagai wilayah Bali, memiliki minat dalam bercerita, menulis, dan menggambar," ujar pendiri Adya, Zeni Natalya.
Pelatihan gratis tersebut telah menciptakan 30 naskah cerita kontekstual dari Bali karya anak desa di Bangli, Buleleng, Gianyar, Badung, dan Denpasar, bahkan telah diilustrasikan dan diterbitkan pada November 2022. Saat mengikuti program, Sani terinspirasi dengan minuman khas Desa Penglipuran, yakni Loloh Cemcem. Inspirasi tersebut mendorongnya untuk menulis mengenai Made Dharma, seorang anak dari Bangli. Made Dharma adalah anak seorang peracik obat yang suka bertualang di hutan Desa Penglipuran, Bangli. Dia selalu menemukan obat baru. Namun, tiba-tiba bertemu banyak warga sakit dan berinisiatif membantu warga dengan caranya.
"Jadi melalui buku ini harapannya selain belajar mengenai minuman khas desa di Penglipuran, Bangli, Provinsi Bali, anak-anak dapat belajar makna pantang menyerah, berani mencoba, dan kreatif," ujar Zeni.
Saat ini buku tersebut telah ditetapkan sebagai buku nonteks yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan sebagai buku pengayaan dalam proses pembelajaran pada jenjang pembaca awal (pendidikan anak usia dini atau pendidikan dasar) melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 029/H/P/2023 pada Agustus 2023.
Zeni menginisiasi Adya dengan impian menciptakan kesetaraan akses literasi bagi seluruh anak Indonesia, sehingga setiap anak mendapatkan hak literasi mereka, yakni memiliki minimal satu buku yang dapat menginspirasi hidup mereka.
Harapan lainnya, setiap anak yang terinspirasi dari buku-buku Adya mampu menciptakan minimal satu buku. Dengan begitu, selain menjadi wadah mengembangkan kreativitas bagi anak-anak, Adya dapat memfasilitasi setiap orang yang tertarik untuk berkontribusi meningkatkan literasi.
Sementara itu Nadia Astari, pemilik toko buku Si Kecil Bookshop, juga melihat masih kurangnya akses buku cerita untuk anak-anak. Nadia melihat langsung hal tersebut di Ubud dan sekitarnya. Sebagai seorang ibu yang sudah membacakan buku sejak anaknya lahir, dia memahami pentingnya buku menemani perkembangan anak. Buku bergambar jadi wahana yang tepat menemani anak-anak membangun karakternya sejak dini. "Buku sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak," sebutnya.
Astari pun membangun Si Kecil Bookshop lengkap dengan ruang baca untuk ‘si kecil’ (anak-anak) dengan harapan dapat menumbuhkan minat baca baik bagi anak-anak di sekitar maupun bagi para orangtua untuk semangat membacakan buku ke anaknya.7cr78
1
Komentar